Pencemaran Sungai Mulyorejo dari Limbah Perumahan, UMKM, hingga Hotel

Pencemaran Sungai Mulyorejo dari Limbah Perumahan, UMKM, hingga Hotel

Esti Widiana - detikJatim
Kamis, 25 Agu 2022 19:58 WIB
Sisa-sisa busa di sungai Mulyorejo Surabaya diduga dampak pencemaran lingkungan
Sisa busa di Sungai Mulyorejo Surabaya. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Sungai -

Hasil uji laboratorium sampel air dari Sungai Kalisari, Mulyorejo yang pernah berbusa awal Agustus sudah muncul. Sungai itu disebut tercemar parah akibat limbah rumah tangga.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Agus Hebi Djuniantoro hasil uji laboratorium itu menunjukkan limbah itu dari air sisa deterjen dari rumah warga, bekas cuci piring, dan lain-lain.

Ia memastikan tidak terdeteksi dalam hasil uji laboratorium itu adanya pencemaran akibat dari limbah industri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Buangannya rumah tangga memang. Busa dari limbah kotoran deterjen, cuci piring, dan lainnya. Kalau dari industri, sepanjang sungai itu memang tidak ada," ujarnya, Kamis (25/8/2022).

Selain limbah warga atau perumahan di sekitar sungai, ada sejumlah usaha rumahan alias UMKM dan hotel. Dugaannya UMKM dan hotel itu turut membuang limbahnya ke sungai Kalisari.

ADVERTISEMENT

"Ada perumahan, usaha rumahan, dan hotel yang membuang limbahnya ke sungai itu. Jadi sudah bisa dipastikan limbah tersebut karena limbah rumah tangga," ujarnya.

Sebelumnya, Hebi mengatakan bahwa hasil laboratorium sampel air dari Sungai Kalisari di Mulyorejo itu memang tercemar limbah rumah tangga dengan kategori parah.

"Hasil lab sungai menunjukkan level pencemaran sungai ada di level 4. Level 1 itu bersih, level 2 agak kotor, 3 kotor, dan level 4 paling kotor," kata Hebi.

Hebi menjelaskan salah satu langkah yang akan diambil yakni dengan mengharuskan pembuatan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal.

Menurutnya, dengan adanya IPAL komunal tersebut, limbah rumah tangga yang dihasilkan akan diolah lebih dulu sebelum akhirnya dibuang ke sungai.

Mengenai pembuatan IPAL pihaknya akan berkoordinasi dengan ITS dan organisasi perangkat daerah terkait lainnya. Hebi mengatakan pembuatan IPAL ini tidak mudah karena lahan yang terbatas.

"Nanti koordinasi dengan ITS bagaimana caranya limbah dari warga seperti deterjen, limbah cuci piring, ada alat yang bisa menetralisir sehingga masuk sungai sudah tidak ada lagi surfaktan," katanya.




(dpe/iwd)


Hide Ads