8 Fakta Temuan Mistis Mahasiswa UB Saat Teliti Pesugihan Gunung Kawi

8 Fakta Temuan Mistis Mahasiswa UB Saat Teliti Pesugihan Gunung Kawi

Fatichatun Nadhiroh - detikJatim
Selasa, 10 Okt 2023 11:40 WIB
Tim ekspedisi UB ritual pesugihan Gunung Kawi
Mahasiswa UB yang melakukan penelitian (Foto: Dokumen mahasiswa UB)
Malang -

5 Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) melakukan ekspedisi dan penelitian soal praktik pesugihan di Keraton Gunung Kawi. Mereka yakni Muhammad Harun Rasyid Al Habsyi, Zulfikar Dabby Anwar, Suntari Nur Cahyani, Anggi Zahwa Romadhoni, dan Andini Laily Putri.

Mereka tergabung dalam tim Artha Kawi. Mereka dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

Berikut sederet fakta-faktanya:

1. Tujuan Penelitian Mahasiswa UB di Gunung Kawi

Di bawah bimbingan sang dosen yakni Destyana Ellingga Pratiwi, SP, MP, MBA, penelitian yang mereka lakukan bertujuan untuk mencari tahu keterkaitan antara praktik mistisme di Gunung Kawi, dengan gangguan mental yakni skizofrenia psikosis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harun mengaku, penelitian tersebut berawal dari ketertarikan pada desas-desus adanya praktik pesugihan di kawasan Gunung Kawi. Informasi awal yang diperoleh, praktik pesugihan membutuhkan syarat khusus, yakni permintaan tumbal.

"Berdasarkan artikel-artikel yang ada di internet, beberapa menyebutkan bahwa dalam praktik pesugihan tersebut terdapat syarat khusus yang dikenal dengan adanya tumbal," ujar Harun saat berbincang dengan detikJatim, Sabtu (7/10/2023).

ADVERTISEMENT

2. Pelaku Ritual Khawatir Syarat Tumbal

Salah satu tim peneliti, Muhammad Harun Rasyid Al Habsyi mengatakan penelitian juga dilakukan untuk mengungkap dugaan apakah pelaku ritual memiliki kekhawatiran akan syarat tumbal yang diberikan. Sehingga mengalami kecenderungan mental disorder, suatu jenis gangguan mental atau jiwa.

"Kami menduga bahwa pelaku pesugihan akan merasa hidupnya tidak tenang, sehingga mengalami kecenderungan mental disorder," terangnya.

"Dari situ kami merasa penasaran terhadap kebenarannya, terutama terhadap kondisi pelaku pesugihan apabila harus mengorbankan orang di sekitarnya," imbuhnya.

3. Pelaku Ritual Kerap Punya Pengalaman Tak Biasa dan Unik

Hasil penelitian 5 mahasiswa UB setelah mewawancarai sejumlah informan yang pernah melakukan ritual di Gunung Kawi, kerap mendengar suara atau melihat sosok yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.

Peneliti masih terus menganalisis data yang diperoleh. Temuan awal menunjukkan keterkaitan yang signifikan antara ritual pesugihan Gunung Kawi dan kondisi psikologis pelakunya.

"Dari beberapa informan yang diwawancarai belum dapat divalidasi untuk adanya tumbal manusia," jelasnya.

4. Pengalaman Pelaku Ritual Pesugihan Gunung Kawi

Menurut Harun, tim telah menggali keterangan dan pengalaman pelaku ritual pesugihan Gunung Kawi, serta orang terdekatnya. Dari situ, mereka mendapatkan kesimpulan bahwa konsep harta dibalas nyawa dalam praktik pesugihan Gunung Kawi, dimaknai sebagai pengorbanan yang harus dilakukan oleh pelaku pesugihan atas tujuan dari individu tersebut.

Ia menambahkan, pengorbanan yang harus dilakukan seorang pelaku ritual tidak sama dengan pelaku ritual lainnya. Semua tergantung dengan tujuan serta motif ritual yang dijalani. Umumnya, pelaku ritual menginginkan kekayaan, pangkat atau penglaris.

Dalam observasi dan wawancara, informan yang ditemui tim Artha Kawi mengungkapkan bahwa setiap individu akan ditanya terkait keinginan atau tujuan ritual. Misalkan meminta kekayaan, maka mereka harus memenuhi syarat yang disampaikan oleh pembimbingnya.

