Kandungan Lumpur Sidoarjo di Porong, ternyata menyimpan 'harta karun' yang langka. Begini potret terkininya!
detikJatim mencoba menyambangi semburan lumpur yang telah keluar selama 16 tahun lalu. Kondisinya kini masih sama. Lumpur masih menyembur meskipun tak sebanyak dan semburannya tak setinggi dulu.
Saat sampai di lokasi, kondisi cuaca terlihat cerah. Ada asap putih yang membumbung dengan ketinggian 10 meter. Asap putih menandakan jika lumpur tersebut panas. Asap ini terlihat jelas di tanggul penahan lumpur di titik 21, tepatnya di Desa Siring, Porong, Sidoarjo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, tanggul tersebut dimanfatkan masyarakat sebagai lokasi wisata. Lokasi ini juga menjadi lahan pekerjaan bagi warga sekitar terdampak lumpur Lapindo. Banyak warga yang menjadi pemandu wisata.
Tak hanya itu, warga sekitar juga menjajakan kaset berisikan video tempo dulu. Di mana berisi kompilasi video dan potret semburan lumpur sejak awal hingga kini. Video tersebut juga mengisahkan kondisi rumah warga yang tenggelam.
![]() |
Biasanya, para warga menawarkan dua kaset seharga Rp 75 ribu.
Selain menjadi pemandu wisata dan menjajakan kaset, para warga banyak yang menjadi tukang ojek. Di sini, wisatawan bisa berkeliling sembari melihat kondisi terbaru semburan lumpur.
Untuk tarif ojeknya bervariasi. Jika naik ojek dari titik tanggul 21 menuju 25, harganya sekitar Rp50 ribu hingga Rp75 ribu.
Kebanyakan wisatawan berasal dari masyarakat luar Kota Sidoarjo. Wisatawan kerap datang pada sore hari.
Sebelumnya, Badan Geologi Kementerian ESDM menemukan fakta baru. Di dalam lumpur tersebut, ditemukan kandungan rare earth element atau logam tanah jarang (LTJ).
Kandungan ini bisa dimanfaatkan untuk sejumlah industri. Mulai industri telekomunikasi, industri komputer, bahan pembuatan baterai kendaraan listrik dan nuklir.
Tak hanya itu, riset soal potensi limpur Lapindo pernah dilakukan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Hasilnya, tim terpadu riset mandiri (TTRM) menemukan kandungan lithium dalam lumpur Lapindo.
Pakar Geologi ITS, Dr Amien Widodo mengatakan penelitian ini sudah terjadi sejak lama. Pada tahun lalu, pihaknya juga telah mengundang Badan Geologi Kementerian ESDM untuk memaparkan hasil penelitiannya.
Namun, Amien menyebut penelitian yang dilakukan Badan Geologi dan ITS berbeda. Jika Badan Geologi menemukan rare earth atau logam tanah jarang (LTJ). Pihaknya lebih ke lithium.
"Badan Geologi meneliti istilahnya logam tanah jarang tadi, logam langka. Kita menganalisis yang satunya. Kita hanya menganalisis lithium lah istilahnya," tambah Amien.
![]() |
Kendati demikian, Amien mengatakan penelitian ini masih awal. Dia menyebut belum dilakukan penelitian lanjutan soal kandungan lithium di lumpur Lapindo. Penelitian ini juga memakan biaya yang tidak sedikit. Lithium ini memiliki banyak manfaat untuk kehidupan sehari-hari.
"Manfaatnya lithium banyak sekali. Salah satu yang sangat penting untuk baterai, untuk power bank, itu menggunakan bahan baku lithium," papar Amien.
Lokasi area terdampak lumpur Sidoarjo saat ini merupakan milik pemerintah pusat. Staf humas PT Minarak Brastas, Ifan mengaku area semburan lumpur Sidoarjo yang masuk di dalam peta terdampak merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Sebab area terdampak lumpur itu telah dijadikan jaminan pinjaman ke pemerintah pusat sejak 2016.
"Lokasi semburan utama dan lokasi dalam areal peta terdampak merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Sejak tahun 2016 lokasi tersebut dijadikan jaminan pinjaman ke pemerintah," kata Ifan, Senin (24/1/2022).
Sementara itu, salah satu korban lumpur Sidoarjo, Jhoni berpendapat lokasi area terdampak lumpur itu sebenarnya dimiliki oleh tiga pihak. Ketiganya yakni warga yang belum mendapat ganti rugi, PT Minarak Brantas dan pemerintah pusat.
"Pandangan kami bahwa tanah tersebut milik tiga pihak, yang pertama milik warga yang belum terbayar. Pihak kedua masih milik Minarak Brantas dan yang ketiga milik pemerintah pusat. Karena lokasi di dalam areal peta terdampak sebagai jaminan utang dari Minarak Brastas ke pemerintah pusat," terang Jhoni.
Adanya kabar bahwa lumpur Sidoarjo itu mengandung 'harta karun' lithium, lanjut Jhoni, merupakan kabar gembira. Sebab dengan begitu kandungan lithium bisa dimanfaatkan oleh pemerintah dan PT Minarak Brantas untuk menuntaskan utang ke warga terdampak yang belum terbayar.
"Kami percaya ada kandungan tersebut, kami berharap proses ganti rugi segera diselesaikan," tandas Jhoni.
(hil/hil)