Badan Geologi ESDM Sebut 3 Desa di Blitar Tak Aman Lagi untuk Hunian

Erliana Riady - detikJatim
Minggu, 13 Nov 2022 11:36 WIB
Foto: Tangkapan layar
Blitar -

Badan Geologi Kementerian ESDM telah melakukan kajian bencana tanah gerak di Kabupaten Blitar. Hasilnya, tiga desa di wilayah terdampak dinyatakan tidak aman untuk hunian.

Ketiga desa itu terletak di tiga kecamatan yang berbeda. Lokasi pertama, di Dusun Sumberasri, Sumber Urip dan Sumberejo di Desa Purworejo Kecamatan Wates. Lokasi kedua, Dusun Kalitengah dan Desa Balerejo Kecamatan Panggungrejo . Dan lokasi ketiga, Desa Maron Kecamatan Kademangan.

Penyelidik Bumi Muda PVMBG, Badan Geologi, Kementerian ESDM, Kabir M. Suryadana memaparkan, sebagian besar gerakan tanah yang terjadi di wilayah Kabupaten Blitar bagian selatan berupa jenis rayapan (lambat). Fenomena ini ditandai adanya retakan. Namun bisa berubah menjadi tipe longsoran rotasi (cepat) apabila faktor pemicunya yang sangat kuat.

"Potensi gerakan tanahnya skala besar. Lokasinya berada di zona tangkapan air. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir yang lokasinya di lembah," papar Kabir kepada detikJatim, Minggu (13/11/2022).

Kabir juga menyebut, jika curah hujan di atas normal, gerakan tanah lama dapat aktif kembali. Gerakan tanah sebagian besar berupa retakan yang membentuk setengah
lingkaran/tapal kuda. Di beberapa titik sudah berkembang menjadi nendatan, longsoran rotasi (tipe cepat). Bahkan di lokasi terdampak paling parah, gerakan tanah terjadi di morfologi lembah (catcment area). Sehingga air permukaan terakumulasi di lokasi
tersebut.

"Ini masih awal musim hujan ya. Kalau hujan masih turun dengan intensitas tinggi, masih berpotensi terjadinya gerakan tanah susulan. Jadi ada dua desa yang sudah tidak aman untuk hunian. Yakni di Sumberasri, Wates dan Maron, Kademangan," jelasnya.

Lokasi tanah gerak tersebut kondisi geologinya berupa tanah pelapukan dari batu gamping (limestone) dan tuf yang cukup tebal. Dengan karakter mudah larut, gembur dan banyaknya kekar (fracture) pada batuan sehingga menjadi mudah lepas/hancur.

Tim kajian Badan Geologi ini juga melihat tata guna lahan berupa lahan pertanian dengan vegetasi yang didominasi oleh tanaman yang berakar pendek (palawija) sehingga tidak bisa mengikat tanah.

"Nah di lokasi itu minim struktur perkuatan lereng atau tanaman kuat berakar dalam. Sebagian besar penduduk menanami lahannya dengan tebu dan jagung. Sebaiknya segera diganti dengan pohon produktif yang akarnya lebih kuat seperti pohon buah-buahan," imbuhnya.

Dari penyelidikan dan kajian yang dilakukan hampir sepekan di lima Kecamatan. Yakni Wates, Panggungrejo, Binangun, Bakung dan Kademangan, tim Badan Geologi merekomendasikan tiga hal. Pertama, Pemkab Blitar segera merelokasi warga yang tinggal di dua desa yang dinyatakan tak aman untuk hunian. Di lokasi lain yang terdampak harus dibuatkan saluran air yang tertata sehingga memininalisir masuknya air di celah-celah permukaan tanah. Opsi lain, membuat terasiring pada lahan produktif terutama yang lokasinya di lembah.

Kedua, membuat rekayasa teknis seperti tembok penahan tanah (TPT) atau perkuatan lereng pada tebing sesuai dengan kaidah geologi teknik. Dinding penahan disarankan menembus batuan dasar/keras dan dilengkapi dengan lubang air dan parit atau selokan kedap air untuk aliran air permukaan.

"Ketiga, ini untuk mitigasi bencana jangka panjang. Warga harus menyelamatkan tanahnya dengan menanami pohon-pohon yang berakar kuat. Sehingga ketika hujan deras turun, tanah itu kuat terikat di akar-akar pohon itu. Tidak langsung meluncur ke bawah seperti yang terjadi sekarang," pungkasnya.



Simak Video "Video: Ngerinya Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki Disertai Badai Petir"

(dpe/iwd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork