Mengintip Jamas 97 Pusaka Kabupaten Mojokerto di Malam 1 Suro

Mengintip Jamas 97 Pusaka Kabupaten Mojokerto di Malam 1 Suro

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Sabtu, 30 Jul 2022 14:18 WIB
Jamasan benda pusaka Pemkab Mojokerto.
Foto: dok. Enggran Eko Budianto/detikcom
Kabupaten Mojokerto -

Pemkab Mojokerto mempunyai koleksi 97 keris, tombak dan pedang pusaka barumur ratusan tahun. Puluhan pusaka tersebut disucikan (jamas) menggunakan air dari 7 petirtaan di Bumi Majapahit setiap malam satu suro.

Jamas 97 pusaka menjadi bagian Ruwat Agung Nuswantoro yang menjadi agenda Pemkab Mojokerto setiap malam satu suro yang bertepatan dengan malam tahun baru hijriah. Kali ini, tradisi tersebut digelar di Pendapa Graha Maja Tama Kantor Bupati Mojokerto di Jalan A Yani pada Jumat (29/7) malam.

Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati hadir bersama Forkopimda, yaitu Ketua DPRD, Dandim 0815, Kapolres Kabupaten dan Kota, Kajari, Ketua PN, Ketua MUI dan Kepala Kemenag Kabupaten Mojokerto. Hadir pula para pemuka agama, budayawan, para staf ahli, asisten dan para kepala OPD.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ruwat Agung Nuswantoro bertema Tumuju Kamulyan atau Menuju Kemulyaan dibuka dengan pertunjukan tari bedoyo triloka oleh siswa SMAN 1 Bangsal. Selanjutnya, keris, tombak dan pedang yang sudah dijamas dikirab dari Pringgitan atau rumah dinas Bupati Mojokerto menuju ke Pendapa Graha Maja Tama. Senjata pusaka itu lantas diserahkan kepada Bupati Ikfina dan para Forkopimda.

"Menjamas pusaka adalah ritual membersihkan pusaka yang memiliki makna agar kita dapat membersihkan diri dengan cara merawat warisan para leluhur. Salah satunya berupa pusaka yang banyak mengandung makna filosofi, falsafah kehidupan, kearifan, sumber inspirasi, dan motivasi kehidupan. Oleh karena itu, harus selalu dirawat dengan cara dicuci setiap pergantian tahun," kata Ikfina, Jumat (29/7/2022).

ADVERTISEMENT

Pemkab Mojokerto ternyata mempunyai koleksi 724 keris yang selama ini disimpan di sebuah ruangan di dalam Pringgitan. Jumlah itu belum termasuk tombak dan pedang. Sebelum dijamas, ratusan senjata tradisional tersebut lebih dulu diidentifikasi.

Hasilnya, 95 keris masuk kategori pusaka atau sepuh karena dibuat dalam rentang waktu awal periode keris pada abad 7 masehi sampai berakhirnya masa monarki tahun 1945. Sedangkan 113 keris kategori keris putran atau duplikat, 21 keris replika dan 495 keris aksesoris.

Total 97 keris, tombak dan pedang pusaka yang dijamas di Pringgitan pada malam satu suro. Puluhan pusaka itu mayoritas dari Mataram abad 17 dan 18 masehi. Tak tanggung- tanggung, senjata pusaka koleksi Pemkab Mojokerto itu disucikan menggunakan air dari 7 petirtaan. Tujuannya tak lain untuk membersihkan bilah sekaligus mengembalikan aura puluhan pusaka itu.

Ikfina menjelaskan, Kabupaten Mojokerto mempunyai berbagai peninggalan bersejarah dari tiga kerajaan besar nusantara. Mulai dari Kerajaan Medang Kamulan yang didirikan Mpu Sindok, Kerajaan Kahuripan yang didirikan Airlangga, serta Kerajaan Majapahit yang didirikan Raden Wijaya.

"Dari semua itu kita memiliki nilai-nilai tradisi dan budaya yang beragam, kreatif, dan berbagai even untuk mengembalikan nilai tradisi budaya yang ada di tengah masyarakat," jelasnya.

Orang nomor satu di Pemkab Mojokerto ini berharap, even Ruwat Agung Nuswantoro mampu menumbuhkan sikap saling memahami dan menghargai nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Sehingga eksistensi dan peran kebudayaan semakin penting dan dirasakan manfaatnya oleh semua lapisan masyarakat.

Selain itu, Ikfina berharap Ruwat Agung Nuswantoro dapat melestarikan dan meningkatkan warisan seni budaya di Kabupaten Mojokerto. Karena even ini menjadi momen silaturahmi para budayawan dan seniman daerah untuk bersatu padu dalam membangun kebudayaan. Satu paket dengan jamas pusaka, even ini digadang-gadang menjadi wisata budaya.

"Harapan Pemerintah Kabupaten Mojokerto ke depannya Ruwat Agung Nuswantoro dan Jamas Pusaka menjadi even nasional bahkan internasional. Sehingga masuk dalam kalender wisata," tandasnya.

Setelah kirab pusaka, Ruwat Agung Nuswantoro dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan doa lintas agama. Tradisi ini ditutup dengan pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Susilo Wibowo. Sang dalam membawakan cerita berjudul Semar Bangun Jiwo.




(prf/ega)


Hide Ads