Beragam gerakan literasi telah dilakukan sejumlah komunitas, ruang-ruang baca hingga individu untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Mengingat, Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, sayangnya tak memiliki kesetaraan akses literasi.
Dilansir dari rilis resmi Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2019, Indonesia adalah 1 dari 10 negara dengan tingkat literasi rendah. Tepatnya, pada posisi ke-62 versi Program for International Student Assessment (PISA). Hingga kini, tak ada hal baru dari kabar itu.
Baca juga: 6 Perpustakaan Umum di Surabaya |
Kendati demikian, di Surabaya ada sebuah gerakan gotong royong yang berupaya menggalakkan pemerataan dan kesetaraan akses terhadap literasi. Mereka menamakan dirinya sebagai tim Patjarmerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pegiat literasi di Jawa Timur yang turut terlibat dalam menyelenggarakan Patjarmerah di Surabaya adalah Denny Mizhar. Ia mengatakan, pelbagai gerakan literasi diupayakan beramai-ramai. Setidaknya, agar saling mendukung dan berjejaring.
Denny menuturkan, gotong royong literasi merupakan semangat yang selalu dinarasikan Patjarmerah bersama Festival Kecil Literasi dan Pasar Buku Keliling Nusantara. Mereka bersama menyambangi beberapa tempat baru dan menggandeng komunitas-komunitas hingga kreator yang percaya pada semangat gotong royong.
"Gotong royong juga dilakukan antar-industri dan dunia kreatif. Mereka berkolaborasi menghadirkan kegiatan-kegiatan yang pada akhirnya justru jejaring dan menunjukkan keterhubungan. Jika kita bisa berkawan dan justru mengupayakan hal itu bersama-sama, kenapa pula tidak dilakukan?," kata Denny dalam keterangannya, Kamis (27/10/2022).
Pendiri Patjarmerah, Windy Ariestanty menambahkan, Patjarmerah membentuk tim yang mempertemukan sejumlah orang di Jatim di Surabaya. Lalu, menerapkan konsep berjejaring dan menarasikan beragam ide, diantaranya ruang-ruang baca, komunitas seni dan kreatif, penerbit buku, komunitas kreatif, komunitas tuli, komunitas sastra, hingga sejumlah individu yang memiliki kepedulian terhadap literasi.
"Mereka adalah mata dan kompas kami agar bisa lebih mengenali tempat yang kami singgahi. Tidak ada yang sebaik kawan-kawan tempatan untuk menarasikan dan juga menjadi juru bicara 'rumahnya' sendiri. Suara dan keinginan mereka bagi kami penting," ujarnya.
Pada Sabtu (29/10) mendatang, Windy akan menggelar kegiatannya bersama sejumlah komunitas peduli literasi itu selama sepekan. Kegiatan ini digelar di Jalan Ratna nomor 14 Surabaya hingga Minggu (6/11).
Selama kegiatan berlangsung, ada parade dan aneka topik menarik dalam rangkaian acara yang telah dirancang sedemikian rupa. Misalnya, memperbincangkan topik sejarah di Surabaya 'Suroboyo Sing Luput Sing Kudu Diramut' oleh para narasumber pegiat hingga sejarawan. Tertarik untuk bergabung?
(hil/dte)