Sejak diresmikan 19 Agustus antusiasme masyarakat Gresik untuk mencoba Bus Trans Jatim sangat tinggi. Apalagi sejak hari itu hingga akhir Agustus kemarin naik bus itu gratis. Halte Trans Jatim seringkali penuh oleh warga yang cuma penasaran ingin mencoba bus baru itu.
Hingga akhirnya Jumat pagi (2/9/2022) ini, ketika bus milik Pemprov Jatim itu tak lagi gratis, halte yang ada di wilayah Gresik terlihat sepi. Terlihat lah siapa saja warga yang memang menggunakan Bus Trans Jatim untuk aktivitas sehari-hari.
Salah satu di antara penumpang yang mulai mengandalkan Bus Trans Jatim untuk menunjang mobilitasnya dari rumah ke kantor adalah Hamidi. Warga Gresik yang bekerja di Graha Pangeran Surabaya itu mengaku sudah menggunakan jasa Bus Trans Jatim selama seminggu terakhir dan merasa terbantu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebetulan rutenya sesuai dengan rute harianku. Rumahku di Gresik, kerja di Graha Pangeran Surabaya. Turun Bungurasih (Purabaya) terus oper Bus Surabaya. Sebenarnya ini solusi. Kebanyakan orang yang satu perjalanan sama aku merasa terbantu ada Bus Trans Jatim," ujarnya kepada detikJatim, Jumat (2/9/2022).
Hamidi menyebutkan bahwa saat pagi Bus Trans Jatim selalu sesuai dengan jadwal keberangkatan di dalam aplikasi. Dengan waktu tunggu di halte yang singkat durasi perjalanannya dari rumah ke kantor naik bus itu bisa dibilang hampir sama dengan durasi perjalanan saat dirinya naik mobil ke kantor.
"Aku nyoba baru minggu lalu. Memang sangat membantu. Cepat juga. Berhenti di halte saja, terus tol panjang. Makanya durasi perjalanan kalau aku naik kendaraan pribadi dengan naik Trans Jatim hampir nggak selisih. Padahal berangkatnya dari rumah. Kalau naik kendaraan umum lain, kan, lama ngetem-nya," katanya.
Jarak tempuh perjalanannya dari rumah ke kantor kurang lebih hanya 45 menit naik Bus Trans Jatim. Dia berangkat dari rumah ke halte pukul 6.45 WIB kemudian sampai di kantor sekitar pukul 7.30 WIB. Hamidi juga mengatakan, tidak hanya dirinya, banyak warga Gresik yang memanfaatkan layanan bus tersebut.
"Dari Gresik banyak kok yang naik. Memang nggak sampai penuh sampai berdiri, enggak. Tapi kalau berangkat tempat duduknya relatif harus terisi semua. Iya, rata-rata pekerja luar kota Gresik-Surabaya. Seperti yang aku bilang tadi, mereka juga merasa terbantu," ujarnya.
![]() |
Hingga akhirnya rute bus itu mendadak berubah. Menurutnya, sejak kemarin lusa tiba-tiba saja sopir mengubah rute perjalanan setelah turunan Tol Waru menuju Terminal Purabaya. Kalau tadinya langsung dari tol lewat Medaeng, sekarang sopir memutar dulu lewat u-turn bawah tol sebelum Bundaran Waru.
"Rute awal itu kan dari tol Romokalisari langsung keluar waru ke Bungur. Nah pas kemarin itu dia lewat muter ke Waru dulu. Padahal itu jalur macet, ya kan? Enggak sampai Bunderan (Waru), bawahnya. Tapi begitu keluar itu kan sudah macet. Apalagi kalau Senin, pasti macet," katanya.
Hamidi mengakui selisih waktu perjalanan itu tidak terlalu lama. Setidaknya selisih 10 menit atau lebih tergantung tingkat kemacetan di jalur Bundaran Waru-Medaeng-Purabaya itu. Tapi menurutnya waktu 10 menit saat pagi adalah waktu yang sangat berharga bagi dirinya yang harus datang ke kantor tepat waktu.
"Selisihe sekitar 10 menit memang. Tapi kan, eman (sayang), 10 menit waktu pagi itu kan sangat berharga," keluhnya.
Hamidi sempat menyampaikan keluhannya tentang perubahan rute Bus Trans Jatim itu ke akun resmi Instagram yang tertera di dalam bus. Dia melihat ada juga pengguna lain yang mengeluhkan hal senada, tapi hingga hari ini tidak ada respons dari admin Medsos Bus Trans Jatim.
