Luka bakar pada tubuh bisa menimbulkan masalah serius bila tak segera ditangani. Berdasarkan data dari RSU dr Soetomo selama Januari 2019 hingga Desember 2021 mencatat ada 260 kasus luka bakar.
Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr dr Iswinarno Doso Saputro Sp BP-RE(K) mengatakan luka bakar bakar adalah luka luar biasa karena trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Luka bakar harus ditangani khusus agar tidak sampai terjadi infeksi.
Dampak dari luka bakar paling parah, kondisi kulit menjadi jelek dan menimbulkan rasa tidak nyaman, serta nyeri dan gangguan penampilan. Bila tingkat persentase luka bakar semakin tinggi, pasien bisa kehilangan nyawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iswinarno mencontohkan kasus September lalu di RSU dr Soetomo, yang mana seorang balita asal Ponorogo mengalami luka bakar 37% akibat tercebur panci berisi sayur panas. Setelah dirawat dan menjalani beberapa kali operasi pembersihan, hingga pada 30 Oktober balita itu meninggal.
Selain itu, pekan lalu RSU dr Soetomo menerima 6 pasien luka bakar dari insiden kebakaran gudang tiner di Jalan Kalianak Surabaya. Dua Pasien di antaranya yang mengalami luka bakar 60% dan 47% meninggal hari ini.
Prof Iswinarno menyebut beberapa perubahan yang terjadi akibat luka bakar. Di antaranya perubahan otot, tulang, dan glukosa yang berpengaruh pada kardiovaskular, paru-paru, ginjal, hati, kejiwaan, hingga rasa nyeri pada kulit.
"Luka bakar, meski berhasil hidup, dia akan menderita suatu gangguan pada kulit yaitu parut hipertrofik. Hal itu akan menyebabkan gangguan, baik pada penampilan maupun pada fungsinya," kata Prof Iswinarno di Unair Kampus C, Rabu (27/12/2023).
Bagi pasien yang mengalami luka bakar dan ingin mengobati, Prof Iswinarno memberikan beberapa pilihan terapi parut hipertropik akibat luka bakar. Seperti ecombinant growth hormone (rhGH), oksandrolon, terapi latihan fisik, serta silicone sheet dan pressure garment.
Selain itu, pasien juga bisa menggunakan injeksi intralesi. Caranya dengan triamcinolone (TAC) dan fluorouracil (5-FU), sekretom, hingga laser therapy.
"Pemberian rnGH dapat mempercepat penutupan luka bakar dan penyembuhan lokasi donor pada anak-anak dan orang dewasa. Namun, kekurangannya butuh monitoring ketat. Sedangkan pemberian oksandrolon akan memberikan peningkatan massa tubuh tanpa lemak, kekuatan otot dan pada anak-anak akan mempercepat pertumbuhan tinggi badan," jelasnya.
Ia menyebutkan saat ini penggunaan sekretom banyak dilakukan. Sekretom terdiri dari sitokin, kemokin, dan growth factor yang bisa membentuk kolagen, memperbaiki kelainan pigmen, dan tekstur scar atau luka.
Lalu ada terapi laser fraksional CO2 ablatif dan erbium:YAG (er:YAG) atau laser yang paling sering digunakan. Efek utama yang timbul yakni pengurangan ketebalan luka, peningkatan elastisitas bekas luka, hingga pengurangan nyeri dan pruritus.
"Perlu dibangun rumah sakit khusus untuk menangani kasus luka bakar dan luka pada umumnya sebagai upaya meningkatkan pelayanan, penelitian, dan pendidikan dalam bidang luka bakar," pungkasnya.
(dpe/fat)