Surabaya Darurat Gangster, Sosiolog Unair Singgung Perilaku Patologis

Surabaya Darurat Gangster, Sosiolog Unair Singgung Perilaku Patologis

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Kamis, 01 Des 2022 10:23 WIB
ILUSTRASI FOKUS (BUKAN BUAT INSERT) PENYERANGAN GENG MOTOR DI KEMANG (ILUSTRATOR: FUAD HASIM/DETIKCOM)
Ilustrasi gangster konvoi motor bawa sajam. (ILUSTRATOR: FUAD HASIM/DETIKCOM)
Surabaya -

Surabaya darurat gangster. Tren anak-anak muda menenteng senjata tajam (sajam) dan munculnya gangster-gangster membuat masyarakat Surabaya resah. Mereka tak sungkan show off dengan melakukan konvoi naik motor secara bergerombol ke jalanan protokol Surabaya hingga tak jarang berujung tawuran antargangster.

Belum cukup puas, seolah ingin diakui, mereka mengunggah kegiatannya ke media sosial. Termasuk memamerkan sajam yang dibawa hingga mengunggah video saat mereka tawuran.

Sosiolog Unair Surabaya, Prof Bagong Suyanto buka suara menyikapi fenomena gangster ini. Menurutnya, hal tersebut merupakan bentuk perilaku patologis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dihimpun dari beragam sumber, patologis merupakan perilaku mendiagnosis orang lain bahwa ia menderita masalah kesehatan mental tertentu. Namun, berdasar sudut pandangnya sendiri. Dampaknya, perilaku itu bisa berpengaruh pada mental korbannya.

"Biasanya, dipengaruhi oleh kelompok," jelas Bagong kepada detikJatim, Kamis (1/12/2022).

ADVERTISEMENT

Bagong menambahkan, hal tersebut bukan tiba-tiba muncul dengan sendirinya secara berkelompok. Melainkan, ada yang menginisiasi atau memantik, sehingga individu atau anak lain terpengaruh lalu ikut serta ke dalamnya.

"Jadi, memang bukan langsung muncul dalam kelompok yang banyak ya. Tapi, muncul dalam kelompok-kelompok yang diinisiasi oleh beberapa orang yang kemudian ada mentalitas sok jagoan," ujarnya.

Guru Besar Sosiologi Unair ini memaparkan, ada suatu hal yang kurang dan tak lengkap bila seseorang yang punya sifat patologis itu tak melakukan sesuatu yang diinginkan. Terutama, untuk menunjukkan kelebihannya, walaupun itu melanggar hukum dan norma yang ada di masyarakat.

"Kalau tidak menunjukkan sok kejagoannya itu, dia merasa kurang. Nah, itu yang membuat jadi muncul geng-geng," tuturnya.

Tak ayal, sekawanan pemuda di Surabaya yang mayoritas didominasi anak-anak atau pelajar itu melakukan hal ekstrem. Di antaranya membawa sajam, berkelompok, dan konvoi keliling Surabaya sembari membuat konten yang seolah menunjukkan jika mereka jago dan berani.

"Makannya, mereka mendemonstrasikan sikap sok jagoannya itu," tukas Bagong.




(fat/dte)


Hide Ads