Perjuangan Kamas Setiyoadi Usai Merdeka, Dirikan Perguruan Silat Dalikumbang

Urban Legend

Perjuangan Kamas Setiyoadi Usai Merdeka, Dirikan Perguruan Silat Dalikumbang

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Rabu, 12 Okt 2022 09:21 WIB
kamas setiyoadi
Imam, murid Kamas Setiyoadai menunjukkan foto gurunya (Foto: Enggran Eko Budianto)
Mojokerto -

Tak hanya melawan penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan RI, Kapten Kamas Setiyoadi juga berjasa besar mendirikan perguruan silat Dalikumbang. Perguruan bela diri ini mencetak ribuan pendekar dan tetap eksis hingga kini.

Sepak terjang Kapten Kamas bersama Kompi Kucing Hitam (The Black Cat) begitu ditakuti tentara Belanda maupun pribumi yang berkhianat. Pasukan kecil ini kerap menyabotase fasilitas penjajah di masa perang mempertahankan kemerdekaan RI. Para pribumi yang loyal kepada penjajah juga kerap diteror.

Namun, Kamas pensiun dini dari dunia militer dengan pangkat Kapten pada 1 Juli 1959. Ia terakhir kali berdinas di Kesatuan DBI VI Jember atau kesatuan pendidikan infanteri pada masa itu. Pejuang yang lahir di Desa Sambiroto, Sooko, Kabupaten Mojokerto 28 September 1927 ini beralih ke profesi lain untuk menghidupi istri dan 5 anaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika pemberontakan PKI pecah tahun 1965, Kapten Kamas merintis perguruan silat. Ia ingin menularkan ilmu bela diri dan kanuragannya kepada para pemuda di tanah kelahirannya, Sambiroto. Sehingga muda-mudi di desa tersebut mampu menjaga lingkungannya dari mara bahaya.

kamas setiyoadiImam, salah satu murid Perguruan Silat Dalikumbang yang didirikan Kamas Setiyoadi (Foto: Enggran Eko Budianto)

"Pak Kamas tokoh yang sangat disegani masyarakat. Beliau ahli bela diri Jawa Timuran, tanpa aturan khusus, campuran berbagai macam bela diri. Ilmu kanuragan beliau juga sangat tinggi," kata Wakil Ketua Cabang Perguruan Silat Dalikumbang Mojokerto, Imam (51) kepada detikJatim, Rabu (12/10/2022).

ADVERTISEMENT

Ketua Pelatih di Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Mojokerto ini menjelaskan Kapten Kamas melatih para pemuda ilmu bela diri modern dan ilmu kanuragan. Kala itu hanya sekitar 25 pemuda pemudi Desa Sambiroto yang berminat. Latihan awalnya digelar di rumah orang tua Kamas di Jalan Kamas Setiyoadi, sebelah selatan Sambiroro gang 8.

"Waktu itu hampir bersamaan dengan pemberontakan PKI. Sehingga bagi beliau para pemuda perlu dibekali ilmu bela diri. Waktu itu nama perguruannya masih Kucing Hitam," terang Imam.

Para pemuda yang digembleng ilmu bela diri dan kanuragan oleh Kapten Kamas, lanjut Imam tak sampai melawan pemberontakan PKI. Keterampilan yang mereka peroleh digunakan untuk menjaga keamanan tempat-tempat mengaji dan musala. Mereka juga menjaga Desa Sambiroto dari maling maupun perampok.

"Saya pernah lihat beliau melatih silat di lapangan Desa Kedungmaling, saya masih kecil. Saat itu saya sudah tertarik dengan beliau, orangnya kharismatik. Fisiknya mirip anaknya yang terakhir," ungkapnya.

Barulah di tahun 1969, Kapten Kamas menamakan perguruan silatnya Dalikumbang. Menurut Imam nama Dalikumbang diperoleh Kamas saat menjalani ritual khusus. Seiring berjalannya waktu, perguruan silat ini kian diminati. Kamas memindahkan tempat latihan ke rumah pribadinya di Jalan Raya Brangkal nomor 1, Desa Kedungmaling, Sooko.

