Jumlah kasus COVID-19 di Jatim saat ini ada 2.090 pasien. Terbanyak yakni dari Kota Surabaya.
Berdasarkan data yang diterima detikJatim dari Satgas COVID-19 Jatim, pada Rabu (2/2/2022) malam, ada 584 pasien COVID-19 yang tengah dirawat hingga isolasi mandiri di Surabaya.
Lalu, diikuti dengan Kota Malang 340 kasus aktif, Sidoarjo 291 pasien, Gresik 154 pasien dan Banyuwangi tengah merawat 107 pasien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara di Jatim, wilayah yang kasus aktifnya terendah yakni di Trenggalek dengan 2 kasus, lalu Kota Blitar 3 kasus dan Pamekasan 4 kasus aktif.
Sebelumnya, pasien COVID-19 di Jatim bertambah 565 orang. Sementara itu, 301 pasien dinyatakan sembuh dan seorang pasien meninggal dunia.
Tambahan kasus terbanyak yakni dari Kota Surabaya dengan 269 kasus. Disusul dengan Sidoarjo 73 pasien dan Kota Malang 51 pasien.
Sedangkan pasien sembuh terbanyak juga dari Surabaya. Data mencatat ada 130 warga Surabaya yang sembuh. Lalu, penambahan pasien sembuh terbanyak kedua dari Kota Malang dengan 48 warga dan Sidoarjo dengan 30 pasien sembuh.
Untuk pasien meninggal yakni dari Bangkalan sebanyak 1 pasien.
Kadinkes Jatim Dr Erwin Astha Triyono menjelaskan sejumlah langkah dari Pemprov Jatim untuk memutus mata rantai penularan COVID-19. Salah satunya mempercepat vaksinasi.
"Artinya dengan vaksinasi dapat mengurangi tingkat keparahan akibat COVID-19. Namun upaya vaksinasi saja tidak cukup, harus dibarengi dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Hal ini penting dilakukan untuk menjamin seseorang aman dari tertular maupun menularkan COVID-19 kepada orang lain," terangnya.
Selain itu, Pemprov Jatim juga mulai melaksanakan surveilans ketat COVID-19, termasuk dengan mengintensifkan pemeriksaan dan pelacakan kontak erat kasus COVID-19 untuk deteksi dini kasus dan pencegahan penularan lebih cepat di komunitas.
Pemprov Jatim juga terus mengampanyekan protokol kesehatan dengan pendekatan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan), serta mengoptimalkan pelaksanaan 3T (testing, tracing, dan treatment).
"Selain itu juga perlu mempertimbangkan faktor ventilasi udara, durasi dan jarak interaksi untuk mengurangi risiko penularan COVID-19, serta mengoptimalkan pelaksanaan surveilans aktif, utamanya pada PTM terbatas sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh Kemenkes," ungkapnya.
"Untuk kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan, Pemprov Jatim melakukan self assesment kesiapan rumah sakit, meningkatkan rasio tempat tidur untuk penanganan COVID-19, menyiapkan pengaturan SDM Kesehatan dan non kesehatan dalam mengantisipasi lonjakan kasus, melakukan pemenuhan logistik kesehatan, menyiapkan alur pelayanan pasien dan sistem rujukan pasien COVID-19," sambungnya
(hil/iwd)