Ini Saran Psikolog Agar Pengidap Gangguan Mental Tak Bunuh Diri

Ini Saran Psikolog Agar Pengidap Gangguan Mental Tak Bunuh Diri

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 02 Okt 2024 07:30 WIB
Ilustrasi bunuh diri dari atas gedung
Ilustrasi (Foto: Mindra Purnomo)
Surabaya -

Dalam sebulan dua kasus bunuh diri terjadi di Surabaya. Korbannya dua mahasiswa yang juga dilakukan dengan cara melompat dari gedung kampusnya.

Pada kasus pertama, seorang mahasiswi Universitas Ciputra berinisial SN (20) terjun dari gedung kampus dari lantai 22 di Sambikerep, Surabaya pada Rabu (18/9) sekitar pukul 5.55 WIB. Adapun motifnya diduga karena masalah asmara.

Terbaru, R mahasiswa Petra Christian University (PCU) ditemukan melompat dari lantai 12 gedung kampusnya, Selasa (1/10) pukul 10.20 WIB. Meski polisi masih menyelidiki, namun aksinya itu diduga karena bunuh diri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Praktisi psikolog klinis dan forensik Surabaya, Riza Wahyuni SPsi MSi menilai bunuh diri bukan solusi menyelesaikan masalah. Untuk itu, Riza mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan orang terdekat, apalagi yang mengalami masalah mental.

"Dengan waktu berdekatan ini saya tidak berharap terulang di tempat lain. GenZ sekarang generasi yang cukup brilian, sangat pintar, cerdas, miliki potensi besar. Tapi banyak problematika dihadapi, misal masalah dalam keluarga, hubungan pertemanan, memiliki gaya hidup hedon sehingga terjerat hutang atau yang mengalami kekerasan baik fisik maupun seksual, malu dan tidak mampu menghadapi kenyataan bisa menjadi depresi. tuntutan yang diberikan tidak sesuai dengan ekspektasi, rasa kecewa, tidak mampu, kelelahan berlebihan," kata Riza saat dihubungi detikJatim, Selasa (1/10/2024).

ADVERTISEMENT

Psikolog, Praktisi Perlindungan Perempuan dan Anak Jatim ini mengatakan, peran media massa juga besar. Di mana diharapkan tidak membesarkan isu bunuh diri, justru sebaiknya memberikan edukasi.

"Kita tidak berharap isu ini dibesar-besarkan. Peran media apakah harian, online dan lainnya berharap bijaksana dalam pemberitaan berkaitan dengan hal ini. Edukasi sangat penting kepada masyarakat bagaimana mereka harus melakukan apa ketika menghadapi hal tidak menyenangkan, harus kemana mereka pergi, ajak masyarakat untuk melakukan pertolongan pertama psikologi bagi mereka yang bermasalah secara mental," jelasnya.

Riza menyebut ada tiga hal yang bisa dilakukan masyarakat agar lebih aware terhadap lingkungan sekitar. Yakni melihat, mendengar dan rujuk.

Pertama, melihat apa kebutuhan mereka yang mengalami masalah, tempat aman, kebutuhan didengar, bercerita, hingga mendapat penanganan medis.

Kedua mendengarkan, seperti cerita mereka yang sedang mengalami kondisi tidak nyaman dari A-Z tanpa menghakimi atau menyalahkan. Terpenting tanpa merendahkan apapun situasinya, karena mereka dalam situasi sulit.

"Ketika ingin menangis atau marah biarkan mengekspresikan tanpa kita membatasi. Dan jangan paksa mereka bercerita jika mereka sudah menangis tidak ingin bercerita. Ketika ingin bercerita dengarkan tanpa memotong pembicaraannya," ujarnya.

Terakhir merujuk kepada profesional. Ketika bertemu dengan saudara, teman, atau kerabat yang mengalami kondisi tidak baik-baik saja untuk menyampaikan kepada mereka agar datang ke profesional.

"Profesional (psikolog) akan lebih banyak membantu dan akan bekerja sesuai dengan kode etik profesi dan pasti akan dirahasiakan seperti kode etik pengobatan umum," pungkasnya.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads