400 Sineas Protes di Cannes, Hollywood Dianggap Bungkam soal Gaza

Yup, lebih dari 400 sineas dan aktor ternama dunia angkat suara soal sikap diamnya industri perfilman global, terutama Hollywood sebagai pusat industri film, terhadap tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Surat ini pertama kali dirilis Selasa (13/5), dikabarkan Variety pada Minggu (18/5/2025).
Gak main-main, daftar nama yang mendukung surat ini makin hari makin panjang dan makin berat. Dari Pedro Pascal, Joaquin Phoenix, Riz Ahmed, Omar Sy, sampai sutradara pemenang Oscar Guillermo del Toro, semuanya ikut turun tangan.
Selain itu, ada juga Juliette Binoche, Rooney Mara, Jim Jarmusch, Camille Cottin, Fernando Leon dan Peter Straughan.
Dan itu belum termasuk nama-nama yang sejak awal sudah mendukung Palestina, seperti Mark Ruffalo, Melissa Barrera, dan Guy Pearce. Bahkan para kreator film besar juga ikut gabung, seperti Yorgos Lanthimos, Alfonso Cuaron, David Cronenberg, Viggo Mortensen, sampai Pedro Almodovar.
Dalam surat terbuka tersebut, para sineas dan artis ini menyuarakan rasa kecewa mereka terhadap industri yang dianggap pasif dan terkesan acuh terhadap krisis di Gaza.
"Sebagai seniman dan pelaku budaya, kami tak bisa tetap diam saat genosida terjadi di Gaza. Ini memukul komunitas kami sangat keras," bunyi salah satu bagian dari surat tersebut.
Mereka juga mempertanyakan, apa gunanya dunia seni kalau diam aja saat ketidakadilan terjadi?
"Apa gunanya profesi kita jika tidak mengambil pelajaran dari sejarah? Jika kita tidak hadir untuk melindungi suara yang tertindas?"
Surat ini muncul bukan tanpa alasan. Ada beberapa peristiwa tragis yang menurut mereka justru dianggap angin lalu oleh industri film.
Fatma Hassona, fotografer utama di dokumenter Put Your Soul in Your Hand and Walk, dibunuh Israel pada 16 April 2025. Padahal, film yang ia bintangi diputar juga di Cannes tahun ini.
Hamdan Ballal, sutradara No Other Land (yang sebelumnya menang Oscar), diculik dan diserang warga Israel. Sayangnya, The Academy dan pelaku industri film global nyaris gak ngasih reaksi apa pun.
"Kami malu dengan kepasifan seperti ini," tulis mereka tegas.
"Mengapa sinema, tempat lahirnya karya-karya yang berkomitmen secara sosial, tampak begitu acuh tak acuh dengan kengerian nyata dan penindasan yang diderita saudara-saudara kita?"
(dar/wes)