Universitas Negeri Malang (UM) mengukuhkan lima Guru Besar baru di awal Agustus 2023. Kelima guru besar yang ditetapkan berasal dari berbagai bidang keilmuan.
Mereka adalah Prof Dr Yuni Pratiwi M.Pd.; Prof Dr Murni Sapta Sari M.Si.; Prof Dr Agung Winarno M.M.; Prof Dr Tuwoso M.P; Prof Aji Prasetya Wibawa, S.T., M.MT., Ph.D.
Salah seorang Guru Besar yang dikukuhkan, Prof Agung Winarno mengatakan, dalam upaya untuk mengembangkan potensi ekonomi pedesaan dan mencapai masa depan yang berkelanjutan, perlu adanya reorientasi fokus kewirausahaan yang selama ini lebih dominan di wilayah perkotaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal ruralpreneurship, yakni sebuah inisiatif yang bertumpu pada pengembangan kewirausahaan di pedesaan, menawarkan solusi berbeda yang menjanjikan nilai tambah bagi masyarakat desa.
"Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa dalam wilayah Kabupaten Malang berbagai komponen ini telah menjadi penentu kesuksesan pembangunan kewirausahaan pedesaan seperti budaya masyarakat, kelembagaan, keberadaan tokoh inspiratif, sumber daya alam, teknologi tepat guna (TTG), dan infrastruktur," kata Agung Winarno kepada wartawan, Rabu (2/8/2023).
Namun, kata Agung, banyak upaya pembangunan kewirausahaan di pedesaan mengalami kesulitan karena pendekatan pendidikan yang salah.
Menurut Agung, pendidikan kewirausahaan lebih berfokus pada pengembangan keterampilan fungsional berbisnis. Yakni pendekatan proses tanpa memberikan cukup perhatian pada pengembangan nilai-nilai kewirausahaan. Hal ini menyebabkan ketidakefektifan dalam menciptakan wirausaha yang tangguh di pedesaan.
Sementara Prof Yuni Pratiwi mengungkapkan, pembelajaran bahasa Indonesia mencakup pembelajaran berbahasa dan bersastra. Salah satu isu penting dalam pembelajaran sastra yaitu muatan semangat kebangsaan dalam sebuah karya.
"Akar semangat kebangsaan bangsa Indonesia telah ditanamkan oleh para pejuang kemerdekaan yang berhadapan dengan penjajah dan direkam oleh para sastrawan," katanya terpisah.
Yuni menuturkan, karya sastra yang bermuatan semangat kebangsaan dapat digunakan oleh para pendidik sebagai sumber pelajaran untuk mengantar peserta didik memiliki kompetensi kognitif dan afektif untuk tumbuh kembang ke alam dewasa sebagai pembela bangsa.
"Dalam belajar sastra, peserta didik menggunakan otak secara berimbang. Otak belahan kiri akan bekerja untuk mengoptimalkan kompetensi linguistik dalam memahami," tutur Guru Besar bidang Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Sastra UM ini.
Sementara Prof Aji Prasetya Wibawa yang menjadi Guru Besar pertama bidang Rekayasa Pengetahuan dan Data Sains di Indonesia sekaligus di UM itu menyampaikan pidato berjudul Weruh Sakdurunge Winarah: Wujud Integrasi Data, Informasi, Pengetahuan, dan Kebijaksanaan'.
Aji melihat yang akan terjadi sebelum segalanya betul-betul terjadi. Ungkapan ini sering dikaitkan dengan kedekatan makhluk dengan penciptanya bahkan kadang dikonotasikan dengan hal-hal yang bersifat mistik.
"Weruh sadurunge winarah juga merupakan epistem ilmu titen atau niteni, yang berasal dari memahami data dan informasi yang pernah ada untuk membuat generalisasi kesimpulan yang tepat," ujarnya.
Sementara Prof Dr Tuwoso menyoroti soal pendidikan vokasi abad 21. Bahwa pendidikan vokasi di Indonesia mengalami kesenjangan curam dengan dunia industri.
Bahkan bisa dikatakan lembaga pendidikan vokasi tertinggal karena tidak memiliki kemajuan teknologi di industri.
"Banyak lulusan skill khusus yang diperlukan oleh industri. Hal itu merupakan great challenge untuk dunia pendidikan vokasi di era industri 4.0. Era revolusi industri 4.0 membawa konsekuensi yang cukup serius untuk dunia pendidikan vokasi," ujar Guru Besar bidang pendidikan Vokasi, Fakultas Teknik UM ini.
Prof Murni Sapta Sari menjelaskan soal literasi botani dalam hal konsep dan proses pembelajaran biologi dalam mempersiapkan calon guru untuk pembangunan berkelanjutan (SDGs). Hasil studinya menunjukkan bahwa sebagian besar guru biologi tidak dapat merancang pembelajaran bidang botani dengan baik, karena diberikan tidak mengikuti konsep dan proses yang tepat.
Implikasinya menyebabkan bidang botani tidak diminati siswa. Oleh karena itu literasi botani di kalangan pendidik biologi perlu diberdayakan dalam pembelajaran.
"Kita memiliki kekayaan botani yang sangat luas, itu yang bisa dijadikan guru biologi sebagai bahan pembelajaran botani," ujar Guru Besar bidang Biologi yang fokus pada botani ini.
(dpe/dte)