Dinas Kesehatan Pacitan mencatat, ada peningkatan kasus ISPA. Itu diduga karena fenomena yang terjadi seiring kemarau ekstrem yang melanda wilayah Pacitan. Warga pun diimbau mewaspadai kemunculan penyakit tersebut.
"Memang kebanyakan (ditemukan kasus) batuk pilek karena banyak debu. Juga karena adanya perubahan suhu dan kelembaban yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Pernyakit (P2P) Dinkes Pacitan Nur Farida, Kamis (14/9/2023).
Kenaikan kasus ISPA memang kerap terjadi saat intensitas hujan menipis dan berganti kemarau. Bahkan, untuk tahun 2023, dinkes mencatat angkanya cukup tinggi. Sejak Januari hingga Agustus tahun ini, sudah ada 9.489 kasus influenza-like illness (ILI).
"Kasus tertinggi terjadi pada bulan Mei yang mencapai 1.900 kasus atau meningkat 800 kasus dari periode yang sama tahun sebelumnya," paparnya.
Farida pun mengimbau masyarakat mengantisipasi hal ini sejak dini. Salah satunya, dengan mengenakan masker saat berada di luar ruangan. Di sisi lain, daya tahan tubuh harus tetap dijaga. Yaitu dengan mengupayakan konsumsi makanan bergizi seimbang dan melengkapi dengan vitamin.
"Karena penyebab penyakit adalah virus maka imun tubuh harus ditingkatkan seperti dengan mengonsumsi vitamin dan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang," tambahnya.
Farida menambahkan, ISPA memiliki gejala utama berupa batuk kering dan demam sekitar 38,5 derajat celcius. Meski tak ubahnya batuk pilek biasa, namun penyakit yang menyerang saluran pernapasan itu perlu penanganan intensif.
Di sisi lain, protokol kesehatan harus tetap dijaga untuk mencegah penularan.
(hil/fat)