Dalam historiografi Belanda, Bung Tomo dianggap penjahat perang yang memimpin pembantaian warga Indo Belanda di Balai Pemuda Surabaya. Tudingan ini akan diperdebatkan di De Balie Amsterdam, Belanda.
Dalam debat itu, salah satu pegiat sejarah dari Komunitas Roodebrug Soerabaia Ady Setyawan akan menjadi salah satu panelis yang diberi kesempatan menyampaikan fakta tandingan tentang Bung Tomo.
Ady diundang oleh De Baile, organisasi yang menyajikan program jurnalistik independen berbasis di Amsterdam, Belanda. Dia diundang karena dianggap sebagai tokoh yang memahami rentetan Perang Surabaya dan telah memiliki karya tulis tentang itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama ini, kan, Indonesia dan Belanda berkembang dengan historiografi masing-masing, termasuk tentang Bung Tomo, dan belum pernah dihadapkan. Nah malam itu kami akan dihadapkan, kami akan berdebat di sana, sama-sama mengajukan arsip-arsip," ujarnya kepada detikJatim, Rabu (8/11/2023).
Perdebatan yang akan digelar pada Kamis 9 November pukul 19.00 waktu setempat itu penilaian akan mana fakta dan mana mitos terkait sosok Bung Tomo akan diserahkan kepada penilaian masyarakat.
"Acara debat ini diprakarsai De Balie, dari tempat debatnya. Sebelum ini, aku nggak hafal juga, kalau nggak salah dulu pernah diperdebatkan di sana soal pembantaian di Sulawesi Selatan dan Rawa Gede," ujar Ady.
Dalam acara debat itu Ady diberi kesempatan menyampaikan pemaparan pembuka tentang Perang Surabaya yang puncaknya pada 10 November dan hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.
"Nanti aku dikasih waktu 15 menit sebagai opening untuk menyampaikan Perang Surabaya itu seperti apa. Bagaimana itu bermula? Bagaimana itu berakhir? Dan aku nanti akan menjelaskan bagaimana orang Surabaya menjaga semangat itu lewat parade kemarin, Parade Surabaya Juang," ujarnya.
Ady sendiri sudah berada di Belanda sejak Selasa pekan lalu. Dia mempersiapkan berbagai materi dan bukti-bukti bahwa Bung Tomo bukan seorang pemimpin pembantaian seperti yang ditulis dalam sejarah di Belanda.
Dalam debat itu Ady tidak sendiri. Dia akan menemani rekannya, seorang sejarawan Belanda bernama Marjolein van Pagee yang merupakan penulis buku bertajuk 'Bung Tomo de Revolutie van 1945'.
Peristiwa di Balai Pemuda. Baca di halaman selanjutnya.
Ady Setyawan mengatakan peristiwa yang dikaitkan dengan Bung Tomo sebagai penjahat perang itu terjadi di Balai Pemuda Surabaya pada sekitaran 15 Oktober 1945. Peristiwa itu terjadi setelah momen perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945.
Saat itu, sejumlah warga Indo Belanda di Surabaya diculik dan diinterogasi di Balai Pemuda Surabaya. Pelakunya adalah Laskar Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang diketuai oleh Soemarsono.
"Jadi soal Bung Tomo itu, Belanda itu menyimpan arsip kesaksian yang ngomong kalau Bung Tomo berdiri di Balai Pemuda memerintahkan pembantaian terhadap orang-orang Indo Belanda yang ditangkap, diinterogasi, dan dibunuh dengan kejam," kata Ady.
Narasi itulah yang akan dibantah oleh Ady dan temannya Marjolein van Pagee dalam debat di De Balie malam nanti. Mereka berdua akan berupaya menyampaikan sejumlah argumentasi dan sejumlah bukti penguat untuk meluruskan pemahaman orang Belanda tentang Bung Tomo.
"Karena kalau kita lihat di buku memoarnya Bung Tomo, dia menulis di situ bahwa 'saya diculik dan jadi korban di Balai Pemuda'. Nah orang yang melakukan penculikan di Balai Pemuda, Laskar PRI, ketuanya Soemarsono juga menulis memoar," ujarnya.
"Dalam memoar Soemarsono itu dia mengakui telah menculik Soetomo. Ini kan sangat kuat, orang yang diculik ngomong, yang menculik juga ngomong. Mana mungkin orang yang jadi korban penculikan berdiri memimpin pembantaian? Kan, nggak rasional," kata Ady.
Tidak hanya itu, dalam debat tersebut Ady juga berupaya meyakinkan publik Belanda bahwa dalam historiografi Indonesia peristiwa di Balai Pemuda Surabaya itu bukanlah pembantaian.
"Dari historiografi kita, nggak ada pembunuhan. Penyiksaan iya. Kenapa kok Indo Belanda jadi sasaran? Sing mengibarkan bendera merah putih biru di Hotel Majapahit (dulu hotel Oranye/Yamato) siapa? Orang-orang Indo Belanda. Ploegmann itu orang Indo," kata Ady.
"Nah Laskar PRI ini mau melakukan pembersihan orang-orang Indo Belanda itu siapa saja yang jadi kolaborator, yang pro Belanda? Tetapi apakah semua orang Indo ditangkap? Enggak. Kita juga punya catatan orang-orang Indo yang berjuang untuk Indonesia juga ada kok," imbuhnya.
Untuk menghadapi debat itu Ady mengaku telah mengumpulkan sebanyak mungkin memoar yang bisa dijadikan landasan argumentasinya dalam debat. Dia kumpulkan itu selama sepekan berada di Belanda.
"Aku juga launching buku juga November ini, isinya pengalaman-pengalaman dari veteran. Judulnya 'Kesaksian dari Garis Depan'. Jadi itu memoar seperti apa sih perang Surabaya dari para veteran perang yang bukan dari kalangan jenderal, tetapi dari mereka yang menjadi tukang becak, kuli bangunan, dan orang-orang yang nggak punya pekerjaan tetap tapi mereka menulis," katanya.