Berdasarkan dokumen-dokumen yang masih ia simpan, Kapten Kamas pensiun dini dari ABRI 1 Juli 1959. Pemilik NRP 16721 ini terakhir kali berdinas di Kesatuan DBI VI Jember atau kesatuan pendidikan tentara pada masa itu.
Setelah pensiun di usia 32 tahun, kata Sri Kapten Kamas menekuni sejumlah profesi baru. Mulai dari menjadi kontraktor atau pemborong, menyewakan truk untuk angkutan barang, pertunjukan ilmu kebal, sampai bisnis perkebunan jeruk di Desa Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, Kamas masih beratraksi meski didiagnosa sakit liver. Ia pernah muntah darah karena penyakitnya tersebut sekitar 3 tahun sebelum wafat. Pejuang yang lahir di Desa Sambiroto 28 September 1927 ini wafat 12 Oktober 1980 di usia 53 tahun.
"Setelah muntah darah dia masih akrobat, perutnya dilindas mobil, dia ingin menunjukkan masih kuat. Cuma akhirnya sakitnya tambah parah. Bapak tidak mau menyerah, namanya juga pejuang," ujarnya.
Kesaktian Kapten Kamas juga dilontarkan salah seorang muridnya, Imam (51). Menurutnya Kamas merupakan guru besar Perguruan Silat Dalikumbang. Selain ahli bela diri, bapak 5 anak itu mempunyai ilmu kanuragan yang tinggi.
"Ilmu kanuragan beliau sangat tinggi. Pernah dulu masa penjajahan kalau dicari pasti hilang, sudah dikepung bisa hilang. Pernah mendorong gerbong kereta api Belanda sampai roboh di Sumobito. Kesaktiannya luar biasa," tandasnya.
Semasa hidupnya, Kapten Kamas Setiyoadi memimpin Kompi The Black Cat untuk merebut kemerdekaan dari Belanda yang melakukan agresi militer II pada 19 Desember 1948. Kompi itu dibentuk pada 25 Desember 1948 untuk menunaikan tugas langsung dari Komandan Divisi Jawa Timur Kolonel Sungkono. Yaitu mengacaukan keamanan wilayah-wilayah yang dikuasai penjajah.
Meski anggotanya kurang dari 75 orang, Kompi Kucing Hitam berulang kali melakukan aksi teror, sabotase dan penyerangan terhadap pasukan Belanda maupun pribumi yang loyal terhadap penjajah. Oleh sebab itu The Black Cat sangat ditakuti Belanda maupun para penghianat. Terlebih lagi Kapten Kamas sangat licin sehingga tak bisa ditangkap.
Puncaknya pada November 1949, pasukan ini berhasil menguasai wilayah Mojokerto, Bangsal, Puri, Sooko dan Trowulan. Perjuangannya Kompi Kucing Hitam yang dikomandoi Kapten Kamas berakhir setelah Belanda mengembalikan kedaulatan NKRI pada 27 Desember 1949.
Simak Video "Video Kala Prabowo Ungkap Rampasan Belanda Setara 140 Tahun Anggaran RI"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/iwd)