BMKG Beri Peringatan soal Cuaca Ekstrem di Jawa Timur hingga 8 Maret 2024

BMKG Beri Peringatan soal Cuaca Ekstrem di Jawa Timur hingga 8 Maret 2024

Allysa Salsabillah Dwi Gayatri - detikJatim
Selasa, 05 Mar 2024 18:10 WIB
Ilustrasi cuaca ekstrem
Ilustrasi cuaca ekstrem hujan lebat. Foto: Agung Pambudhy/detikcom
Surabaya -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem di Indonesia. Cuaca ekstrem diprediksi melanda sejumlah wilayah, termasuk Jawa Timur.

Melansir situs resmi BMKG, cuaca ekstrem hujan dengan intensitas sedang-lebat disertai kilat dan angin kencang akan melanda Jawa Timur hingga 8 Maret 2024. Cuaca ekstrem ini juga akan berlangsung selama periode pancaroba (peralihan musim) pada bulan Maret-April 2024.

Berikut wilayah yang diprediksi mengalami cuaca ekstrem hujan lebat disertai kilat dan angin kencang. Cuaca ekstrem terjadi mulai tanggal 4-8 Maret 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

  1. Aceh
  2. Sumatra Utara
  3. Sumatra Barat
  4. Riau
  5. Kepulauan Riau
  6. Jambi
  7. Kepulauan Bangka Belitung
  8. Sumatra Selatan
  9. Bengkulu
  10. Lampung
  11. Banten
  12. Jawa Barat
  13. DKI Jakarta
  14. Jawa Tengah
  15. DIY
  16. Jawa Timur
  17. Kalimantan Barat
  18. Kalimantan Tengah
  19. Kalimantan Timur
  20. Kalimantan Utara
  21. Kalimantan Selatan
  22. Bali
  23. Nusa Tenggara Barat
  24. Nusa Tenggara Timur
  25. Sulawesi Utara
  26. Gorontalo
  27. Sulawesi Tengah
  28. Sulawesi Barat
  29. Sulawesi Selatan
  30. Sulawesi Tenggara
  31. Maluku Utara
  32. Maluku
  33. Papua Barat
  34. Papua

Penyebab Cuaca Ekstrem di Jawa Timur

BMKG menjelaskan, cuaca ekstrem tersebut disebabkan beberapa hal. Pertama, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) yang sudah memasuki fase tiga, yaitu Samudera Hindia bagian timur.

MJO diprediksi akan memasuki wilayah Indonesia bagian barat dan akan bergerak ke arah timur. Penyebab lainnya adalah aktivitas gelombang Rossby Ekuatorial yang terjadi di sebagian kawasan Indonesia. Terbentuknya pola pertemuan, perlambatan, dan belokan angin yang terjadi di sebagian kawasan Indonesia.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat untuk melakukan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem. Seperti fenomena hujan es, angin puting beliung, angin kencang, atau hujan lebat dengan durasi singkat disertai kilat atau petir.

Cuaca ekstrem adalah fenomena alam yang tidak lazim dan tidak normal. Kejadian tersebut ditandai dengan kondisi kecepatan angin, kelembapan udara, curah hujan, suhu udara, dan jarak pandang yang dapat menimbulkan kerugian harta, bahkan keselamatan jiwa.

Dwikorita menjelaskan, peralihan musim terjadi karena adanya radiasi matahari yang diterima saat pagi sampai siang hari cukup besar. Ini mengakibatkan proses konveksi dari bumi ke atmosfer yang memicu terbentuknya awan.

Pada periode ini, karakteristik hujan juga tidak merata karena intensitasnya sedang hingga lebat tetapi durasinya singkat. Kondisi atmosfer yang labil atau tidak stabil menyebabkan potensi pembentukan awan konvektif, misalnya meningkatnya awan cumulonimbus.

Meningkatnya awan cumulonimbus ini dapat memicu potensi terjadinya angin kencang, puting beliung, bahkan es. Sedangkan, hujan lebat dapat menyebabkan tanah longsor dan banjir bandang.

Imbauan untuk Masyarakat

BMKG mengimbau seluruh masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem yang akan terjadi beberapa hari ke depan. Masyarakat diimbau menjaga kesehatan dalam menghadapi kondisi cuaca yang cenderung berubah setiap hari karena masa pancaroba.

Sebab, cuaca panas dan hujan yang berganti terus-menerus dalam durasi cepat dapat menyebabkan gangguan terhadap daya tahan tubuh. Masyarakat juga diharapkan siap sedia perangkat pelindung diri akibat panas matahari terik dan hujan.

Masyarakat bisa membawa payung, jas hujan, atau topi. Selain itu, masyarakat juga bisa menghindari aktivitas di tempat rawan, misalnya di bawah pohon atau baliho yang rentan roboh karena angin kencang.

Maka dari itu, masyarakat harus tetap waspada dan melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi cuaca ekstrem ini. Masyarakat juga diharapkan senantiasa meng-update informasi dan peringatan dini cuaca yang dikeluarkan BMKG.

Artikel ini ditulis oleh Allysa Salsabillah Dwi Gayatri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(irb/sun)


Hide Ads