Yuk Kenalan dengan Srikandi Operator Alat Berat Tambang Emas di Banyuwangi

Yuk Kenalan dengan Srikandi Operator Alat Berat Tambang Emas di Banyuwangi

Ardian Fanani - detikJatim
Rabu, 09 Nov 2022 15:23 WIB
Srikandi operator alat berat tambang emas PT BSI di Banyuwangi
Srikandi operator alat berat tambang emas PT BSI di Banyuwangi (Dok PT. BSI Banyuwangi)
Banyuwangi -

Dunia kerja pertambangan selama ini identik dengan kaum pria. Namun hal itu tak berlaku pada Desynta Eka Fitriani dan Ella Dwi Safitri. Keduanya merupakan operator alat berat di perusahaan tambang emas PT Bumi Suksesindo (BSI).

Lalu bagaimana kisahnya hingga keduanya bisa terjun bekerja di pertambangan?

Desynta Eka Fitria berasal Dusun Rejoagung, Desa Sumberagung, Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Ia sudah dua tahun mengambil peran pekerjaan khas lelaki itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiap-hari, ia mengoperasikan articulated dump truck (ADT) 745 yang berguna untuk mengangkat ore dengan kapasitas yang tak main-main, yakni 40 ton. Alumnus SMAN 1 Pesanggaran ini bergabung menjadi karyawan PT BSI melalui program Green Operator Training yang diadakan oleh operator tambang emas anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk.

Desynta menuturkan awal ia bekerja setelah pekerjaan sebelumnya terimbas pandemi COVID-19. Saat itu kemudian datang tawaran bekerja di PT BSI. Ia kemudian mencoba mengikuti pelatihan dan lolos dalam seleksi.

ADVERTISEMENT

"Ingin mencoba hal baru karena perempuan juga bisa berlatih mengoperasikan alat berat dan menjadi operator yang kompeten," kata Desynta kepada wartawan, Rabu (9/11/2022).

Desynta menambahkan ia mengikuti pelatihan selama 6 bulan. Menurutnya pelatihan yang diikuti tak semudah yang dibayangkannya. Sebab sejumlah materi pelatihan harus benar-benar dikuasai. Tapi keinginan dan tekadnya akhirnya mengantarkannya lolos pelatihan. Ia lolos bersama kelima temannya.

Pada awalnya, para green operator ini harus didampingi instruktur saat mengoperasikan ADT. Hal ini yang membuat Desynta merasa nyaman saat bekerja di lingkungan tambang PT BSI.

Tak hanya itu, pekerjaan tambang ini jauh dari diskriminasi yang memang rata-rata para operator senior yang semuanya didominasi oleh laki-laki. Meski perempuan, Desynta, tetap diterima dan dihargai sebagai operator seperti operator lainnya. "Mereka membantu saya jika sedang mengalami kesulitan dalam hal pekerjaan," tuturnya.

Senada, Ella Dwi Safitri operator perempuan lain juga merasakan yang sama dengan Desynta. Warga Dusun Pancer bahkan mengaku suasana kerja sudah seperti keluarga sendiri.

"Walaupun satu kru hanya ada satu perempuan, mereka bisa menciptakan suasana kerja yang sangat hangat penuh kekeluargaan," katanya.

Pekerjaan operator di PT BSI sendiri dibagi menjadi tiga kru. Setiap kru terdiri atas 70 hingga 75 orang. Semuanya laki-laki kecuali tiga operator perempuan alumni program Green Operator Training.

Sejak menjadi operator, Ella merasa keterampilan dan pengetahuannya tentang dunia tambang terus bertambah. Wawasannya semakin terbuka karena bisa bersosialisasi dengan banyak orang dari berbagai suku.

"Para senior selalu memberi support yang baik, arahan yang membangun, contohnya yaitu bagaimana menyikapi keadaan yang baru, saya diajari untuk tetap tenang, fokus, dan tentu hati-hati," ucapnya.

Baik Desynta maupun Ella mengaku bangga dengan pekerjaannya ini. Sebab selain bisa membantu perekonomian keluarga, kedua juga bersyukur mendapat kepercayaan dari pihak perusahaan. Mereka pun sepakat bahwa stigma pekerjaan tambang hanya untuk laki-laki tak selamanya benar.

Senior Manager External Affairs PT BSI, Bambang Wijonarko menjelaskan, program Green Operator Training merupakan salah satu kebijakan strategis bagi perusahaan. Sebab kebijakan ini juga mampu memberdayakan masyarakat sekitar.

"Karena menjadi bagian dari pengembangan sumber daya manusia di sekitar lokasi tambang sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Kita berharap tanggung jawab sosial perusahaan berdampak positif bagi masyarakat," jelasnya.

Menurut Bambang, program sosial perusahaan diwujudkan dalam delapan bidang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM), yaitu pendidikan, kesehatan, tingkat pendapatan riil atau pekerjaan, kemandirian ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan, kelembagaan komunitas, dan infrastruktur.

"Sepanjang 2021, BSI mengeluarkan Rp 35 miliar rupiah lebih untuk realisasi program-program PPM," kata Bambang.

Program-program PPM masih terus berjalan hingga hari ini. Selain melaksanakan program-program regular, tim dari perusahaan sedang menyelesaikan program-program khusus, seperti pembangunan jalan, bedah rumah, pemasangan lampu penerangan jalan, hingga dukungan terhadap pedagang mikro di areal wisata sekitar perusahaan.



Hide Ads