Titik Lunggur Mojo, Petak 143 dipilih jadi lokasi relokasi warga korban bencana tanah gerak di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo. Alasannya, karena warga menginginkan lokasi yang dekat dengan pemukiman awal mereka.
"Yang dipilih warga di Lungur Mojo di atas dari lokasi bencana awal, karena sebagian besar warga berprofesi sebagai penyadap pinus, penanam rumput dan menanam di bawah tegakan pinus," tutur Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko kepada wartawan, Senin (6/3/2023).
Awalnya ada empat titik relokasi yang bisa dipilih warga, lanjut Giri, seperti Lunggur Mojo, Dukuh Ngebrak, Lunggur Jati dan Tapas. Namun warga memilih Lunggur Mojo yang berada di lokasi atas dari zona merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Petak 143 ini di titik C dengan luasan 12 hektar," kata Giri.
Nantinya, tegas dia, bakal dibangun huntara untuk warga yang direlokasi sejumlah 43 KK sesuai dengan jumlah warga yang mengungsi. Huntara ini bakal berdiri selama 20 tahun di lahan perhutani.
"Kami mengakomodir keinginan warga yang tidak boleh meninggalkan kajian tehnis, meski lokasi Lunggur Mojo existing zona merah bencana, tapi masih dinilai aman," papar Giri.
Menurutnya, semua lahan yang disediakan milik perhutani. Warga selama ini bermata pencaharian sebagai petani di sekitar lahan hutan produksi.
"Kami tidak boleh meninggalkan berbagai sudut pandang, kebencanaan BPBD, ekonomi dan infrastruktur PU, kajian hukum Kabag Hukum, juga Bank BRI agar warga yang punya pinjaman diberi kelonggaran waktu," terang Giri.
Sebelumnya, sebanyak 139 warga Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo mengungsi ke gedung TK terdekat, Minggu (26/2) petang. Penyebabnya, karena hujan deras membuat retakan tanah yang terjadi sejak 15 hari lalu semakin melebar antara 5 hingga 10 cm.
Rumah warga pun mengalami retakan baik di tembok maupun lantai. Ini yang membuat warga takut saat berada di rumah, khawatir rumah mereka sewaktu-waktu ambruk.
(abq/fat)