Hasil uji laboratorium terhadap sampel air dari Sungai Kalisari, di Mulyorejo, Surabaya yang pernah berbusa awal Agustus sudah keluar. Sungai itu disebut mengalami pencemaran parah akibat limbah rumah tangga.
"Hasil lab sungai menunjukkan level pencemaran sungai ada di level 4. Level 1 itu bersih, level 2 agak kotor, 3 kotor, dan level 4 paling kotor," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Agus Hebi Djuniatoro, Kamis (25/8/2022).
Hasil uji laboratorium itu keluar setelah 3 pekan peristiwa munculnya busa yang disebut mencapai 2 meter dari permukaan air di Sungai Kalisari, Mulyorejo saat pompa di Rumah Pompa Kalidami I dinyalakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Munculnya busa kerap dikeluhkan oleh warga di kawasan Kejawan Putih Tambak, Mulyorejo. Menurut mereka busa-busa itu bila ada angin kencang akan berterbangan ke jalan bahkan ke rumah-rumah warga.
Selasa 2 Agustus lalu, salah satu warga bernama Ida mengatakan, busa yang muncul saat pompa air dinyalakan itu hanya terjadi ketika air laut pasang. Saat itu angin kencang sehingga busa-busa itu turut tertiup dan melayang-layang di udara.
"Kalau ada angin sampai ke atas. Tapi enggak sampai kena jemuran. Jadi angin itu muncul saat angin kencang, pas air laut pasang. Itu sampai ke atas. tapi enggak sampai masuk-masuk ke rumah, kok. Yang pasti di jalan raya situ mas. Kalau di sini kecil-kecil begitu lah. Saya setiap hari yang tahu," ujarnya.
Warga lainnya Lana yang tinggal di rumah kos di dekat rumah pompa mengakui, ia sering melihat busa-busa dari rumah pompa itu muncul. Karena lokasinya ada di depan tempat kosnya.
"Iya sering muncul. Tapi kalau kena angin sampai depan kos saja. Kalau kena makanan sih nggak sampai. Soalnya setelah masak biasanya langsung saya masukkan di dalam," kata Lana.
Operator Rumah Pompa Bosem Kalidami 1 Zainul Chasik (52) menyebutkan bahwa busa itu selalu muncul saat pompa air dinyalakan. Dan hari ini dia menyalakan pompa air besar atau biasa disebut pompa air banjir sekitar pukul 06.00 WIB hingga pukul 09.30 WIB.
"Tadi mulai (menyalakan) pompa sekitar jam 6 lebih. Berakhir sampai 09.30 WIB sudah dimatikan pompa besarnya (pompa banjir). Tinggal pompa selat saja. busa yang ngumpul kurang lebih 2 meter dari permukaan air," ujarnya kepada wartawan, Selasa (2/8/2022).
Menurutnya, bila pompa air dimatikan dengan sendirinya busa itu akan hilang karena aliran sungai pembuangan di Kejawan Putih Tambak itu langsung mengalir ke muara atau ke laut.
"Begitu pompa air dimatikan akan hilang dengan sendirinya. Karena ini alirannya kan langsung ke muara, ke laut," katanya. "Tadi benar-benar sudah hilang kurang lebih 1 jam setelah pompa air saya matikan," jelasnya.
Ia mengaku tidak tahu pasti apa yang menyebabkan munculnya busa itu. Ia hanya memastikan, setiap kali pompa ia nyalakan busa selalu muncul. Ia pun tidak bisa memastikan apakah kandungan limbah rumah tangga yang menyebabkan busa itu muncul.
"Saya tidak tahu kalau itu (limbah rumah tangga). Tapi, setiap kali pompa dinyalakan selalu mengeluarkan busa kalau musim panas atau musim kemarau. Kalau musim hujan ada campuran air hujan, jadi tidak sampai keluar busa," katanya.
Biasanya, ia akan menyalakan pompa air itu ketika air di Bozem Kalidami sudah meninggi. Seperti pagi tadi ketika ketinggian air di sana mencapai level 90 sentimeter. Ia pun segera menyalakan pompa air tersebut.
"Tak pompa tadi pagi soale level (air)-nya tinggi sekitar 90 cm. Saya hidupkan pompa: pompa banjir dan pompa selat. Terus busanya ngumpul di saluran pembuangan yang di sisi timur," ujarnya.
Ada pun asal air yang masuk ke Bozem Kalidami itu menurutnya dari sungai yang memang melewati sejumlah lokasi di Surabaya. Yakni aliran Sungai Srikana yang melintasi kawasan Menur dan Karang Menjangan.
"Ini dari saluran Srikana. Juga dari Samsat Menur itu, kemudian dari Karang Menjangan. Larinya ke sini, lalu dibuang ke laut. Kalau dari sini ke laut sekitar 5 kiloan. Ini rumah pompa terakhir menuju ke muara," ujarnya.
Pencemaran juga dari hotel hingga langkah yang akan diambil DLH Surabaya. Baca di halaman selanjutnya.