Melihat Sejarah Lokalisasi Girun yang Namanya Sempat Tersohor di Malang

Melihat Sejarah Lokalisasi Girun yang Namanya Sempat Tersohor di Malang

Muhammad Aminudin - detikJatim
Selasa, 23 Mei 2023 09:00 WIB
eks lokalisasi girun
Kawasan yang dulu merupakan Lokalisasi Girun (Foto: Muhammad Aminudin)
Malang -

Bisnis prostitusi di Kabupaten Malang sempat tumbuh subur sebelum Pemkab Malang kemudian resmi menutup tujuh lokalisasi yang beroperasi pada 2014 lalu. Waktu itu ada tujuh lokalisasi yang ditutup paksa.

Tujuh lokalisasi itu adalah lokalisasi Girun (Gondanglegi Wetan), Suko (Sumberpucung), Slorok (Kromengan), Kebobang (Wonosari), Kalikudu (Pujon), Embong Miring (Ngantang), dan Pulau Bidadari (Sumbermanjing Wetan)

Dari tujuh lokalisasi tersebut, Girun yang bisa dibilang cukup kesohor. Girun sendiri merupakan nama orang yang konon diyakini sebagai perintis bisnis esek-esek yang berada di Desa Gondanglegi Wetan, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu siapa sebenarnya Girun? Jika Tante Dolly atau bernama asli Dolly Advonco Chavid yang melegenda sukses mendirikan Gang Dolly, Girun juga memiliki garis nasib sama, ia mampu menyediakan tempat bagi pria hidung belang bersenang-senang.

eks lokalisasi girunRumah yang masih berdiri di eks Lokalisasi Girun (Foto: Muhammad Aminudin)

Cerita tentang lokalisasi Girun berawal dari seseorang bernama Buaman di awal tahun '80-an yang menampung tuna wisma dengan membuatkan mereka rumah-rumah petak di sebuah tanah kosong di selatan Pasar Gondanglegi.

ADVERTISEMENT

Dari rumah petak itulah bisnis prostitusi dimulai. Namun warga kemudian mengusir mereka karena kegiatan mereka menganggu warga. Mereka sempat pindah ke sebelah selatan kuburan. Namun itu juga tak lama karena rumah petak mereka dibongkar aparat.

Mereka lalu pindah ke tanah milik PT KAI di tahun 1983. Saat pindah inilah Girun yang dikatakan sebagai 'pemilik tanah' mengakuisisi bisnis Buaman. Bisnis prostitusi itu pun cepat berkembang dan dikenal dengan nama lokalisasi Girun.

Waktu itu lokalisasi Girun menampung setidaknya 89 pekerja seks komersial yang dikelola oleh Girun sendiri dengan mendirikan bilik-bilik yang berisi tiga sampai empat kamar di dalamnya. Girun memanfaatkan lahan PT KAI untuk mendirikan bilik tersebut.

Usut punya usut Girun sendiri ternyata adalah pendatang dan bukan asli Gondanglegi, melainkan warga di satu kecamatan yang berada di sisi selatan yakni Pagelaran. Menurut Slamet (65), warga yang tinggal di sekitar eks lokalisasi Girun mengungkapkan bahwa Girun awalnya mendirikan beberapa petak rumah di atas lahan PT KAI.

"Pak Girun dulu bangun rumah petak di situ (PT KAI), beliau asalnya Pagelaran. Ada 10 bilik begitu. Terus kemudian dibongkar dua tahun lalu," ujar Slamet saat ditemui detikJatim di lokasi, Selasa (23/5/2023).

Slamet bersama keluarga sendiri telah menempati satu rumah tak jauh dari eks lokalisasi Girun sejak 1977 lalu. Namun, ia tak begitu banyak membicarakan aktivitasnya masa lalu dengan alasan karena banyak bekerja di luar.

"Saya mulai tahun 1977 di sini, sebelum ada Pak Girun. Baru sekarang saya banyak di rumah, Dulu sering mengamen sampai ke luar kota," terang Slamet.

Slamet seakan memberikan tanda bahwa dirinya tak begitu mengetahui aktivitas di lingkungannya karena sering banyak beraktivitas di luar rumah.

Namun berdasarkan penuturan Slamet, Girun merupakan sosok yang dikagumi banyak orang. Hal itu terbukti ketika Girun meninggal sekitar tiga tahun lalu. Saat itu, banyak orang datang untuk mengantar proses pemakamannya.

"Pak Girun meninggal tiga tahun lalu, usianya hampir 90 tahun ada. Saat meninggal banyak yang antar ke makam," terangnya.

Slamet mengungkapkan dulunya memang ada satu rumah yang menjadi tempat penampungan tunawisma. Namun bukanlah Girun yang melakukannya, melainkan ketua RT setempat.

Rumah penampungan yang disebut oleh Slamet tersebut berada di sisi selatan dari eks lokalisasi Girun yang dibongkar. "Dulu memang ada penampungan untuk orang-orang yang tidak punya rumah. Ditampung oleh Pak RT." akunya.

Ketika berjalan menyusuri bekas lokalisasi Girun memang benar faktanya bangunan dulu disebut pernah didirikan oleh Girun kini sudah rata dengan tanah. Hanya ada papan besi warna putih menyatakan bahwa lahan tersebut milik PT KAI yang berdiri di atas semak belukar.

Namun, sisi timur dan selatan banyak berdiri rumah yang terlihat ditempati oleh warga. Slamet menyebut bahwa rumah-rumah itu adalah hak milik dan ditempati oleh warga bersama keluarganya.

"Di sini ada tujuh yang merupakan rumah tangga," tandas Slamet.




(mua/iwd)


Hide Ads