Rumah di tepi jalan nasional ini dibangun Kamas bersama istrinya tahun 1970-an. Karena rumah warisan orang tuanya di Sambiroto sudah dijual ke orang lain. Rumahnya di Jalan Raya Brangkal mempunyai kebun dan halaman yang luas. Sampai saat ini, rumah tersebut ditempati putri keduanya, Sri Hastoeti (62) dan anak bungsunya Poedjio Pramono (56).

"Dalikumbang itu bukan gabungan nama dua hewan. Namun, nama ilmu kanuragan Jawa kuno," jelasnya.

Imam menuturkan ilmu kanuragan tak lagi diajarkan di perguruan silat Dalikumbang sejak Kamas wafat pada 12 Oktober 1980. Jenazahnya dikebumikan di Makam Umum Desa Kedungmaling, Kecamatan Sooko.

"Waktu itu warga (pesilat Dalikumbang) senior tidak ada yang berani menurunkan karena tidak ada perintah maupun wasiat dari beliau. Karena khawatir kena sanksi pemegang ilmu kanuragan di hari tua atau menjelang ajalnya," cetusnya.

Sampai saat ini perguruan silat Dalikumbang masih eksis di Mojokerto dan Jombang. Ilmu yang diajarkan murni bela diri untuk mengejar prestasi di berbagai kompetisi. Sebagai pendiri, Kapten Kamas dikukuhkan sebagai guru besar perguruan silat ini. Ia telah melahirkan ribuan pendekar.

"Dari awal berdiri sampai sekarang warga Dalikumbang ya ribuan. Saya sendiri melatih di 6 lokasi, sekolah dan kampung sejak sekitar tahun 2002," cetus Imam.

Tidak hanya itu, kata Imam, Kapten Kamas juga mewariskan nilai-nilai luhur sebagai pesilat. Ajaran Komandan Kompi Kucing Hitam itu terus dipegang teguh seluruh warga Dalikumbang. Yaitu ajaran prasetya warga dan tri dharma Dalikumbang.

"Intinya rasa persaudaraan dengan sesama, baik sesama warga Dalikumbang maupun dengan perguruan lain kami tetap satu wadah, pencak silat, tidak ada perbedaan. Sehingga sampai sekarang tidak pernah Dalikumbang bentrok dengan perguruan lain," terangnya.

Putri Kedua Kapten Kamas, Sri Hastoeti menambahkan mendiang ayahnya mempunyai kecintaan yang luar biasa kepada perguruan silat Dalikumbang. Tidak hanya waktu dan tenaga, ayahnya sering kali menggunakan uang pribadi untuk melatih murid-muridnya. Tak pelak banyak pemuda pemudi yang tertarik mengikuti pelatihan silat di rumahnya kala itu.

"Latihan di sini banyak yang ikut. Karena tidak bayar, bapak malah memberi mereka kue supaya semangat. Sekarang banyak muridnya yang bisa mengobati orang dan melatih bela diri," tandasnya.

Semasa hidupnya, Kapten Kamas Setiyoadi memimpin Kompi The Black Cat untuk merebut kemerdekaan dari Belanda yang melakukan agresi militer II pada 19 Desember 1948. Kompi itu dibentuk pada 25 Desember 1948 untuk menunaikan tugas langsung dari Komandan Divisi Jawa Timur Kolonel Sungkono. Yaitu mengacaukan keamanan wilayah-wilayah yang dikuasai penjajah.

Meski anggotanya kurang dari 75 orang, Kompi Kucing Hitam berulang kali melakukan aksi teror, sabotase dan penyerangan terhadap pasukan Belanda maupun pribumi yang loyal terhadap penjajah. Oleh sebab itu The Black Cat sangat ditakuti Belanda maupun para penghianat. Terlebih lagi Kapten Kamas sangat licin sehingga tak bisa ditangkap.

Puncaknya pada November 1949, pasukan ini berhasil menguasai wilayah Mojokerto, Bangsal, Puri, Sooko dan Trowulan. Perjuangannya Kompi Kucing Hitam yang dikomandoi Kapten Kamas berakhir setelah Belanda mengembalikan kedaulatan NKRI pada 27 Desember 1949.



Simak Video "Video Kala Prabowo Ungkap Rampasan Belanda Setara 140 Tahun Anggaran RI"
[Gambas:Video 20detik]


Hide Ads