Long COVID atau gejala berkepanjangan dirasakan banyak penyintas COVID-19. Berikut ini sejumlah gejala umumnya.
- Kelelahan: 29,4 persen
- Batuk: 15,5 persen
- Nyeri otot: 11,7 persen
- Dispnea: 11,2 persen
- Sakit kepala: 9 persen
- Gangguan tidur: 8,8 persen
- Cemas: 7,9 persen
- Palpitasi: 7,6 persen
- Sulit berkonsentrasi: 6,1 persen
- Hidung tersumbat: 5,2 persen
- Mual: 5,2 persen
- Sakit tenggorokan: 3,8 persen
Sebanyak 16,8 persen subjek penelitian mengaku mengalami gejala persisten selama lebih dari 3 bulan. Riset itu mengusung tajuk 'Clinical characteristics and quality of life of persistent symptoms of COVID-19 syndrome in Indonesia', yang dirilis pada 3 April 2022.
Riset tersebut melibatkan Agus Dwi Susanto, Fathiyah Isbaniah, Irandi Putra Pratomo, Budhi Antariksa, Erlang Samoedro, Muhammad Taufik, Fadlika Harinda dan Fariz Nurwidya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam riset tersebut, mereka menemukan beberapa fakta selain soal gejala paling umum dari long COVID. Mulai dari soal persentase pasien yang mengalami long COVID hingga pneumonia sebagai faktor utama.
Riset itu menunjukkan, 66,5 persen dari 385 responden yang dianalisis mengalami keluhan long COVID. Subjek penelitian tersebut didominasi oleh perempuan dengan rentang usia antara 18-40 tahun dan berdomisili di Indonesia bagian barat.
Long COVID lebih banyak ditemukan pada penyintas yang lebih tua, yang memiliki penyakit penyerta, yang memiliki keparahan klinis lebih tinggi, yang menjalani perawatan di rumah sakit, yang memiliki pneumonia, hingga mereka yang membutuhkan terapi oksigen.
Para ahli yang melakukan analisis terhadap penelitian tersebut membuat kesimpulan bahwa, pneumonia merupakan faktor utama yang mempengaruhi long COVID.
Mereka juga merekomendasikan penelitian lebih lanjut, menggunakan sampel yang lebih besar serta waktu penelitian yang lebih lama.
Itu untuk mengendalikan COVID-19 dan dampak yang ditimbulkan terhadap kesehatan. Juga demi kualitas hidup para penyintas COVID-19.
"Prevalensi sindrom persisten atau long COVID-19 di Indonesia cukup tinggi, yang mempengaruhi kualitas hidup survivor COVID-19. Pneumonia merupakan faktor utama yang mempengaruhi kejadian sindrom COVID-19 persisten. Penelitian lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar dan waktu studi yang lebih lama direkomendasikan untuk mengendalikan COVID-19 dan dampaknya terhadap kesehatan dan kualitas hidup penyintas COVID-19," demikian kesimpulan para ahli.
(sun/sun)