Penjelasan BMKG soal Penyebab Cuaca Ekstrem di Sulsel hingga 22 Maret

Penjelasan BMKG soal Penyebab Cuaca Ekstrem di Sulsel hingga 22 Maret

Tim detikSulsel - detikSulsel
Selasa, 18 Mar 2025 07:00 WIB
ilustrasi hujan
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Makassar -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap potensi cuaca ekstrem akan terjadi di Sulawesi Selatan (Sulsel) dari 15-22 Maret. Cuaca ekstrem dipicu aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rosby Ekuator.

"BMKG memantau aktifnya fenomena MJO dan Gelombang Rosby Ekuator pada pertengahan akhir bulan Maret 2025. Selain itu wilayah Sulawesi Selatan masih berada pada periode musim hujan," kata Prakirawan Cuaca BMKG Wilayah IV Makassar Amhar Ulfiana kepada detikSulsel, Senin (17/3/2025).

Amhar menjelaskan kombinasi fenomena itu bisa mengakibatkan pertumbuhan awan hujan. Terutama pada wilayah Sulsel bagian barat dan selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"BMKG mengidentifikasi kombinasi fenomena di atas mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan di Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya Sulawesi Selatan bagian barat dan Sulawesi Selatan bagian selatan," imbuh Amhar.

Selama 7 hari tersebut, hujan intensitas sedang hingga sangat lebat berpotensi terjadi selama dua hari. Situasi itu diprakirakan terjadi pada 18-19 Maret. Sementara sisanya, diprediksi terjadi hujan sedang hingga lebat.

ADVERTISEMENT

"Hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, berpotensi terjadi," ujar Amhar.

"Kondisi ini bertepatan dengan momen mudik Lebaran, yang dapat meningkatkan risiko banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta genangan di jalur transportasi," tambahnya.

4 Wilayah di Sulsel Rawan Banjir-Longsor

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkap ada 4 wilayah di Sulsel yang merupakan jalur mudik diprediksi dilanda cuaca ekstrem. Hal tersebut disampaikan Dwikorita saat pertemuan dengan Sekretaris Daerah (Sekda) Sulsel Jufri Rahman di Baruga Lounge, Kantor Gubernur Sulsel pada Minggu (16/3).

"Karena wilayah Sulawesi Selatan bagian utara, seperti Toraja, Luwu, Enrekang, dan Bone, termasuk wilayah Timur Tenggara, saat ini memasuki puncak musim hujan pada bulan Maret dan April. Di wilayah utara, dikhawatirkan terjadi banjir bandang dan longsor, yang juga terdapat jalur mudik," kata Dwikorita dalam keterangannya diterima detikSulsel, Senin (17/3).

Dia mengungkapkan wilayah tenggara Sulsel juga rawan banjir rob. Dwikorita pun menegaskan pentingnya berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mitigasi dan mengelola risiko dari bencana tersebut.

"Wilayah Tenggara rawan banjir, bahkan mungkin banjir rob. Oleh karena itu, penting untuk berkoordinasi dalam mengamankan dan mengelola risiko, misalnya dengan rekayasa lalu lintas buka tutup," paparnya.

"Jika ada peringatan dini BMKG di zona rawan longsor, mungkin sementara waktu tidak ada kendaraan yang melintas, karena peringatan dini tersebut biasanya berlaku hingga 3 jam," lanjutnya.

Dia menambahkan untuk penerbangan pihaknya akan mengeluarkan prakiraan cuaca ke pihak maskapai 6 jam sebelum melakukan penerbangan. Sehingga pihak maskapai dapat merencanakan jalur penerbangan yang aman.

"Misalnya ada risiko erupsi gunung api, risiko turbulensi, semuanya dapat diketahui. Awan kumulonimbus juga bisa terdeteksi dan informasi ini selalu diperbarui, sehingga penerbangan dapat direncanakan dengan tepat dan aman," tegasnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Pemprov Sulsel Siagakan Tim di Jalur Mudik

Menanggapi itu, Sekda Sulsel Jufri Rahman mengatakan berdasarkan prakiraan BMKG cuaca ekstrem diperkirakan akan terjadi pada puncak musim hujan pada Maret dan April. Periode tersebut bertepatan dengan puncak arus mudik Lebaran 2025.

"Kami menerima kunjungan Kepala BMKG Pusat dan menerima data terkait potensi daerah rawan, khususnya untuk mudik Lebaran nanti. Seperti kita ketahui, di daerah utara Provinsi Sulawesi Selatan ini kemiringan medannya cukup ekstrim sehingga potensi longsor sangat besar," kata Jufri.

Jufri menyebut Pemprov Sulsel akan segera melakukan mitigasi melalui Tim Terpadu Tanggap Bencana berdasarkan dari dari BMKG. Data tersebut sudah tersedia sejak 6 hari, 3 hari, bahkan real-time mulai terlihat sejak 3 jam hingga 30 menit sebelumnya.

"Dengan demikian, potensi bencana sudah dapat diketahui lebih awal," imbuhnya.

Jufri menjelaskan bahwa data potensi longsor yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum, agar alat berat dapat disiapkan di sekitar lokasi potensi longsor. Kemudian, Dinas Perhubungan bersama Polres setempat dapat melakukan rekayasa lalu lintas untuk menghindari bencana bagi para pemudik.

"Kemudian BPBD dan Dinas Sosial juga dapat melakukan evakuasi jika terjadi longsor. Data ini sangat penting karena menyangkut keselamatan manusia," jelasnya.

Halaman 2 dari 2
(asm/ata)

Hide Ads