Malang Darurat Bunuh Diri, Psikolog Ingatkan Peran Penting Orang Terdekat

Malang Darurat Bunuh Diri, Psikolog Ingatkan Peran Penting Orang Terdekat

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Selasa, 30 Mei 2023 19:12 WIB
ilustrasi kolom tentang fenomena bunuh diri
Ilustrasi bunuh diri. (Foto: Edi wahyono/detikcom)
Malang -

Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan.

Kota Malang darurat bunuh diri. 3 kasus dalam sepekan menjadi parameternya. Salah satunya kasus pemuda yang meloncat di Jembatan Soekarno-Hatta (Suhat) Kota Malang.

Psikolog sekaligus Kepala UPT Bimbingan dan Konseling UMM Hudaniah mengatakan, secara pasti tidak mengetahui penyebab kasus bunuh diri yang beberapa waktu lalu terjadi. Meski begitu, berdasarkan informasi yang diketahuinya sejumlah kasus bunuh diri itu dilakukan oleh orang-orang di usia remaja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara umum kalau dilihat usia (yang bunuh diri), usia remaja di umur 20-an. Pada umumnya kasus bunuh diri pada remaja itu karena ada tekanan yang dia rasa sangat tidak bisa diatasi. Jadi apakah stres, putus asa, merasa capek secara terus menerus sehingga depresi," ujarnya kepada detikJatim, Selasa (30/5/2023).

Menurut Hudan, usia remaja secara biologis merupakan usia penuh gejolak. Usia remaja ini adalah massa perkembangan dari anak-anak ke dewasa dan aktifnya mencari sebuah jati diri.

ADVERTISEMENT

"Di usia ini biasanya merupakan massa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Mereka dituntut dari diri sendiri maupun sosial untuk matang," ungkapnya.

Ketika seorang remaja ini mengalami depresi, mereka berpotensi mengambil jalan pintas.

"Ketika putus asa itu terjadi, ini yang membuat mereka seolah-olah mengakhiri hidup adalah pilihan yang bisa mereka lakukan," terangnya.

Faktor pendukung yang membuat seseorang memutuskan untuk bunuh diri adalah informasi maupun komentar-komentar yang beredar di Media Sosial (Medsos).

"Ditambah informasi dari media sosial. Setiap orang dengan mudahnya meng-upload peristiwa bunuh diri tanpa tahu detailnya. Sementara individu atau remaja yang sedih dan dan merasa relate mendapatkan informasi itu seperti mendapatkan stimulasi dan menguatkan keputusan mereka bunuh diri," kata Hudan.

Dalam kondisi ini, keluarga, teman, hingga orang-orang sekitar memiliki peran penting untuk membantu seseorang terlepas dari depresi yang sedang dihadapi. Bantuan yang bisa dilakukan adalah dengan cara memberikan penguatan maupun menampung cerita keluh kesah atau masalah yang sedang dihadapi seseorang.

"Kuncinya adalah keluarga, lingkungan sekolah, teman. Banyak pihak yang bisa memberikan penguatan-penguatan agar keluhan yang dirasakan individu itu bisa terfasilitasi," ungkapnya.

Hudan menyarankan agar keluarga maupun teman yang memberikan penguatan tidak melakukan penghakiman kepada seseorang yang mengalami depresi.

Hal itu, akan berdampak buruk pada pandangan seseorang yang mengalami depresi. Mereka akan menganggap bahwa tidak ada yang bisa mengerti perasaanya.

"Sebisa mungkin kalau dari orang tua sebagai orang terdekat memberikan penguatan dan mendengarkan keluhan anaknya dengan memposisikan sebagai anak tersebut," kata dia.

"Contoh, anak bilang penghapus diambil teman. Kemudian dijawab orangtua, 'ya bagaimana caranya besok tidak diambil lagi', selesai. Sementara kebutuhan anak tidak hanya itu, terjaga relasi dengan temannya, tapi tetap survive dan barang-barangnya tetap terlindungi. Jadi pemahaman perasaan anak," sambungnya.

Hudan menyampaikan bahwa saran itu juga berlaku bagi teman yang memberikan penguatan pada seseorang yang mengalami depresi.

"Jadi sebisa mungkin didengarkan keluhannya dulu saja. Jangan sampai memberikan penghakiman karena itu akan membuat seseorang yang depresi merasa ditolak," tuturnya.

Ketika memang tidak ada lagi orang yang bisa menjadi tempat untuk bercerita bisa juga mengambil langkah dengan menghubungi profesional atau konseling yang ada.

"Biasanya kan ada hotline yang dibuat Pemerintah Kota (Pemkot) Malang itu bisa dimanfaatkan dan bisa bercerita di situ untuk mengurangi depresi," tandasnya.




(dpe/dte)


Hide Ads