Sejarah Hari Pahlawan, Mengenang Pertempuran 10 November di Surabaya

Sejarah Hari Pahlawan, Mengenang Pertempuran 10 November di Surabaya

Dina Rahmawati - detikJatim
Rabu, 02 Nov 2022 13:23 WIB
Jembatan Merah Surabaya
Jembatan Merah Surabaya, salah satu titik pertempuran 10 November 1945/Foto: Budi Sugiharto/detikcom
Surabaya -

Hari Pahlawan diperingati bangsa Indonesia setiap 10 November. Ini berdasarkan Keputusan Presiden No 316 Tahun 1959, tentang Hari Nasional yang Bukan Hari Libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno.

Penetapan Hari Pahlawan tak lepas dari perjuangan para pahlawan melawan tentara Sekutu. Saat itu, pertempuran berlangsung selama tiga minggu di Surabaya. Puncaknya terjadi pada 10 November 1945.

Sejarah Hari Pahlawan 10 November:

Mengutip Pedoman Hari Pahlawan 2021 yang diterbitkan Kementerian Sosial RI, penetapan Hari Pahlawan bermula dari Pertempuran 10 November 1945. Menurut buku Pertempuran Surabaya karya Nugroho Susanto, pertempuran tersebut menjadi salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertempuran Surabaya bermula dari kedatangan tentara Sekutu di Tanjung Perak pada 25 Oktober 1945. Tentara Sekutu tergabung dalam Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI) yang dipimpin oleh Jenderal AWS Mallaby.

Tujuan utama dari kedatangan tentara Sekutu adalah melucuti senjata para tentara Jepang yang kalah dalam Perang Dunia II. Tentara Sekutu juga ditugaskan untuk membebaskan tawanan perang yang ditahan di penjara Kalisosok Surabaya.

ADVERTISEMENT

Pada 27 Oktober 1945, pesawat militer milik tentara Sekutu terbang dari Jakarta menuju Surabaya untuk menyebar ribuan pamflet ultimatum. Melalui pamflet tersebut, tentara Sekutu memerintahkan agar rakyat menyerahkan senjata yang dimiliki.

Itu tentu membuat rakyat Surabaya marah dan menolak untuk menyerahkan senjata kepada tentara Sekutu. Rakyat Surabaya akhirnya melakukan penyerangan selama 3 hari di akhir Oktober 1945. Pertempuran itu membuat tentara Sekutu terpojok.

Pemimpin tentara Sekutu kemudian meminta bantuan Soekarno dan Muhammad Hatta untuk memadamkan pertempuran. Keduanya pun datang ke Surabaya untuk melakukan perundingan yang menghasilkan gencatan senjata.

Namun, gencatan senjata tidak bertahan lama. Pada 30 Oktober 1945 kembali terjadi baku tembak antara rakyat Surabaya dan tentara Sekutu. Akibatnya, Jenderal AWS Mallaby tewas di sekitar Jembatan Merah.

Pertempuran 10 November 1945

Kematian Jenderal AWS Mallaby membuat bangsa Inggris mengamuk. Jenderal Eric Carden Robert Mansergh yang menggantikan posisi Mallaby, mengeluarkan ultimatum untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan senjata.

Dalam menanggapi ultimatum tersebut, Presiden Soekarno menyerahkan sepenuhnya keputusan ke tangan pemerintah Jawa Timur. Gubernur Suryo dengan tegas berpidato di RRI bahwa rakyat Surabaya akan melawan ultimatum Inggris sampai darah penghabisan.

Penolakan itu membuat tentara Sekutu melancarkan serangan di pagi hari pada 10 November 1945. Ada 24 ribu tentara Sekutu yang dikerahkan untuk menggempur Surabaya. Ditambah dengan peralatan perang yang lengkap mulai dari tank, kapal perang, hingga pesawat tempur.

Awalnya, tentara Sekutu mengira dapat menguasai Surabaya dalam 3 hari. Tetapi pertempuran tersebut berlangsung selama hampir 3 minggu. Rakyat Surabaya berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan Surabaya.

Inggris dapat menguasai Surabaya pada akhir November. Dalam sejumlah catatan, ada 160 ribu tentara Sekutu dan 20 ribu rakyat Surabaya yang gugur dalam pertempuran tersebut.

Maka dari itu, setiap 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Kota Surabaya menjadi saksi bisu sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.




(sun/dte)


Hide Ads