Awalnya jumlah korban keracunan dilaporkan 18 orang seperti yang disampaikan Camat Kenjeran, Surabaya Yuri Widarko. Namun puskesmas setempat memberi update data bahwa jumlah korban mencapai 71 orang.
"Dari kasus itu ada 71 warga kena. Kemudian yang dirawat di puskesmas 14, 12 kita rujuk ke RS. Ada ke RSUD dr Soewandhie 4, RS Unair 3, Puskesmas Bulak Banteng ada 3, Sidotopo Wetan ada 1. Jumlahnya yang rawat inap ada 26," kata dr Eka Kartikawati, Kepala Puskesmas Tanah Kalikedinding.
Keracunan massal ini terjadi usai warga menyantap olahan daging kurban pada Kamis (29/6) malam, kemudian mengalami gejala pada Jumat (30/6) pagi. Sejumlah warga bahkan sempat dirawat di Puskesmas hingga di rumah sakit terdekat.
Dari 71 warga yang keracunan, tidak semuanya dirawat inap. Ada yang menunjukkan gejala tetapi tidak berat sehingga bisa menjalani rawat jalan di rumah masing-masing.
"Kalau total warga yang saat ini di rumah sedang pantauan kami, yang ada gejala tapi tidak berat, sekitar 45 orang. Itu total dari 71 korban. Ada yang berobat jalan tapi posisi di rumah, kami obati saat kami turun kemarin sore," katanya.
Dokter Eka menjelaskan bahwa keracunan massal itu bermula dari kegiatan tahunan Idul Adha di kampung warga. Gejala yang dirasakan warga mulai dari mual, muntah, diare, hingga demam sehingga sejumlah warga langsung dilarikan ke RS, sejumlah dokter praktik swasta, atau periksa mandiri.
"Puskesmas dapat kabar sekitar pukul 16.00 WIB, kita langsung turun dan mengobati dari rumah ke rumah kemarin sore. Yang kita temukan harus dirujuk langsung kita rujuk, ada yang ke ambulans, ada yang kita rujuk ke puskesmas. Kami stand by di puskesmas. Sampai ini tadi masih ada yang masuk," katanya.
Ada pun daging kurban yang diduga sebagai penyebab keracunan massal ini telah diambil sampelnya untuk diuji laboratorium. Pasien yang dirawat juga diambil sampel untuk dikirim ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.
"Diduga memang dari makanan pada saat acara, karena semua yang makan. Untuk kepastiannya belum, tapi sudah mengambil sampel gule, krengsengan, sate. Sudah dikirim ke BBLK hari ini. Masalah hasilnya kami belum tahu," urainya.
Dokter Eka tidak bisa memastikan kapan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap makanan itu akan keluar. Karenanya sampai saat ini dia belum bisa memastikan apa penyebab keracunan tersebut.
"Saya kirim sampelnya lewat dinas kesehatan. Saya belum tahu kapan hasilnya akan keluar. Data (korban keracunan) juga sudah kami laporkan ke wali kota, biar tidak salah data," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa keracunan massal yang dialami warga bisa disebabkan karena banyak hal. Salah satunya bisa karena kebersihan saat mengolah makanan.
"Kalau keracunan, mungkin masakannya yang kurang bersih, dilihat. Insyaallah mungkin ada yang tidak tahan makanannya atau apa," kata Eri.
Mengetahui adanya warga yang keracunan massal, Eri meminta jajarannya untuk turun melakukan pengecekan. Termasuk dengan segera menangani dan mengantisipasi keracunan bagi warga lainnya.
"Kemarin sudah ada dari teman-teman kelurahan dan kecamatan melaporkan. Dicek saja dulu. Saya bilang cek dulu, apa karena masakannya atau karena yang makan tidak kuat?" Jelasnya.
Dia juga mengimbau warga lainnya agar menjaga kebersihan. Terlebih pada momen Idul Adha ini cukup banyak yang mengolah daging kurban menjadi aneka menu hidangan.
"Daging kurban itu, sudah sejak awal sebelum kurban disembelih sudah disampaikan bagaimana membersihkannya, mencuci, masaknya juga disampaikan teman-teman. Kebersihan harus dijaga, karena bagaimanapun itu memberikan jangan sampai kegiatan yang baik ada mudaratnya," katanya.
(abq/iwd)