Kasus COVID-19 di Jawa Timur terus merangkak naik. Tambahan pasien hingga kasus aktif mengalami kenaikan. Berikut update Corona Jatim yang dihimpun detikJatim.
Data terbaru pada Rabu (2/2) malam, kasus baru COVID-19 di Jatim bertambah 565 orang. 301 pasien dinyatakan sembuh dan seorang pasien meninggal dunia.
Tambahan kasus terbanyak yakni dari Kota Surabaya dengan 269 kasus. Disusul dengan Sidoarjo 73 pasien dan Kota Malang 51 pasien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan pasien sembuh terbanyak juga dari Surabaya. Data mencatat ada 130 warga Surabaya yang sembuh. Lalu, penambahan pasien sembuh terbanyak kedua dari Kota Malang dengan 48 warga dan Sidoarjo dengan 30 pasien sembuh.
Untuk pasien meninggal yakni dari Bangkalan sebanyak 1 pasien.
Sementara untuk pasien aktif di Jatim atau masyarakat yang tengah dirawat di rumah sakit hingga isolasi mandiri, tercatat ada 2.090 orang. Terbanyak yakni Surabaya dengan 584 kasus aktif, diikuti Kota Malang 340 kasus aktif dan Sidoarjo 291 pasien.
Sebelumnya, Kadinkes Jatim Dr Erwin Astha Triyono menjelaskan sejumlah langkah dari Pemprov Jatim untuk memutus mata rantai penularan COVID-19. Salah satunya mempercepat vaksinasi.
Menurut Erwin, sebanyak 63 persen pasien yang terpapar Omicron di Jatim sudah divaksinasi lengkap 2 dosis dan tidak bergejala sampai bergejala ringan.
"Artinya dengan vaksinasi dapat mengurangi tingkat keparahan akibat COVID-19. Namun upaya vaksinasi saja tidak cukup, harus dibarengi dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Hal ini penting dilakukan untuk menjamin seseorang aman dari tertular maupun menularkan COVID-19 kepada orang lain," terangnya.
Selain itu, Pemprov Jatim juga mulai melaksanakan surveilans ketat COVID-19, termasuk dengan mengintensifkan pemeriksaan dan pelacakan kontak erat kasus COVID-19 untuk deteksi dini kasus dan pencegahan penularan lebih cepat di komunitas.
Pemprov Jatim juga terus mengampanyekan protokol kesehatan dengan pendekatan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan), serta mengoptimalkan pelaksanaan 3T (testing, tracing, dan treatment).
"Selain itu juga perlu mempertimbangkan faktor ventilasi udara, durasi dan jarak interaksi untuk mengurangi risiko penularan COVID-19, serta mengoptimalkan pelaksanaan surveilans aktif, utamanya pada PTM terbatas sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh Kemenkes," ungkapnya.
"Untuk kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan, Pemprov Jatim melakukan self assesment kesiapan rumah sakit, meningkatkan rasio tempat tidur untuk penanganan COVID-19, menyiapkan pengaturan SDM Kesehatan dan non kesehatan dalam mengantisipasi lonjakan kasus, melakukan pemenuhan logistik kesehatan, menyiapkan alur pelayanan pasien dan sistem rujukan pasien COVID-19," sambungnya
(hil/iwd)