Cegah Bunuh Diri di Bali, Dinsos Imbau Warga Manfaatkan Psikolog Gratis

Cegah Bunuh Diri di Bali, Dinsos Imbau Warga Manfaatkan Psikolog Gratis

Fabiola Dianira - detikBali
Jumat, 11 Apr 2025 13:17 WIB
Kepala Dinsos P3A Provinsi Bali, Luh Ayu Aryani, seusai acara ulang tahun Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Gedung Natya Mandala ISI Bali. Jumat (11/4/2024) (Fabiola Dianira).
Foto: Kepala Dinsos P3A Provinsi Bali, Luh Ayu Aryani, seusai acara ulang tahun Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Gedung Natya Mandala ISI Bali. Jumat (11/4/2024) (Fabiola Dianira).
Denpasar -

Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Provinsi Bali Luh Ayu Aryani mengimbau masyarakat untuk tidak ragu memanfaatkan layanan psikolog gratis dari pemerintah. Hal itu menanggapi maraknya kasus bunuh diri di Pulau Dewata.

"Di (Dinsos) provinsi sendiri ada psikolog, ada konsultasi gratis. Kemudian dari rumah sakit jiwa itu ada psikolog juga yang bisa memberikan konsultasi gratis melalui telepon saja bisa," kata Luh Ayu seusai acara ulang tahun Tagana ke-21 di ISI Bali, Jumat (11/4/2025).

Ia menegaskan konsultasi ke psikolog bukan hanya untuk orang dengan gangguan jiwa berat saja. Melainkan untuk mendeteksi dini bagi mereka yang mulai mengalami tekanan mental agar tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih parah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ke psikolog itu memulihkan mental yang sedang sakit, bukan berarti ODGJ. Artinya, ketika ada tekanan psikis, jangan dibiarkan sampai menjadi gangguan jiwa. Harus segera ditangani," tegasnya.

Selain layanan psikolog, Dinsos juga menyalurkan berbagai bantuan sosial untuk meredam tekanan ekonomi yang kerap menjadi salah satu faktor pemicu stres. Bantuan tersebut termasuk Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), hingga pemberdayaan lewat kolaborasi dengan pegiat sosial dan program tanggung jawab sosial perusahaan (TJSL).

ADVERTISEMENT

"Itu langkah yang sudah kami lakukan. Kalau tekanan karena ekonomi, ada bantuan. Kalau karena tekanan mental, ayo manfaatkan layanan psikolog," jelas Luh Ayu.

Namun, ia juga menyoroti pentingnya deteksi dini dari lingkungan sekitar. Sebab instansi pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa laporan masyarakat.

"Permasalahannya sekarang, kami harus benar-benar bersinergi, dari tingkat yang paling dekat masyarakat. Mungkin banjar, kemudian desa adat. Karena kalau di instansi, kalau tidak ada pelaporan, kami tidak tahu apakah seseorang mengalami stres atau depresi," jelasnya.

Luh Ayu juga menyebut upaya pencegahan tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan harus didukung oleh lingkungan terdekat, terutama keluarga. "Komunikasi di keluarga harus diaktifkan satu dengan yg lain," pungkas Luh Ayu.

Sebelumnya, dua kasus bunuh diri terjadi di Bali pada awal 2025. Yakni anggota polisi dari Polsek Sukasada, Aiptu MS (48), ditemukan tewas gantung diri di kandang sapi milik keluarganya di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Kejadian mengenaskan itu terjadi pada Minggu (6/4/2025) siang, sekitar pukul 12.15 Wita.

Kemudian seorang perempuan berinisial KMS (21) ditemukan tewas mengenaskan di dasar Jembatan Tukad Bangkung, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung, Kamis (3/4/2025) malam. Ia diduga mengakhiri hidup dengan melompat dari jembatan setinggi lebih dari 70 meter tersebut.




(nor/nor)

Hide Ads