Ia akhirnya menyampaikan keluhannya melalui akun pribadinya di Twitter dan mendapat tanggapan dari warganet yang sebagian besar mengecam perubahan rute mendadak tanpa sosialisasi itu. Apalagi, seperti disampaikan Hamidi, alasan perubahan rute itu menurutnya tidak rasional.
"Jadi beneran lewat situ (bawah Tol Waru) enggak ada halte tambahan. Sebenarnya driver-nya sendiri mengeluh. Katanya, 'kita sendiri disuruh lewat sini jam istirahat jadi berkurang' dan sebagainya. Saya tanya alasannya, kata sopirnya hanya untuk menambah kilometer," ujar Hamidi.
Sebagai orang yang awam dengan istilah transportasi, Hamidi mengaku tidak tahu apa yang dimaksud oleh sang sopir 'untuk menambah kilometer'. Tapi dalam logikanya, tindakan mengubah rute itu sama sekali tidak berdasar. Karena memang tidak ada halte bus di rute baru itu dan rawan terjebak macet.
"Sejauh ini sebenarnya sangat nyaman, karena keberadaan bus juga bisa dipantau lewat aplikasi dan sesuai, kok. So far aman. Cuma kemarin dan hari ini tadi jalurnya itu melenceng dari rute yang ada di aplikasi. Enggak ada sosialisasi juga. Jangan lah. Maksude ini, kan, transportasi publik," ujarnya.
Keluhan tidak direspons. Baca di halaman selanjutnya.
Keluhannya Tidak Digubris
Hamidi merasa sebagai bagian dari publik pengguna transportasi dia merasa tidak nyaman bila ada perubahan mendadak yang seharusnya tidak dilakukan dan penerapannya juga tanpa sosialisasi kepada pengguna. Apalagi, keluhan yang ia sampaikan sudah 2 hari ini tidak mendapat respons.
"Aku nggak sempat sampaikan lewat contact centre yang ada, tapi sempat aku komentar di IG. Aku juga lihat ada yang komplain juga di IG itu, tapi belum ditanggepin sampai sekarang. Eman sih. Maksudnya, anggapanku Trans Jatim ini bisa kayak MRT di Jakarta," ujarnya.
Ia mengaku sangat menyayangkan bila Bus Trans Jatim yang sejauh ini telah dia rasakan manfaat positifnya menjadi salah pengelolaan. Sebab, dia yang merasa menjadi bagian dari masyarakat komuter Gresik-Surabaya sudah lama menunggu-nunggu tersedianya transportasi publik yang solutif.
"Maksudku lek nang Suroboyo iki, kan, kota terbesar kedua setelah Jakarta. Haruse kalau trans Jatim ini bisa dikelola dengan baik asline itu (akan menjadi) solusi. Benar-benar banyak yang memanfaatkan itu kok. Wis apik sakjane, cuma onok beberapa perlu perbaikan. Busnya nyaman. Kari ngeramute sing temenan," katanya.
Satu lagi yang dikeluhkan Hamidi adalah ketersediaan di jam pulang kerja. Dia yang pulang hingga malam hari sempat menunggu di halte depan Terminal Purabaya sampai 1 jam lamanya. Saat itu, kata dia, ada 4 bus yang masuk halte tapi seluruhnya menuju ke Sidoarjo, hingga akhirnya ada 1 bus menuju Gresik.
"Kalau pulangnya dari kantor itu ke halte di Purabaya ya terpaksa harus naik ojek dulu. Enggak masalah. Cuma pernah kemarin itu sempat nunggu sampai sejam. Itu di halte luar Purabaya. Jadi waktu itu ada 4 bus yang masuk tapi ke Sidoarjo semua. Gresik baru ada setelah 1 jam. Itu pun sudah jam setengah 9 malam," katanya.
Soal kenyamanan bus baru Trans Jatim, beberapa pengguna yang ditemui detikJatim juga mengakui itu. Sinta warga Duduksampeyan, misalnya. Dia mengaku penasaran ingin naik bus Trans Jatim untuk ke rumah ibunya di Sidoarjo dan baru pertama kali mencoba hari ini.
"Ini masih mencoba. Baru pertama kali naik, waktu gratis kemarin belum sempat naik," kata Sinta saat ditemui detikJatim di Halte depan Kantor Pemkab Gresik. "Biasanya kalau ke Bungurasih naik motor. Ya, lumayan lama menunggunya, tapi enak, enggak capek."