Wali Kota Eri Cahyadi menegaskan Pemkot Surabaya tak pernah menggunakan dana stunting untuk perjalanan dinas atau keperluan lainnya. Menurut Eri, anggaran stunting tak bisa diutak-atik karena sudah tersistem di rekening.
Apa yang disampaikan Eri ini sekaligus menjawab kritikan Presiden Jokowi yang menyebut ada pemda yang menggunakan anggaran stunting untuk perjalanan dinas. Bahkan dipakai untuk memberi honor pegawai.
"Ya gak ada, wong anggaran stunting Surabaya itu jelas, dibuat kudapan satu orang berapa. Dibuat beli vitamin 1 orang berapa, susu berapa. Wis jelas anggarannya. Aku ya bingung kalau sampai pak presiden bilang gitu apa ada anggaran yang glondongan (gak jelas)," kata Eri kepada detikJatim di Jalan Jimerto, Jumat (16/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eri menambahkan di Surabaya untuk dana stunting sudah masuk per rekening atau anggaran kebutuhan yang tidak bisa diubah. Seperti kebutuhan kudapan, vitamin, susu dan lainnya sudah masuk dalam satu rekening anggaran. Sehingga anggaran tersebut tidak bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya, termasuk bepergian.
"Kan gak mungkin anggaran kudapan dinaikkan ambulans, pesawat, kan gak mungkin. Tapi saya pastikan di Surabaya tidak ada. Karena di Surabaya itu per rekening sudah terlihat," jelasnya.
Ia juga memastikan tidak ada anggaran stunting di Surabaya yang digunakan untuk perjalanan dinas. Karena anggaran sudah disiapkan sendiri dan tidak bisa diubah untuk kebutuhan penanganan stunting.
"Penanggulangan stunting apa saja isinya, kan tidak ada perjalanan dinasnya di sana. Sehingga anggaran bisa dicairkan sesuai kebutuhan rekening yang ada," terangnya.
Menurut Eri, secara global dana stunting di Surabaya mencapai 50,2% anggaran dari APBD Surabaya Rp 11,2 Triliun, untuk anak yang di dalamnya ada pranikah, nikah, stunting, gizi buruk hingga kematian ibu dan anak.
"Kalau ingin zero stunting tidak bisa hanya diberi susu saja, tapi orang yang akan menikah akan kita berikan zat besi, setelah menikah diberi vitamin," ujarnya.
Angka stunting di Surabaya saat ini tercatat ada 712 balita. Dari angka itu sebanyak 709 diantaranya mengidap konginetal 82, penyakit kronis 96, dan 494 penyakit berulang dan 38 tanpa penyakit.
Sedangkan balita baru yang tercatat ada 3 kasus. Rinciannya, 1 penyakit konginetal, 1 penyakit kronis, 1 penyakit berulang dan 0 tanpa penyakit.
Eri menyebut, dari awal tahun hingga pertengahan tahun ada penurunan sekitar 500 kasus stunting. Pihaknya pun terus berusaha agar Kota Pahlawan bisa menjadi zero stunting.
"Kalau mau zero stunting yang posisi penyakit berulang dengan penyakit kronis TBC yang kita sembuhkan. Penurunan 1.200 menjadi 709 dari awal tahun," tandas Eri.
(abq/iwd)