Gerak Jalan Mayangkara, Napak Tilas Perjuangan Melawan Penjajah di Lamongan

Gerak Jalan Mayangkara, Napak Tilas Perjuangan Melawan Penjajah di Lamongan

Eko Sudjarwo - detikJatim
Sabtu, 03 Sep 2022 12:40 WIB
gerak jalan mayangkara
Gerak jalan Mayangkara di Lamongan yang tempuh jarak 22 km (Foto: Eko Sudjarwo)
Lamongan -

Dua tahun tidak digelar karena pandemi, gerak jalan perjuangan Mayangkara tahun ini kembali digelar. Nama Mayangkara diambil dari nama batalyon yang dikenang karena keberaniannya melawan Belanda pada masa Agresi Militer sekitar tahun 1948, batalyon Mayangkara.

Gerak jalan perjuangan Mayangkara ini dimulai dari Gedung Mayangkara, Kecamatan Mantup menuju kawasan pendopo Lokatantra Lamongan dengan rute yang harus ditempuh sejauh lebih kurang 22 kilometer. Gerak jalan ini, bertujuan menapaktilas perjuangan prajurit Batalyon Mayangkara yang dikomandani Djarot Subiyantoro saat melawan Belanda.

"Nama Batalyon Mayangkara ini diambil dari nama kuda putih pemberian Kepala Desa Mantup saat itu, kepada Mayor Djarot Soebyantoro, ketika memindah markasnya ke Mantup," kata Camat Mantup Suwanto Sastrodiharjo saat berbincang dengan wartawan, Sabtu (3/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk tahun ini, Gerak jalan perjuangan Mayangkara ini diikuti oleh ratusan regu dari berbagai lembaga pendidikan dan umum. Ada sebanyak 48 pelajar putra dan 28 pelajar putri dan ratusan lainnya dari kategori umum. Mantup sendiri, tambah Wanto, berasal dari kata 'amantubillahi' yang kerap diucapkan oleh pasukan dari batalyon Mayangkara.

"Artinya adalah percaya pada Allah atas segala pertolongan-Nya, ini adalah semboyan yang selalu diucapkan oleh pasukan dari Batalyon Mayangkara," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Dari berbagai sumber yang ada, ungkap Wanto, pasukan Batalyon Mayangkara yang dipimpin Mayor Djarot Soebyantoro mulai bermarkas di Mantup sejak 5 Mei 1946. Sekitar tahun 1948, Belanda masuk ke Lamongan melalui Kecamatan Balongpanggang, Gresik lewat Kecamatan Mantup. Saat itulah Batalyon 503 Mayangkara melakukan perlawanan secara gerilya.

"Anggota Batalyon Mayangkara ini tidak hanya terdiri dari kaum laki-laki, tapi juga terdapat perempuan-perempuan pejuang yang ditugaskan sebagai penghubung antar pos komando gerilya," ujarnya.

Selain menjadi nama batalyon, Mayangkara ini juga menjadi lambang kesatuan Batalyon Mayangkara yang dikenang karena keberaniannya melawan tentara Belanda. Lambang lencana kuda putih Mayangkara ini secara resmi digunakan anggota batalyonnya sejak 7 Agustus 1949.

Tidak hanya di Lamongan, 400 anggota batalyon ini juga pernah menyusup ke Kota Surabaya yang menjadi basis kekuatan Belanda dengan maksud agar sewaktu-waktu terjadi gencatan senjata, ada anggota TNI yang mengusai wilayah tersebut dengan atribut lengkap dan bersenjata untuk memenuhi persyaratan kekuasaan daerah militer.

"Saat Mantup dijadikan basis kekuatan, Pak Djarot dan Pak kepala desa ini bermimpi sama, yaitu tentang kuda putih dan pak kades memberikan kuda putih kepada Pak Djarot yang kemudian diberi nama Mayangkara," ungkapnya.

Dari peristiwa itu, dibangunlah monumen kuda putih di halaman gedung yang juga diberi nama gedung Mayangkara. Gedung dan monumen ini terletak di tepi jalan poros Lamongan-Mojokerto, tepat sebelah Kantor Polsek Mantup. Di monumen ini juga tercantum kapan monumen tersebut dibangun, yaitu 1971.

"Kenang-kenangan untuk pedjuang kemerdekaan tahun 1945. Andjangsana ke EK. Basis Gerilja- JONIF -503 tanggal 9-12-1971. Dalam rangka HUT ke XXVI," bunyi keterangan pada monumen," kata-kata yang tertulis di monumen kuda putih ini.

Relief yang menggambarkan perjuangan Batalyon Mayangkara ini juga tergambar di monumen ini. Sementara, Di sisi selatan monumen terdapat tulisan amanat Panglima Besar Soedirman, yang juga masih tertulis dengan ejaan lama.

"Pertjaja pada kekuatan sendiri, teruskan perdjuangan kamu, korban tjukup banjak. Pertahankan rumah dan pekarangan kita sekalian. Tentara kita djangan sekali-kali mengenal sifat menjerah, kepada siapapun djuga jg akan mendjadjah dan menindas kita kembali. Pegang teguh disiplin tentara lahir dan bathin. Dari teman seperdjuangan, Letda AN S Siregar, Letda AN Soebarkah, Letda AN Soedarmo, Serma AN Irawan," isi tulisan lain di monumen ini.

Selain gerak jalan perjuangan, lanjut Wanto, untuk mengingat kembali perjuangan pasukan Batalyon Mayangkara melawan penjajah di bumi Mantup, pihaknya juga menampilkan drama kolosal dengan judul Kuda Mayangkara pada saat resepsi HUT ke-77 Kemerdekaan RI beberapa hari lalu.




(iwd/iwd)


Hide Ads