Sebanyak 189 ekor sapi yang tersebar di beberapa desa di wilayah Bojonegoro disebut suspect penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Ada 189 ekor sapi yang sakit, mulai awal Januari hingga tanggal 9 kemarin. Untuk sakit apa kita belum bisa menjelaskan itu karena suspect PMK atau tidak. Untuk penentuan penyebabnya kita periksa melalui uji lab," jelas Lutfhi Nurrohman.
Sementara itu, 17 sapi milik warga Desa Papringan Kecamatan Temayang mati dalam sepekan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau menurut info dari warga, mulai Senin Sampai Kamis 17 sapi mati. Pokoke cepet tenan (Pokoknya cepat sekali)," tutur Kades Hadi. Sabtu (11/1/2025).
Hadi menambahkan, beberapa hari terakhir ini, banyak sapi milik warga yang dijual khawatir terjangkit wabah PMK.
"Ini kalau dua tiga truk sapi milik warga pada dijual ada yang sehat ada yang sakit, pokoknya keluar desa. Harganya kalau sakit ya tinggal separuh daripada mati," jelas Hadi.
Tak sedikit warga yang khawatir hewan ternaknya terjangkit wabah PMK ini, apalagi warga juga minim edukasi penanggulangan penyakit ini.
"Kayak zaman sakitnya orang kena COVID-19 dulu, pokoknya kalau sakit terus cepat mati, yang punya juga khawatir hewan ternak bagi petani itu soalnya tabungan," imbuhnya.
Terpisah, Kepala Desa Dukohkidul Kecamatan Ngasem juga menuturkan bahwa di desanya ada sapi mati sebanyak 3 ekor dan masih ada yang sakit.
"Yang sakit parah saat ini ada satu, yang mati tiga seingat saya," jelas Kades Sulibianto.
Meski sapi ternak warga Bojonegoro banyak yang mati dan sakit, namun dinas peternakan pemkab setempat masih terkesan lamban dalam penanganan wabah ini. Belum ada tindakan tegas selain hanya pencegahan penyemprotan disinfektan di pasar sapi.
(hil/iwd)