Pakar Pendidikan Unesa Dukung Kebijakan Mahasiswa Tak Wajib Skripsi

Pakar Pendidikan Unesa Dukung Kebijakan Mahasiswa Tak Wajib Skripsi

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 30 Agu 2023 12:47 WIB
Ilustrasi menulis teks laporan percobaan.
Ilustrasi skirpsi. (Foto: Christin Hume/Unsplash)
Surabaya -

Mendikbudristek Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan baru dengan tidak mewajibkan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa S1 atau D4. Syaratnya, prodi mahasiswa yang bersangkutan sudah menerapkan kurikulum berbasis proyek maupun bentuk lain yang sejenis.

Menurut Pakar Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Dr Muchlas Samami, kebijakan itu bagus. Sebab, bisa menjadi pilihan untuk kampus yang sebenarnya sudah berjalan di beberapa perguruan tinggi.

"Itu pilihan-pilihan dan sudah berjalan sekarang. Jadi ndak usah risau. Menurut saya malah bagus bisa menjadi pilihan buat kampus," kata Prof Muchlas saat dihubungi detikJatim, Rabu (30/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prof Muchlas mengatakan apa yang disampaikan Mendikbudristek Nadiem itu sudah berjalan di banyak perguruan tinggi. Bahkan, kampus teknik menyebutnya bukan skripsi, tapi tugas akhir (TA), seperti ITS, ITB hingga UGM, tergantung prodinya.

"Kalau teman-teman teknik tugas akhir bukan skripsi. Seperti ITS menyebutnya bukan skripsi, tapi tugas akhir. Sama saja," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sebenarnya, lanjut dia, di negara lain juga sudah menerapkan. Ada yang bentuk skripsi, proyek, tugas akhir dan lainnya. Karena pada intinya, hal itu merupakan akumulasi dari berbagai mata kuliah yang pernah diterima.

"Nama saja. Skripsi boleh, tugas akhir boleh, proyek boleh, yang intinya menggambarkan akumulasi dari berbagai bidang ilmu yang dipelajari. Ndak apa apa, ndak masalah," jelasnya.

Ia menjelaskan di dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) No 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, syarat kelulusan itu bisa berbentuk proyek atau prototipe. Sehingga tidak wajib menggunakan skripsi.

"Tergantung perguruan tinggi, mau pakai nama apa. Terserah perguruan tingginya. Bunyinya tidak mengharuskan menghapus skripsi. Dapat berbentuk skripsi, tugas akhir, proyek, nggak masalah. Itu hanya pilihan. Tergantung kampusnya cenderung ingin bentuk skripsi penelitian, tugas akhir seperti arsitek soal gedung, proyek," urainya.

Baginya, pilihan ini akan membuat mahasiswa lebih luwes. Sebab, bisa memilih sesuai dengan prodi untuk bisa lulus.

Guru Besar Manajemen Pendidikan Unesa ini berpesan kepada perguruan tinggi, untuk menyesuaikan syarat kelulusan dengan ciri khas prodi. Sehingga bisa saling memudahkan dan menjadi pilihan mahasiswa yang tidak harus menyelesaikan kuliah dengan skripsi.

"Sesuaikan dengan ciri khas prodi. Kalau prodi skripsi ya gunakan skripsi, prodi cocok dengan tugas akhir ya gunakan tugas akhir, kalau prodi cocok dengan proyek ya gunakan proyek. Silahkan pilih yang cocok. Sosiologi misalnya cocoknya skripsi, prodi teknik sipil tugas akhir, nggak apa apa, nggak masalah," ujarnya.




(dpe/dte)


Hide Ads