Lirik dan Sejarah Lagu Ibu Kita Kartini Ciptaan WR Supratman

Setiap tahunnya, tanggal 21 April di Indonesia dirayakan sebagai Hari Kartini, sebuah momen penting untuk menghargai jasa-jasa seorang pahlawan nasional, Raden Ajeng Kartini. Untuk merayakan hari peringatan ini, Lagu Ibu Kita Kartini ciptaan WR Supratman kerap kali dinyanyikan.

Lagu "Ibu Kita Kartini" bukan sekadar sebuah himne nasional yang dinyanyikan dengan semangat kebangsaan setiap tahunnya. Lebih dari itu, lagu ini menjadi simbol kebesaran seorang perempuan pejuang, Raden Ajeng Kartini, yang menginspirasi jutaan jiwa dengan perjuangan dan idealismenya.

Diciptakan oleh W.R. Supratman, komposer lagu kebangsaan Indonesia, "Ibu Kita Kartini" menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa. Liriknya yang sederhana namun sarat makna menggambarkan kekuatan, keadilan, dan semangat perjuangan Kartini dalam melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak-hak perempuan.

Berikut Lirik Lagu Ibu Kita Kartini Karya WR Supratman Beserta dengan Notnya:

Lirik Lagu Ibu Kita Kartini

Ibu kita kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya

Ibu kita kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka

Reff:

Wahai ibu kita kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia

Ibu kita kartini
Putri jauh hari
Putri yang berjasa
Se Indonesia

Reff:

Wahai ibu kita kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia

Not Lagu Ibu Kita Kartini

Do=C

1 2 3 4 5 3 1

Ibu kita Kartini

6 1 7 6 5

Putri sejati

4 6 5 4 3 1

Putri Indonesia

2 4 3 2 1

Harum namanya

1 2 3 4 5 3 1

Ibu kita Kartini

6 1 7 6 5

Pendekar bangsa

4 6 5 4 3 1

Pendekar kaumnya

2 4 3 2 1

Untuk merdeka

4 3 46 5 6 5 3 1

Wahai ibu kita Kartini

3 2 3 4 5 3

Putri yang mulia

4 3 46 5 6 5 3 1

Sungguh besar cita-citanya

3 2 4 7 2 1

Bagi Indonesia

Makna Lagu Ibu Kita Kartini

Dikutip dari buku Indonesia Pusaka oleh Dr. Sopan Adrianto, lagu "Ibu Kita Kartini" menggambarkan sosok Kartini, seorang pahlawan Indonesia yang memainkan peran penting dalam perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia.

Lagu tersebut diciptakan sebagai penghormatan terhadap perjuangan Kartini sebagai pemimpin dalam gerakan emansipasi perempuan, terutama di kalangan perempuan Jawa. Kartini, sepanjang hidupnya, menjadi pionir dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, yang pada masa itu tidak sejajar dengan hak-hak yang dimiliki oleh laki-laki.

Melalui lirik lagu "Ibu Kita Kartini", WR Supratman mengekspresikan rasa bangganya terhadap Kartini. Perjuangan Kartini dalam membebaskan perempuan telah membawa perubahan signifikan bagi kemajuan bangsa.

Sejarah Lagu Ibu Kita Kartini

Dikutip dari buku berjudul "W.R Supratman: Guru Bangsa Indonesia" karya Lilis Nikhwan, latar belakang sejarah dari lirik lagu "Ibu Kita Kartini" terungkap. Lagu ini diciptakan selama Kongres Wanita Indonesia I di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928.

Ketika Kongres berlangsung, perjuangan Raden Ajeng Kartini dari Jepara disoroti. Tulisan-tulisan Kartini, terutama yang dimuat dalam buku "Door Duisternis tot Licht" oleh J.H Abendanon, seorang Menteri Kebudayaan, agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, menarik perhatian.

Buku tersebut awalnya diterbitkan pada tahun 1911 dalam Bahasa Belanda, sulit dipahami oleh banyak warga pribumi. Pada tahun 1912, buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran".

Inilah yang memicu rasa penasaran W.R Supratman. Ia membaca buku tersebut dan kemudian menciptakan lagu "Ibu Kita Kartini".

Dengan lagu ini, WR Supratman berharap memberi contoh bagi wanita Indonesia untuk mengikuti jejak perjuangan Kartini.

"Alangkah baiknya saya mengubah lagu untuknya, agar wanita Indonesia lebih mengenal dan mengikuti jejaknya, serta menghargai jasa-jasanya," kata WR Supratman yang juga merupakan pencipta lagu kebangsaan Indonesia itu.

Demikian lirik, not, serta fakta menarik tentang Lagu Ibu Kita Kartini karya salah satu komposer terbaik Indonesia, WR Supratman. Semoga bermanfaat dan selamat memperingati Hari Kartini ya, detikers!

Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.