Malam Nisfu Syakban merupakan malam penuh rahmat, karena Allah SWT memberikan ampunan sebesar-besarnya pada hamba-Nya. Pascabulan Syakban, datang lah bulan Ramadan (Ramadhan). Lantas, amalan apa saja yang bisa dilakukan setelah Nisfu Syakban hingga Ramadan menjelang?
Usai melewati keistimewaan malam Nisfu Syakban, umat Islam akan berjumpa kembali dengan bulan yang mulia, yaitu Ramadan. Dalam rangka menyambut bulan Ramadan, umat Islam dapat mempersiapkan dirinya dengan beberapa amalan.
Simak enam amalan untuk menyambut Ramadan, setelah melewati malam Nisfu Syakban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amalan Setelah Nisfu Syakban Menyambut Ramadhan
Dikutip laman resmi Nahdlatul Ulama (NU), ada enam amalan yang bisa dilakukan umat Islam setelah melewati malam Nisfu Syakban, dan untuk menyambut Ramadan.
1. Berpuasa Sunah
Setelah Nisfu Syakban, umat Muslim diperbolehkan untuk berpuasa, seperti puasa daud, puasa Senin dan Kamis, puasa dahar dan beberapa puasa sunah lain. Berpuasa juga diperbolehkan bagi mereka yang membayar karafah, gadha puasa, dan melanjutkan puasa pascapuasa Nisfu Syakban.
2. Perbanyak Selawat
Selain berpuasa, Muslim dianjurkan untuk memperbanyak selawat untuk Rasulullah SAW. Anjuran berselawat ini pada dasarnya dianjurkan ketika bulan Syakban. Berdasarkan Al-Quran Surat Al-Ahzab Ayat 56.
Arab:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya:
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.
3. Perbanyak Istigfar
Amalan mempersiapkan Bulan Ramadan dapat dengan memperbanyak istigfar. Menurut Sayyid Muhammad bin Alawi dalam Ithmi'nânul Qulûb menyebutkan: Istigfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Syakban dan malam pertengahannya.
"Istigfar dapat memudahkan rezeki manusia, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an dan hadits. Pada bulan Syakban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan," sambung Sayyid Muhammad bin Alawi.
4. Istikamah Berdoa di Bulan Syakban
Rasulullah SAW pada bulan Syakban mengistikamahkan doa kepada Allah SWT.
Arab:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya:
Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban. Sampaikan kami dengan bulan Ramadhan.
Doa di atas memiliki makna meminta keberkahan pada bulan Syakban dan umur panjang hingga dapat menikmati Bulan Ramadan.
Sebagaimana doa panjang umur yang dituturkan Rasulullah SAW sebagai berikut:
Arab:
كان إذا دخل رجب قال اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
Artinya:
Jika masuk bulan Rajab, Rasulullah berdoa, 'Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan Sya'ban. Sampaikan kami ke bulan Ramadhan.
5. Niat Menyambut Bulan Ramadhan
Umat Islam dianjurkan untuk berniat sambut Ramadan dengan ikhlas dan gembira. Sifat ini mampu menghindarkan manusia dari neraka. Hadis dalam Durrotun Nasihin menyebutkan:
Arab:
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
Artinya:
Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.
6. Berziarah
Untuk menyambut Ramadan setelah Nisfu Syakban, umat Muslim dapat melakukan ziarah ke makam orang tua. Tujuan ziarah ini untuk mengirim doa pada leluhur serta bertawassul agar diberi keselamatan dan keberkahan.
Dalam Surat al-Maidah Ayat 35, Islam menganjurkan tawassul dalam berdoa.
Arab:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk mendekatkan diri) kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung.
Doa Rasulullah SAW saat menguburkan Fatimah binti Asad, menurut riwayat Ali bin Abi Thalib
Arab:
اَللَّهُمَّ بٍحَقٍّيْ وَحَقِّ الأنْبٍيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ اغْفِرْلأُمِّيْ بَعْدَ أُمِّيْ
Artinya:
Ya Allah dengan hakku dan hak-hak para nabi sebelumku, Ampunilah dosa ibuku setelah Engkau ampuni ibu kandungku. (H.R.Thabrani, Abu Naim, dan al-Haitsami).
Artikel ini ditulis oleh Najza Namira Putri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(hil/sun)