Manuver Politik Ganjar-Anies Berebut Suara Nahdliyin Jember

Round-Up

Manuver Politik Ganjar-Anies Berebut Suara Nahdliyin Jember

Tim detikJatim - detikJatim
Selasa, 09 Mei 2023 06:00 WIB
Kolase foto Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan melakukan safari politik di Jember dalam waktu bersamaan. (Foto: Dok. detikJatim)
Surabaya -

Dua calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sama-sama melakukan safari ke Jember, Minggu (7/5). Capres PDI Perjuangan (PDIP) dan NasDem itu diyakini sama-sama mengincar basis suara Nahdliyin di Jember dan kawasan Tapal Kuda secara luas.

Agenda utama Ganjar di Jember adalah konsolidasi dengan relawan pemenangan di GOR PKPSO Kaliwates. Sedangkan tujuan Anies ke Jember untuk menghadiri haul Habib Soleh di Kecamatan Tanggul.

Namun, di luar agenda utama itu, keduanya juga menyempatkan diri untuk sowan ke pondok pesantren (ponpes). Ganjar mengunjungi Ponpes Al Badri di Gumukmas, sementara Anies bertandang ke Ponpes Al Qodiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat politik Universitas Jember (Unej), M Iqbal menilai, kunjungan Ganjar dan Anies ke Jember merupakan manuver untuk berebut suara Nahdliyin. Dalam kontestasi politik, NU tidak cukup dipandang dalam kacamata struktural. Namun, juga harus dipertimbangkan dari basis NU kultural.

"Secara kultural, kalangan Nahdliyin ini memiliki adab dan ritual sebagaimana dipraktikkan oleh kiai-kiai NU," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Maka dari itu, jumlah pesantren yang ada di Jember bisa menjadi patokan seberapa besar kekuatan suara Nahdliyin. Sebab, menurut Iqbal, tokoh-tokoh dan kiai-kiai NU memiliki pengaruh sentral dalam menentukan preferensi atau sikap politik di kalangan kaum Nahdliyin.

"Kita baca statistiknya, jumlah pesantren di Jawa Timur itu kurang lebih 4.500-an. Nah, jumlah pesantren di Jember sekitar 611 sampai 700, di Situbondo hampir 200, Bondowoso sekitar 170, di Banyuwangi juga sekitar 170, di Lumajang sekitar 150. Memang belum terpetakan apakah itu pesantren NU atau bukan. Tapi kalau kita jumlah, pesantren NU di Tapal Kuda itu sekitar 30 persen," urai Iqbal.

Jumlah ini, kata Iqbal, bisa diperhitungkan oleh siapapun tokoh politik, baik dalam Pileg maupun Pilpres. Maka tidak heran, banyak capres menjadikan daerah Tapal Kuda, termasuk Jember sebagai salah satu kekuatan episentrum elektoral di Jawa Timur.

"Menurut saya, itulah kenapa kemudian Jember ini sangat diperhitungkan oleh para capres itu. Karena potensi elektoralnya, utamanya dari kalangan Nahdliyin sangat besar," tandasnya.

Ganjar dan Anies harus punya modifikasi strategi untuk dapat suara warga Jember. Baca halaman selanjutnya.

Pendapat yang sama diutarakan pengamat politik Unej lainnya, Agus Trihartono. Menurutnya, sowan yang dilakukan Ganjar dan Anies ke ponpes di Jember adalah hal yang wajar.

Agus Tri mengatakan, Jember merupakan salah satu daerah potensial di Jatim yang bisa jadi lumbung suara para capres. Mayoritas warga Jember merupakan Nahdliyin.

"Suara Jawa Timur itu kan sekitar 16 koma sekian persen dari suara nasional dan itu memang signifikan sekali. Di Jawa Timur sendiri ada (daerah) Tapal Kuda, di mana di dalamnya ada Jember yang juga harus dijaga," jelas Agus Tri.

Namun, Agus Tri mengingatkan, meski mayoritas warga Jember adalah Nahdliyin, pilihan politik mereka tidak selalu homogen. Maka dari itu, baik Ganjar maupun Anies harus tetap bekerja keras untuk menarik hati pemilih.

"Jadi tidak otomatis, misal ada capres dekat dengan tokoh Nahdliyin kemudian suaranya homogen ke dia, nggak juga. Sebab, di Jember ini nasionalis juga. Setidaknya bisa dilihat dari hasil Pilpres dan Pileg sebelumnya," terang Agus.

"Suara dari PKB ada, Nasdem ada, Gerindra ada, dan PDIP juga ada. Artinya, suaranya memang tidak homogen," sambung dosen Hubungan Internasional, FISIP Unej tersebut.

Agus Tri menggarisbawahi bahwa suara Nahdliyin memang sangat penting. Sehingga, sowan ke tokoh agama dan tokoh masyarakat di Jember memang harus dilakukan.

Hal ini, kata Agus Tri, bertujuan agar para capres seperti Ganjar dan Anies bisa diterima oleh masyarakat. Ketika masyarakat sudah menerima, maka jalan untuk menaikkan tingkat keterpilihan atau elektabilitas akan semakin lapang.

"Jadi memang kalau datang ke Jawa Timur, khususnya ke Jember, ya harus datang ke tokoh masyarakat, utamanya ke ke kiai. Ini bertujuan agar ketokohan sang calon ini semakin kuat," paparnya.

Agus Tri mengingatkan kepada Ganjar maupun Anies serta capres lain yang ingin menarik suara di Jember harus punya modifikasi strategi. Terutama dalam mengelola media sosial yang banyak dikonsumsi oleh milenial dan Gen-Z yang dalam konteks ini adalah pemilih pemula.

"Kesimpulannya, calon memang harus datang ke tokoh agama jika ingin akseptabilitasnya meningkat. Sebab jika hal ini tidak dilakukan, maka jalan untuk memperoleh elektabilitas akan sulit. Namun seiring perkembangan zaman, kiai atau pesantren bukan menjadi kiblat orang dalam menentukan pilihan. Kalau untuk pemilih lama mungkin iya, tapi tidak bagi pemilih pemula atau kaum milenial. Jadi, calon harus ada modifikasi strategi untuk meraih suara di Jawa Timur, khususnya di Jember," tukas Agus Tri.

Halaman 2 dari 2
(hil/dte)


Hide Ads