4 Mitos di Banyuwangi soal Mitigasi Bencana Zaman Dulu

Ardian Fanani - detikJatim
Minggu, 13 Nov 2022 21:21 WIB
Gunung Raung/Foto: Ardian Fanani/detikJatim
Banyuwangi -

Orang zaman dulu menyampaikan mitigasi bencana dengan mitologi atau mitos. Sehingga banyak mitologi yang berkembang hingga saat ini.

Seperti mitologi Nyi Roro Kidul, Semar, Damar Wulan, Minak Jinggo hingga Macan Putih yang ditunggangi Prabu Tawang Alun.

"Ada banyak mitologi seperti dijelaskan pada kitab Pararaton. Penjelasannya dibuat tembang, tari agar mudah dipahami oleh masyarakat," ujar Ketua Harian Geopark Ijen, Abdillah Baraas kepada detikJatim, Minggu (13/11/2022).

1. Nyi Roro Kidul

Abdillah membahas mitologi Nyi Roro Kidul atau yang biasa disebut Ratu Pantai Selatan. Ia menyebut, mitologi itu lahir pada tahun 1600-an. Pada zaman itu terjadi tsunami dahsyat yang memporak-porandakan sisi selatan Pulau Jawa.

"Salah satu sosok mitologi yang cukup familiar di kalangan masyarakat Jawa khususnya Banyuwangi adalah sosok Nyi Roro Kidul. Padahal sosok itu menjadi sebuah cerita tentang mitigasi bencana tsunami," paparnya.

Dalam kisah yang berkembang di masyarakat, Nyi Roro Kidul digambarkan sebagai sosok perempuan cantik, yang diyakini menjadi Penguasa Pantai Selatan.

Nyi Roro Kidul bergaun hijau pekat, mengenakan mahkota anggun, memiliki banyak prajurit dan suka menaiki kereta kencana khas bangsawan kerajaan.

"Dalam cerita bila terjadi sebuah tragedi atau bencana di laut selatan, sosok ini kerap kali dikait-kaitkan. Biasanya masyarakat menyebut bencana yang terjadi adalah buah dari kemarahan Sang Ratu," terangnya.

Padahal pada kenyataannya, Tanah Air tercinta diapit lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Lempeng itu bisa saja bergeser dan menimbulkan gempa. Kemudian gempa bisa menyebabkan tsunami.

"Makanya kalau dijelaskan secara ilmiah pada saat itu tidak akan masuk ke masyarakat. Karena pada saat itu, SDM dari masyarakat zaman dahulu belum pintar seperti pada saat zaman sekarang," tambahnya.

Terlepas dari itu, mitos Nyi Roro Kidul menjadi mitigasi bencana bagi warga untuk lebih waspada. Agar saat terjadi tsunami, bisa meminimalisir dampaknya.

2. Eyang Semar

Semar merupakan salah satu tokoh dalam pewayangan yang karakternya diteladani masyarakat Jawa. Ia digambarkan memiliki perawakan seperti kakek tua bertubuh tambun, dengan ciri khas rambut yang dikuncir lancip atau kuncung.

Ada banyak versi tentang asal-usul tokoh Semar. Namun semuanya menyebut Semar adalah penjelmaan dari dewa.

Penampakan Semar disebut-sebut pernah terjadi di Banyuwangi. Tepatnya saat erupsi Gunung Raung pada tahun 1593.

Namun, hilangnya pucuk Gunung Raung dan munculnya penampakan Semar itu bisa dijelaskan secara ilmiah.

Abdillah menyebut, itu adalah gugusan awan hasil letusan Plinian. Yang ditandai dengan semburan gas dan abu vulkanik, yang menyembur tinggi hingga stratosfer. Stratosfer adalah lapisan udara di atas troposfer.

Karakteristik utamanya adalah pemancaran batu apung dalam jumlah besar. Juga ada letusan-letusan gas yang kuat dan berlangsung lama.

Letusan pendek dapat berakhir kurang dari sehari. Tetapi letusan panjang dapat mencapai beberapa bulan.

Letusan panjang bermula dari pembentukan awan abu vulkanik, kadang-kadang disertai aliran piroklastik. Jumlah magma yang dikeluarkan sangat banyak sehingga puncak gunung mungkin runtuh, menghasilkan sebuah kaldera. Abu halus dapat menyebar hingga area yang sangat luas.

"Secara visual awan panas yang keluar saat letusan Plinian itu menyerupai Semar. Jumlah magma yang dikeluarkan sangat banyak sehingga puncak gunung mungkin runtuh, itulah yang melahirkan istilah Semar Nendang Pucuk Raung," katanya.

Terlepas dari itu, mitos Semar menjadi mitigasi bencana bagi warga untuk lebih waspada. Agar saat terjadi gunung meletus, bisa meminimalisir dampaknya.



Simak Video "Video Mitos atau Fakta: Perlukah Minum Oseltamivir Saat Kena Flu?"

(sun/iwd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork