Warga 6 RT di Sidoarjo Cemas Tanggul Penahan Lumpur Bocor

Warga 6 RT di Sidoarjo Cemas Tanggul Penahan Lumpur Bocor

Suparno - detikJatim
Minggu, 04 Jun 2023 04:04 WIB
Kondisi rumah warga di Sidoarjo yang retak-retak karen terdampak tanggul lumpur
Kondisi rumah warga di Sidoarjo yang retak-retak karen terdampak tanggul lumpur (Foto: Suparno/detikJatim)
Sidoarjo -

Ribuan warga di 6 Rukun Tetangga (RT) di Sidoarjo cemas dengan keberadaan tanggul penahan lumpur di titik 67. Warga cemas lantaran di sisi bawah tanggul terdapat aliran air yang terus bocor menggenangi rumah warga.

Ribuan warga yang menempati Dusun Polo Gunting, Desa Gempol Sari tersebut setiap hari cemas karena rumah mereka banyak yang rusak. Ini karena keberadaan ratusan rumah warga berada di bawah tanggul penahan lumpur.

Terlebih jika ada aktivitas alat berat di atas tanggul penahan lumpur. Jika itu terjadi, warga memilih keluar rumah. Sebab saat alat berat tersebut menjalankan aktivitasnya, rumah mereka seperti bergerak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dusun Polo Gunting mulai RT 11 sampai RT 16 ini terdapat 402 rumah, 485 Kepala Keluarga (KK), dan 1.563 jiwa. Sejak adanya tanggul penahan lumpur tahun 2009 warga juga kesulitan mendapatkan air bersih. Air sumur warga warnanya kuning, rasanya sangat asin, serta perih bila mengenai mata.

"Posisi rumah warga tidak jauh dari tanggul, sekitar 50 meter, sementara itu di sisi bawah terdapat aliran air untuk mengurangi debit air yang berada di pon. Sedangkan dari aliran tersebut sering terjadi rembesan air ke jalan dan rumah warga," kata Abdul Haris, Kades Gempol Sari di lokasi, Sabtu (3/6/2023).

ADVERTISEMENT

"Kami sudah mengajukan pemberitahuan ke pihak PPLS sejak 22 Mei 2023, namun hingga saat ini belum ada penjelasan. Sehingga kami mengambil keputusan sendiri untuk meninggikan jalan tersebut menggunakan 2 dump truk sertu," imbuh Haris.

Sementara itu Abdul Kholik (62), warga Polo Gunting RT 11 membenarkan memang banyak rumah warga yang rusak. Kerusakan itu terlihat dinding rumah banyak yang pecah-pecah. Apabila ada aktivitas alat berat di atas tanggul rumah warga ini seperti bergerak.

"Kalau ada aktivitas alat berat di atas tanggul, warga memilih di luar rumah, warga takut apabila rumah ambruk," kata Kholik.

"Selain itu tanggul penahan lumpur ketinggiannya mencapai 11 meter. Sementara itu posisi rumah warga di bawah tanggul. Kami tidak bisa membayangkan apabila musin penghujan di pon tersebut airnya penuh dan tanggul itu jebol, bagaimana nasib ribuan warga ini," imbuh Kholik.

Hal sama disampaikan oleh Mustofa (65), warga Dusun Polo Gunting RT 11. Tanggul penahan lumpur itu berdampak kepada sumur warga.

"Sejak tahun 2009 warga ini sangat kesulitan untuk mendapat air bersih. Setiap harinya warga mendapatkan air bersih cara membeli. Setiap hari mengeluarkan uang untuk membeli air bersih Rp 30 ribu hingga Rp 40 per hari," kata Mustofa.

"Karena sumur warga air berwarna kuning, tidak bisa dikonsumsi, tidak bisa untuk mencuci pakaian, rasanya asin, bila terkena mata rasanya perih. Warga mengharapkan bantuan air bersih setiap hari. Warga sering mendapatkan bantuan air bersih namun hanya sehari saja," tandas Mustofa.




(abq/dte)


Hide Ads