Sebanyak 86 ekor sapi perah di Desa Pudak Kulon, Kecamatan Pudak, Ponorogo, suspek penyakit mulut dan kuku (PMK). Para peternak sapi pun menjerit atas kondisi ini. Sebab, hingga saat ini belum ada bantuan obat atau apapun kepada para peternak sapi perah.
Peternak sapi perah, Ambar Suyanto (42) mengatakan ternaknya suspek PMK pada Kamis (26/5/2022). Ada 3 ekor sapi yang sampelnya dikirim ke laboratorium.
"Jadi awalnya sapi itu mengeluarkan lendir, kuku membengkak," tutur Ambar kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, Selasa (31/5/2022).
Setelah kejadian itu, lanjut Ambar, pihaknya langsung mendatangi mantri hewan untuk pengobatan. Karena khawatir PMK, akhirnya ada 3 ekor sapi yang sampelnya dikirim ke laboratorium untuk kepastian jenis penyakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Wabah PMK Landa Tuban, 4 Sapi Mati |
"Sambil menunggu hasil sampel itu, sapi-sapi saya juga saya beri vitamin dan antibiotik, sekarang sudah mulai membaik. Kata mantri hewan 14 hari sembuh," terang Ambar.
Amar menambahkan untuk pengobatan satu ekor sapi dia sudah menghabiskan dana Rp 2 juta. Sebab, suntik antibiotik dilakukan setiap 4 hari sekali hingga dinyatakan sembuh.
"Apalagi yang disuntik itu tidak hanya sapi yang tersuspek, tapi juga satu kandang semua diberi vitamin dan antibiotik," papar Ambar.
Sementara, Kades Pudak Kulon Sujadi menambahkan dari 86 ekor sapi tersebut terdiri dari 14 kandang. Sebanyak 3 ekor sapi sudah diambil sampel untuk memastikan apakah penyakit tersebut PMK atau bukan.
"Sapi yang diperiksa gejalanya kaki bergetar, melepuh, ludah berlendir dan jumlahnya banyak, serta tidak mau makan," imbuh Sujadi.
Menurutnya, para peternak mengeluh terkait PMK. Terutama peternak sapi perah. Sebab, saat sapi tersuspek PMK, hasil susunya pun dibuang. Otomatis warga tidak mendapat pemasukan sama sekali.
"Kan kalau sapi sudah disuntik antibiotik, maka susunya tidak boleh dijual. Harus dibuang. Peternak otomatis tidak mendapat pemasukan. Ditambah lagi biaya suntik obat juga mahal," tukas Sujadi.
(fat/fat)