Sinergi BPBD dan Akademis Mampu Kurangi Risiko Banjir Lahar Semeru

Sinergi BPBD dan Akademis Mampu Kurangi Risiko Banjir Lahar Semeru

Aprilia Devi - detikJatim
Sabtu, 27 Jul 2024 20:35 WIB
gunung semeru
Gunung Semeru (Dok: PVMBG)
Surabaya -

Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur merupakan gunung api aktif yang berstatus waspada. Gunung ini mempunyai kawah aktif Jonggring-Seloko di sisi tenggara Puncak Mahameru.

Sebagai salah satu gunung api aktif, ada sejumlah potensi bencana yang bisa terjadi. Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur Gatot Soebroto menyebut salah satu bencana yang berpotensi terjadi adalah banjir lahar dingin.

"Puncak Semeru masih banyak tumpukan material, khawatir saat hujan lebat ada tambahan erupsi menjadi riskan dampaknya lahar dingin," ujar Gatot dalam Webinar Update Aktivitas Gunung Semeru dan Upaya PRB Banjir Lahar, Sabtu (27/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur Gatot SoebrotoKalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur Gatot Soebroto/ Foto: Istimewa (Tangkapan Layar)

Memahami potensi banjir lahar dingin yang bisa terjadi, Kalaksa BPBD Lumajang Patra Dwi Hastiadi mengungkapkan bahwa pihaknya tengah melakukan serangkaian upaya mitigasi bencana tersebut.

"Seperti relokasi masyarakat di hunian tetap, optimalisasi early warning sistem, mitigasi aliran hulu dan hilir, mitigasi edukasi kebencanaan, hingga usulan penanganan menyeluruh sedimen dan aliran," kata Patra.

ADVERTISEMENT

Namun, Gatot menyampaikan bahwa tak hanya BPBD yang bisa ambil peran dalam upaya pengurangan risiko bencana di kawasan Gunung Api Semeru. Para akademisi seharusnya ikut berpartisipasi.

"BPBD Jatim dan Lumajang sudah mengantisipasi, baik itu lewat Desa Tanggap Bencana, pemasangan rambu evakuasi, hingga sosialisasi dan penguatan masyarakat. Namun peran akademisi untuk membantu penanganan pra bencana, maupun saat bencana sampai pascabencana juga diperlukan untuk mengurangi risiko kehilangan nyawa, serta minim kerusakan infrastruktur," ungkap Gatot.

Kepala Puslit MKPI ITS, Prof Adjie PamungkasKepala Puslit MKPI ITS, Prof Adjie Pamungkas/ Foto: Istimewa (Tangkapan Layar)

Gayung bersambut, akademisi dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim pun saat ini tengah melakukan penelitian dan kajian untuk merumuskan upaya pengurangan risiko dampak aktivitas Gunung Semeru.

"Kami berupaya untuk membangun sebuah alat yang dapat dimanfaatkan dalam mengurangi risiko gunung api dengan tim peneliti kolaborasi yang akan melaksanakan kegiatan lapangan tanggal 2 sampai 3 Agustus 2024 di Gunung Semeru," ujar Kepala Puslit MKPI ITS, Prof Adjie Pamungkas.

Untuk informasi, berdasarkan hasil pemantauan terkini PVMBG, Gunung Semeru kerap mengalami erupsi yang umumnya erupsi abu bertipe vulkanian dan strombolian, terjadi 3-4 kali setiap jam.

Selain itu juga teramati asap letusan putih kelabu dengan tinggi sekitar 300-1.000 meter serta guguran lava pijar dengan jarak luncur 200-1.000 meter ke arah Besuk Kobokan.

Selain itu terkait gempa yang terjadi di Gunung Semeru, PVMBG mengungkapkan bahwa aktivitas kegempaan masih tinggi. Didominasi gempa letusan, embusan, guguran dan tremor harmonik.




(abq/fat)


Hide Ads