5. Keinginan Pelaku Ritual Terkabul Dalam Setahun

Apabila dalam waktu satu tahun harapan mereka terkabul, maka pelaku ritual harus menggelar selamatan sebagai bentuk pengorbanan. Biasanya ritual yang dilakukan pada malam Jumat Legi atau malam 1 Suro.

"Jadi yang minta kekayaan itu dijaluk (diminta) itu ya. Kekayaan itu ditanya, kamu mau apa, tapi ya diminta imbalannya. Engko (nanti) kalau misale kamu 1 tahun bisa kaya, itu diminta tiap tahun. Lek (kalau) gak masuk ya kita sing (yang) meninggal. Dari keluarganya, kalau nggak keponakan," kata Harun mengutip hasil wawancara tim dengan R, pelaku ritual berusia 78 tahun asal Lumajang.

Harun menjelaskan, tumbal atau pengorbanan bagi pelaku ritual pesugihan Gunung Kawi, wajibnya dilakukan sekali dalam satu tahun.

"Kebanyakan para pelaku ritual yang berasal dari luar Gunung Kawi. Mereka datang ke Keraton Gunung Kawi pada malam Jumat Legi atau malam 1 Suro dan Hari Raya Idul Fitri," paparnya.

6. Tentang Tumbal Wedhus Kendit

Tim peneliti menemukan keterangan bahwa kebanyakan permintaan yang disampaikan adalah mencari kekayaan, derajat atau pangkat, serta penglaris usaha.

"Persyaratan yang umum dan muncul di hasil wawancara beberapa informan, adanya penumbalan kambing dengan syarat bercorak sabuk melingkar di perutnya dan dalam bentuk selametan," ujar Harun kepada detikJatim, Sabtu (7/10/2023).

Kambing sebagai tumbal dengan syarat bercorak sabuk melingkar pada bagian perut yang dimaksud, umumnya dikenal khalayak sebagai wedhus kendit. Kambing jenis ini memang sering dijadikan sarana ritual untuk tolak bala.

"Biasanya diarahkan dengan tokoh yang bernama Pangoyeg. Untuk kisaran harga tidak diketahui, namun ada indikasi kurang lebih bisa mencapai Rp 10 juta," sambung Harun.

Kendati begitu, Harun menegaskan bahwa keterangan yang diperoleh dari warga lokal terkait adanya pengorbanan dalam ritual pesugihan di Gunung Kawi, belum dapat dipastikan kebenarannya.

"Itu menurut penuturan salah satu warga lokal. Tapi tidak kami periksa kebenarannya, sebab fokus penelitian kami di segi mental disorder-nya," tegasnya.

7. Praktik Pesugihan Gunung Kawi Cenderung Mental Disorder

Dalam penelitian itu diketahui adanya keterkaitan antara praktik pesugihan Gunung Kawi, dengan kecenderungan mental disorder atau gangguan mental atau jiwa, adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi. Khususnya psikosis pada pelaku pesugihan.

"Secara general hasil yang kami dapatkan setelah melakukan wawancara dan observasi terhadap beberapa orang pelaku pesugihan Gunung Kawi dan orang terdekatnya yakni terdapat keterkaitan antara praktik pesugihan Gunung Kawi dengan kecenderungan mental disorder khususnya psikosis pada pelaku pesugihan," paparnya.

8. Kisah Mistis yang Dialami Tim Artha Kawi

"Untuk cerita unik dan seram kebetulan kami juga sempat mengalami beberapa pengalaman. Terutama di saat pengambilan data," kata Harun.

Harun mengungkapkan mereka pernah mengalami suatu pengalaman di luar nalar. Hal itu dialami ketika rombongan tim tengah perjalanan menuju Keraton Gunung Kawi. Tiba-tiba, rombongan 5 mahasiswa yang sebelumnya berjalan beriringan, kemudian terpisah.

Bahkan dalam perjalanan, mereka seperti tersesat hingga memakan waktu cukup lama mencapai tujuan. Kondisi itu mengakibatkan ekspedisi hari itu mengalami keterbatasan waktu.

"Pernah saat perjalanan menuju Keraton Kawi, kami sempat berputar-putar atau kami merasa disesatkan dan tim sempat secara tidak logis terpecah dan terpisah di dalam perjalanan menuju Keraton Kawi. Sehingga penelitian kami di hari itu mengalami keterbatasan waktu," tutupnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Alasan Fajar Bustomi Pilih Studio untuk Syuting 'Comic 8: Tumbal Sulam'"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/fat)


Hide Ads