Mengenal Sesar Wongsorejo yang Terbentuk 300 Ribu Tahun Silam

Mengenal Sesar Wongsorejo yang Terbentuk 300 Ribu Tahun Silam

Ardian Fanani - detikJatim
Sabtu, 26 Nov 2022 06:31 WIB
Sesar Wongsorejo yang terbentuk sejak 300 ribu tahun lalu
Sesar Wongsorejo yang terbentuk sejak 300 ribu tahun lalu. (Foto: Istimewa)
Banyuwangi -

Jawa Timur memiliki 7 sesar aktif. Salah satunya di Kabupaten Banyuwangi. Sesar itu dikenal sebagai sesar Wongsorejo.

Sesar ini terbentuk sekitar 300 ribu tahun yang lalu dan saat ini tertutupi endapan hasil letusan Gunung Ijen purba yang terjadi 70 ribu tahun lalu.

Sesar ini memanjang sekitar 10 km di wilayah Desa Alasbulu, Kecamatan Wongsorejo. Atau berada sekitar 30 kilometer dari pusat kota Banyuwangi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gunung Ijen Purba berumur 300 ribu tahun lalu, maka kami bisa ukur umur sesar ini pasti lebih muda dari 300 ribu tahun lalu," ujar Ketua Harian Geopark Ijen Abdillah Baraas.

Sesar atau Fault adalah kondisi bidang patahan atau rekahan pada batuan akibat kegiatan tektonik lempeng bumi.

ADVERTISEMENT

Sesar berpotensi merusak bila terjadi gempa tektonik yang berasal dari kegiatan tumbukan lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang ada di selatan Banyuwangi.

Abdillah menambahkan sesuai letak geografisnya nama sesar itu adalah Sesar Wongsorejo. Dan dia memastikan bahwa sesar tersebut masih aktif.

Sebagai gambaran, sesar memiliki beberapa jenis berdasarkan pergerakannya. Ada sesar turun, sesar naik, dan sesar mendatar. Sesar Wongsorejo menurutnya jenis sesar turun.

Pola pergerakannya yakni bidang batuan bergerak ke bawah atau ambles mengikuti bidang sesar.

"Sesar Wongsorejo sampai saat ini masih aktif. Magnitudonya 5,7 dengan kecepatan gerak 0,3 mm per tahun," data ini bisa didapatkan pada Peta Gempa yang dirilis oleh BMKG ataupun Pusgen, kata Abdillah, Jumat (25/11/2022).

Namun, masih ujar Abdillah, dibandingkan dengan beberapa sesar lain di Jawa Timur Sesar Wongsorejo terbilang cukup kokoh.

Itu karena struktur penyusun bebatuan di bawahnya adalah batuan beku. Berbeda dengan Sesar Surabaya yang lebih rentan karena batuan di bawahnya didominasi batuan sedimen.

Baca lengkap di halaman selanjutnya.

Akan tetapi, kondisi itu bukan berarti menjamin Sesar Wongsorejo aman. Masyarakat Banyuwangi tetap harus waspada dan harus mulai belajar tentang mitigasi bencana.

"Kita harus sadar bahwa kita tinggal di Banyuwangi kita diapit oleh dua lempeng aktif, Indo-Australia dan Eurasia. Setiap hari terjadi gempa namun skalanya kecil sehingga tidak terasa. Tetapi kalau sudah magnitudo kegempaan besar maka harus berhati-hati yang tinggal di jalur sesar," tegasnya.

Sesar Wongsorejo terbentuk pada ribuan tahun yang lalu. Kala itu, ada gesekan antar lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Karena kondisi bebatuan vulkanik Ijen Purba yang tidak kuat menahan tekanan maka terjadi patahan atau sesar.

Karena terpetakan sebagai sesar aktif, resiko bahaya dan potensi kebencanaan tentu masih berpeluang besar terjadi.

"Karena zona patahan kalau ada guncangan pasti akan lebih mudah bereaksi dan akan menghancurkan apa-apa yang ada di sekitarnya," ujarnya.

Berbicara jangkauan dan efek kerusakan yang ditimbulkan Abdillah menyebut kondisi itu dipengaruhi oleh pusat atau sumber kegempaannya.

Bila pusat gempa berada pada area dangkal efeknya akan lebih merusak atau destruktif dan lokasi yang terdampak di sekitar area itu saja. Ibarat benda yang rusak, sesar akan lebih mudah bereaksi sehingga guncangan akan semakin dahsyat.

Berbeda ketika pusat kegempaan berada pada area dalam. Masih bersifat destruktif akan tetapi efeknya akan meluas dan tidak terkonsentrasi pada titik patahan.

"Ketika terjadi pada area dalam tetap bersifat merusak tetapi tidak separah seperti ketika terjadi di area dangkal," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(dpe/iwd)


Hide Ads