Dilema Nelayan Saat Gelombang Tinggi: Ikan Berlimpah Tapi Bahaya Mengancam

Dilema Nelayan Saat Gelombang Tinggi: Ikan Berlimpah Tapi Bahaya Mengancam

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Selasa, 26 Sep 2023 21:34 WIB
Nelayan di Kampung Nambangan, Surabaya.
Nelayan di Kampung Nambangan, Surabaya. (Foto: Istimewa untuk detikJatim)
Surabaya - Gelombang tinggi dan cuaca buruk yang terjadi belakangan berdampak pada jadwal berlayar para nelayan. Nelayan di Surabaya gundah apakah berlayar ataukah tidak.

Karena saat ini ikan laut tengah melimpah. Namun cuacaa buruk dan gelombang tinggi mengintai. Cuaca ekstrem yang terjadi belakangan membuat para nelayan di kawasan Kampung Nambangan, Surabaya akhirnya mengurungkan niat untuk nekat berlayar mencari hasil laut.

Nelayan Nambangan Surabaya Ahmad Syukron menyatakan ada SOP bagi para nelayan di Nambangan dalam mencari ikan. Mulai dari melihat dan mematuhi prakiraan cuaca BMKG, memakai pelampung sebagai pengaman, hingga tidak nekat mencari ikan ke laut lepas saat cuaca ekstrem.

"Kami tidak pernah mencari ikan yang berkumpul di belakang baling-baling kapal besar. Meski ikannya banyak tapi itu berbahaya bagi nelayan," ujar Syukron kepada detikJatim, Selasa (26/9/2023).

Syukron menyebutkan bahwa ketika gelombang laut sedang tinggi, ikan maupun hasil laut lainnya menjadi lebih berlimpah. Termasuk saat pasang yang menyebabkan banjir rob. Hal itu menjadi godaan bagi para nelayan. Namun dia meyakinkan nelayan di Surabaya lebih sadar akan keselamatan.

"Kami sadar akan keselamatan, meski ikannya banyak," tutupnya.

Dia tegaskan pula bahwa nelayan di pesisir Surabaya menyadari bahwa pekerjaan menangkap ikan lebih membahayakan dibandingkan dengan pekerjaan lain. Karena itu pengetahuan dan keterampilan nelayan, termasuk peralatan keselamatan dan kelayakan dari kapal wajib dipenuhi.

Bila seluruh hal itu telah dipenuhi, maka nelayan bisa memperkecil risiko kecelakaan maupun serta terhindar dari fatalitas saat berlayar di tengah cuaca yang tidak menentu.

"Sebelum berlayar, biasanya kami kroscek informasi BMKG Tanjung Perak. Di balai kami juga ada videotron, sehingga bisa tahu prediksi cuaca terbaru seperti apa," ujarnya.

Berdasarkan data International Maritime Organization (IMO), penyebab terjadinya kecelakaan kapal ikan karena faktor kesalahan manusia mencapai 43,06%. Disusul faktor alam 33,57%, dan faktor teknis 23,35%.

Karena itulah Syukron menegaskan agar para nelayan di Nambangan harus 'berkawan' dengan alam. Saat cuaca sedang buruk, sebisa mungkin nelayan memilih membatalkan niatnya untuk melaut.

"Kalau memang cuaca buruk, kami memilih tidak melaut. Begitu juga kalau sudah di lautan, ketika cuaca buruk saya pribadi akan segera kembali ke darat," katanya.


(dpe/iwd)


Hide Ads