Mengintip Ritual Warga Surabaya Mandikan Keris Pusaka di Malam 1 Suro

Mengintip Ritual Warga Surabaya Mandikan Keris Pusaka di Malam 1 Suro

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Sabtu, 30 Jul 2022 12:59 WIB
Tradisi memandikan keris malam 1 Suro
Tradisi memandikan keris (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)
Surabaya -

Malam 1 Suro atau 1 Muharam dimanfaatkan sejumlah orang untuk menjamas atau mencuci keris. Tujuannya, untuk membersihkan pusaka para leluhur mereka dari kotoran, serta melestarikan besi tetap terjaga.

Di Surabaya yang notabene sebagai kota metropolitan, hal ini masih ditemukan. Alasannya, tak lain untuk menjaga tradisi budaya secara turun-temurun.

Pada malam Tahun Baru Islam, mayoritas masyarakat Jawa memang identik mencuci benda pusaka, salah satunya adalah keris. Dalam prosesnya, ritual ini membutuhkan sejumlah sesajen. Mulai dari kopi, telur ayam kampung, pisang, kemenyan, kelapa, hingga kembang melati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kali ini, detikJatim bertemu dengan salah satu warga Medokan, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Budi Mulyono. Di sana, ia dibantu beberapa orang 'khusus' menjamas sejumlah keris pusaka.

Tujuan Penjamasan Keris jelang 1 Suro

Tradisi memandikan keris malam 1 SuroTradisi memandikan keris malam 1 Suro Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim

Budi mengatakan, ritual tersebut ia awali dengan mencuci keris dengan air biasa, mengeringkan, melumasi dengan minyak, hingga memasang sejumlah partikel yang sebelumnya dibongkar terlebih dulu. Ia mengaku, kerap melakukan hal serupa setiap tahunnya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, hal itu dilakukan bukan semata-mata 'klenik'. Namun, murni menjaga, meneruskan, dan menghormati tradisi yang turun temurun dari sang empunya.

"Memandikan keris ini untuk melestarikan tradisi serta menjaga pusaka dari para leluhur. Karena, budaya yang sangat tinggi nilai seninya," kata Budi kepada detikJatim, Sabtu (30/7/2022).

Berdasarkan rekomendasi dari teman itu lah, ia pun mulai membersihkan keris sejak puluhan tahun silam. Walau tidak dalam momen Tahun Baru Islam pun, ia mengaku kerap merawat keris miliknya.

"Tidak ada hari spesial, kalau pas lagi nganggur ya saya bersihkan dan kasih minyak," tuturnya.

Dalam merawat keris, umumnya ada beberapa ritual yang dilakukan. Mulai dari menyiapkan bunga 7 rupa, kopi, hingga rokok. Ia pun mengamininya.

"Setiap orang punya cara yang berbeda-beda cara, tapi bukan berarti kita memuja-muja, hanya meneruskan tradisi nenek moyang," beber dia.

Mencintai Pusaka Keris Bersejarah nan Estetik

Budi menjelaskan, ia mulai mencintai keris sejak puluhan tahun lalu. Saat itu, ia dikenalkan teman hingga saudara dengan keris. Sembari mempelajari, ia mengaku kepincut dengan pusaka asal Jawa itu

Kendati kuno, Budi menilai benda serupa tak bakal bisa diciptakan lagi di era sekarang. Mulai dari bentuk, ukuran, hingga nuansa magis.

"Saya kira, 'empu-empu' saat ini belum tentu dapat membuat keris seindah orang dulu, meski ada teknologi yang maju," ujarnya.

Keris sempat berdiri sendiri, di halaman selanjutnya!

Nuansa Magis dalam Keris Pusaka

Budi meyakini, kebiasaan Umbah Gaman (Mencuci Pusaka) tersebut dianggapnya sebagai hal wajib setiap 1 Suro. Bahkan, harus dilestarikan oleh pecinta karya seni atau benda pusaka seperti dirinya. Oleh karena itu, ia ingin agar tradisi tersebut tak punah.

Saat detikJatim berada di lokasi, Budi menunjukkan bagaimana cara mencuci keris bersama rekannya, Slamet 'Keris'. Ia menunjukkan satu persatu keris miliknya. Sebelum dimandikan, keris diberi wewangian menyan. Kemudian, ada kembang 7 rupa dan diakhiri dengan mengoleskan arsenik.

Menurutnya, koleksi keris miliknya ada beragam. Baik bentuk, jenis, hingga ukuran. Bahkan, ia mengklaim keris miliknya ada yang berasal dari era Singosari, Mataram, hingga Majapahit dengan bahan dasar dari perak, nikel, besi murni, sampai batu meteorit.

Setiap keris diyakini mempunyai keistimewaan. Termasuk magis nan klenik di dalamnya.

"Keistimewaannya, ada yang bilang bisa membawa rezeki, pangkat, dan lain sebagainya. Setiap keris itu punya tekstur atau pamor masing-masing," tuturnya.

Kepada detikJatim, ia menunjukkan salah satu hal magis secara nyata. Ia menegaskan, keris yang ia buat berdiri dengan sendirinya.

"Bisa dilihat sendiri kan magisnya, Mas," tuturnya.

Banjir Rejeki di Malam 1 Suro bagi Penjamas Keris Pusaka

Tradisi memandikan keris malam 1 SuroTradisi memandikan keris malam 1 Suro Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim

Sementara itu, penjamas keris bernama Slamet membenarkan bila pusaka yang dimiliki Budi terbilang 'ciamik'. Lantaran, mempunyai keistimewaan tersendiri, salah satunya adalah pamor masing-masing.

"Yang dibaca di setiap keris itu pamor, seperti halnya kita baca tulisan," katanya.

Salah satu pakar pusaka Jawa asal Trenggalek, Jatim itu menyatakan, ia sering menemukan sejumlah hal irasional. Terlebih, saat tengah memandikan keris.

"Dulu, keris yang saya cuci pernah terasa sangat berat. padahal, ukurannya sekitar 30cm. Selain itu, ada juga pangkal keris yang tak bisa dibuka asal-asalan, kecuali (dibuka) orang 'pilihan'.

Fungsi dan Status Keris Pusaka Berubah Seiring Berkembang Zaman

Pria yang merupakan warga Kedinding Lor, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya itu berkisah, dahulunya, memang keris digunakan sesuai peruntukannya. Yakni untuk melindungi, melawan, atau menghindari musuh hingga melindungi dari makhluk yang tak kasat mata.

"Dulu, keris kan untuk alat perang prasarana, kalau sekarang sebagai penunjang strata, apalagi kita hidup di Jawa. Ya kalau orang zaman dulu bilang istilahnya menyatu dengan alam," tutur dia.

Slamet menerangkan, keris yang kerap ditemui beragam. Mulai dari Tilamsari, Blojol, sampai Tilampupil.

"Orang zaman dulu, hampir setiap kepala keluarga punya (keris), nah kalau yang paling susah ditemui jenis Nogososro, karena pusaka khusus orang ningrat. Contoh, kalau ada yang orang memiliki marga besar, sesuai dengan kerisnya. Biasanya, yang punya (keris) punya silsilah kraton," kata dia.

Selama menjelang 1 Suro, ia pun mengaku kerap banjir orderan 'ngumbah gaman'. Bahkan, hingga puluhan tempat yang berbeda.

"Kalau di hari biasa, cuma 3 sampai 5 orderan (mencuci / memandikan keris). Kalau Suroan begini, bisa sampai 50 orderan per bulan," tutupnya.

Halaman 2 dari 2
(hil/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads