Orang Zaman Dulu Belajar Mitigasi dari Mitos Nyi Roro Kidul-Semar

Orang Zaman Dulu Belajar Mitigasi dari Mitos Nyi Roro Kidul-Semar

Ardian Fanani - detikJatim
Minggu, 13 Nov 2022 19:36 WIB
Alam Banyuwangi
Laut selatan Banyuwangi/Foto: Ardian Fanani/detikJatim
Banyuwangi -

Di era modern seperti saat ini, kata mitigasi kerap menyertai kata bencana. Terlebih dalam KBBI pun dijelaskan, mitigasi merupakan tindakan mengurangi dampak bencana.

Letak geografis Indonesia membuat Tanah Air tercinta rawan dilanda bencana. Sehingga yang bisa dilakukan adalah melakukan mitigasi bencana.

Ternyata sejak dulu kala, soal mitigasi bencana sudah akrab di telinga masyarakat Indonesia, khususnya Banyuwangi. Namun istilah dan cara penyampaiannya berbeda dengan sekarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang zaman dulu menyampaikan mitigasi bencana dengan mitologi atau mitos. Sehingga banyak mitologi yang berkembang hingga saat ini. Seperti mitologi Nyi Roro Kidul, Semar, Damar Wulan, Minak Jinggo hingga Macan Putih yang ditunggangi Prabu Tawang Alun.

"Ada banyak mitologi seperti dijelaskan pada kitab Pararaton. Penjelasannya dibuat tembang, tari agar mudah dipahami oleh masyarakat," ujar Ketua Harian Geopark Ijen, Abdillah Baraas kepada detikJatim, Minggu (13/11/2022).

ADVERTISEMENT

Menurut Abdillah, lahirnya mitologi atau mitos itu untuk memobilisasi masyarakat agar tidak lagi bermukim di area yang terlalu dekat dengan sumber bencana.

"Orang dulu sudah pandai dalam membuat kegiatan mitigasi, namun berbasis pengetahuan lokal dan disversifikasinya jelas. Kala itu tidak semua orang bisa paham ketika dijelaskan secara gamblang. Semua dibuat untuk memudahkan agar cepat dipahami," imbuhnya.

Abdillah kemudian mencontohkan mitologi Nyi Roro Kidul atau yang biasa disebut Ratu Pantai Selatan. Ia menyebut, mitologi itu lahir pada tahun 1600-an. Pada zaman itu terjadi tsunami dahsyat yang memporak-porandakan sisi selatan Pulau Jawa.

"Salah satu sosok mitologi yang cukup familiar di kalangan masyarakat Jawa khususnya Banyuwangi adalah sosok Nyi Roro Kidul. Padahal sosok itu menjadi sebuah cerita tentang mitigasi bencana tsunami," paparnya.

Dalam kisah yang berkembang di masyarakat, Nyi Roro Kidul digambarkan sebagai sosok perempuan cantik, yang diyakini menjadi Penguasa Pantai Selatan.

Nyi Roro Kidul bergaun hijau pekat, mengenakan mahkota anggun, memiliki banyak prajurit dan suka menaiki kereta kencana khas bangsawan kerajaan.

"Dalam cerita bila terjadi sebuah tragedi atau bencana di laut selatan, sosok ini kerap kali dikait-kaitkan. Biasanya masyarakat menyebut bencana yang terjadi adalah buah dari kemarahan Sang Ratu," terangnya.

Padahal pada kenyataannya, Tanah Air tercinta diapit lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Lempeng itu bisa saja bergeser dan menimbulkan gempa. Kemudian gempa bisa menyebabkan tsunami.

"Makanya kalau dijelaskan secara ilmiah pada saat itu tidak akan masuk ke masyarakat. Karena pada saat itu, SDM dari masyarakat zaman dahulu belum pintar seperti pada saat zaman sekarang," tambahnya.

Ia juga mencontohkan mitologi Eyang Semar yang kerap dikaitkan dengan gunung meletus. Waktu itu, masyarakat menyebutnya 'Eyang Semar nendang Pucuk Raung'.

Menurut Abdillah, erupsi Gunung Raung yang terjadi pada tahun itu sangat dahsyat. Yang menyebabkan langit di lingkar cincin Raung gelap gulita selama 8 hari 8 malam. Bahkan dampaknya terasa hingga belahan bumi Eropa.

"Pascaerupsi di tahun 1593, pucuk dari Gunung Raung hilang. Kala itu letusan sangat dahsyat, dampaknya selama tiga tahun dunia mengalami pendinginan global. Sungai di Inggris membeku. Rusia mengalami gagal panen gandum karena cahaya matahari tidak bersinar secara maksimal di wilayah itu," pungkas Abdillah.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Gunung Shinmoedake di Jepang Meletus, Semburkan Abu Setinggi 2,8 Km"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/iwd)


Hide Ads