Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengukuhkan empat guru besar, yaitu Paul Gabriel Tamelan, Hery Leo Sianturi, Jasman, dan Melkisedek Taneo. Pengukuhan itu berlangsung di Auditorium Undana, Selasa (3/12/2024).
Rektor Undana, Maxs Sanam, mengumumkan keempat guru besar itu, pertama Paul Gabriel Tamelan, merupakan guru besar Teknik Pengairan di Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Undana Kupang. Kemudian, Hery Leo Sianturi, guru besar bidang Geofisika Ekplorasi dan Kebencanaan pada Fakultas Sains dan Teknik (FST) Undana Kupang.
Selanjutnya, Jasman, guru besar Biokimia Fermentasi di Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kupang. Terakhir, Melkisedek Taneo, guru besar Strategi Pembelajaran di Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Undana Kupang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengukuhan empat guru besar, itu dijalankan sesuai dengan aturan yang berlaku. Sehingga mereka juga turut menyampaikan orasi ilmiahnya yang bertujuan untuk memberikan gagasannya sesuai bidang ilmunya agar bisa diketahui oleh seluruh masyarakat," ujar Maxs seusai pengukuhan, Selasa siang.
Guru Besar Mikrobiologi dan Parasitologi di Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan (FKKH) Undana itu menjelaskan sejak Undana didirikan pada 1 September 1962, sudah mencetak 59 profesor dari berbagai bidang ilmu. Namun, yang masih aktif terdapat 36 orang.
"Sampai dengan hari ini sudah 59 profesor di Undana. Ada yang sudah purnabakti, pindah tugas dan meninggal sehingga yang masih aktif ada 36 orang. Namun, rencananya akan dikukuhkan lagi empat orang jadi guru besar dalam waktu dekat," jelas Maxs.
Dia berharap empat guru besar yang baru dikukuhkan menjadi lokomotif dalam pengembangan akademik. Sehingga memberikan pendidikan yang berkualitas dengan penelitian dan pengabdian kepada mahasiswa, masyarakat, bangsa, dan negara.
"Sejak saya menjabat rektor, sudah 26 orang yang dikukuhkan jadi guru besar. Kami selalu mendorong dengan pemberian insentif, dana riset dan mengirim mereka untuk mengikuti seminar-seminar nasional," ungkap Maxs.
Maxs menambahkan Undana mencetak hampir 90 persen guru besar di NTT. Maka dari itu, dia berujar, Undana masuk akreditasi unggul di Indonesia.
"Kalau dilihat secara keseluruhan, maka 90 persen guru besar yang ada di NTT, hanya ada di Undana. Hal ini sebagai rujukan bagi masyarakat NTT untuk menyekolahkan anaknya di Undana," beber Maxs.
Salah seorang guru besar, Hery Leo Sianturi mengungkapkan risetnya terkait peran geofisika dalam mitigasi bencana alam di NTT. Menurut Hery, peran perencanaan tata ruang sangat penting untuk pembatasan pembangunan di daerah-daerah yang rawan terhadap bahaya akibat bencana alam.
"Perencanaan tata ruang yang berfokus pada pengurangan risiko bencana menjadi semakin penting, mengingat tingginya frekuensi bencana alam yang terjadi. Salah satu metode yang efektif dalam mengurangi risiko tersebut adalah melalui zonasi ruang atau pembatasan
pembangunan di daerah-daerah rawan bencana," kata Hery dalam orasi ilmiahnya.
Dia menjelaskan pendekatan berbasis kebencanaan, itu bertujuan untuk menciptakan penggunaan ruang yang efisien dan sekaligus meminimalisasi dampak bencana, seperti longsor, banjir, gempa bumi, dan tsunami.
"Sebagai alat mitigasi perencanaan tata ruang berperan dalam mengurangi risiko, kerugian jiwa, dan kerusakan properti.
Meskipun perencanaan tata ruang memiliki potensi besar untuk mengurangi risiko bencana, sayangnya pendekatan ini masih belum menjadi prioritas dalam kebijakan pengurangan risiko bencana di Indonesia," jelas Hery.
Hery menegaskan pemerintah kerap lebih fokus pada fase tanggap darurat, melalui penguatan organisasi yang berfungsi merespon bencana setelah terjadi. Mekanisme tanggap darurat umumnya dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana atau Satuan Tugas Penanggulangan Bencana.
"Padahal, perencanaan tata ruang seharusnya menjadi alat utama untuk pengurangan risiko sebelum bencana terjadi dengan mengintegrasikan berbagai bentuk mitigasi, baik fisik maupun non fisik," pungkas Hery.
(hsa/hsa)