Kemacetan di Kota Malang hingga kini masih menjadi persoalan yang belum bisa dituntaskan. Dishub Kota Malang menyebut bahwa kemacetan di Kota Pendidikan ini sudah mendekati titik jenuh.
Volume kepadatan lalu lintas di Kota Malang, dalam catatan Dishub, berpengaruh signifikan pada nilai derajat kejenuhan di ruas jalan yang kini mencapai 0,88. Angka ini hampir mendekati nilai maksimal titik jenuh yakni di angka 1.
Demi menangani persoalan kemacetan ini Kepala Dishub Kota Malang Widjaja Saleh Putra mengatakan dinasnya sedang melakukan kajian bersama tenaga ahli dari akademisi. Titik kemacetan di masing-masing kecamatan di Kota Malang sedang dipetakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita data dan analisa titik kepadatan di tiap kecamatan. Kajian ini masih berproses dan nanti ketika selesai akan menemukan manajemen rekayasa yang perlu diterapkan untuk atasi kepadatan," ujarnya pada Selasa (26/9/2023).
Ia memaparkan beberapa titik yang kerap mengalami kemacetan di waktu tertentu. Mulai dari Jalan Ki Ageng Gribig hingga Jalan Mayjen Sungkono, lalu Jalan Ranugrati, Jalan Danau Toba, dan Jalan Muharto.
Selain itu, kemacetan juga terjadi di Jalan Mertojoyo, Jalan Candi Panggung, serta di simpang empat Buk Gluduk.
Terkait titik kemacetan secara keseluruhan di wilayah Kota Malang masih belum bisa dijelaskan secara rinci dan terang karena dalam tahap pendataan dan kajian di tiap-tiap kecamatan.
"Tapi padatnya beberapa titik ini hanya terjadi di waktu-waktu tertentu. Sejauh ini untuk manajemen rekayasa lalu lintas masih coba dikaji. Penerapan rekayasa lalu lintas sejauh ini hanya di Buk Gluduk saja," terang Widjaja.
Kemacetan di Kota Malang ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, karena terbatasnya jaringan infrastruktur jalan yang berpengaruh pada kinerja jalan, kedua penggunaan jaringan jalan yang tidak semestinya.
"Penggunaan jaringan jalan yang tidak semestinya itu seperti PKL yang berjualan di jalan. Faktor ketiga terjadi kemacetan karena semakin padatnya volume kendaraan di Kota Malang," tandasnya.
(dpe/iwd)