Masih ingat pada bunker kuno peninggalan Belanda di kompleks Balai Kota Solo? Bunker yang telah selesai direstorasi pada akhir 2017 itu dulu sempat viral. Dulu banyak yang berkunjung karena penasaran. Bunker itu juga gratis buat foto pranikah (prewedding). Begini kondisinya sekarang.
Dilansir detikNews, bunker 16x24 meter itu ditemukan pada 2012 saat Pemkot Solo berencana membangun gedung Dispendukcapil. Restorasi bunker baru terealisasi pada 2017 karena dalam prosesnya harus melibatkan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB). Disebutkan bahwa bunker itu dulu buat berlindung ketika ada peperangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kunjungan Pertama
detikJateng berkesempatan mengunjungi bunker itu pada Selasa (18/9) pekan lalu. Tidak ada petugas yang berjaga di bunker itu. Sesekali ada warga yang melongok ke bunker itu setelah merampungkan urusannya di Balai Kota.
Ada pembatas kaca di sisi barat dan selatan area bunker untuk keamanan. Sedangkan sisi utara dan timur bunker itu berbatasan langsung dengan Gedung Disdukcapil Solo.
![]() |
Ada dua akses masuk ke bunker itu dari sisi barat dan timur. Ada 11 anak tangga di masing-masing sisi yang menuju pintu masuk bunker.
Tetapi detikJateng tak bisa masuk ke dalam bunker tersebut. Sebab di kedua pintu masuknya ada genangan air dengan ketinggian di atas mata kaki.
Saat itu, di pintu masuk sisi timur terlihat ada beberapa sampah plastik dan kayu yang mengambang. Sedangkan di pintu masuk barat terlihat ada ikan-ikan kecil yang berenang di genangan air.
Ditemui detikJateng, salah seorang staf Bagian Umum Pemerintah Kota (Pemkot) Solo yang meminta tidak disebutkan namanya mengatakan bunker itu dalam kondisi kosong, tidak ada aktivitas di dalamnya.
Menurut pegawai pria itu, biasanya ada petugas yang melakukan perawatan dan menguras air di dalam bunker itu saat genangannya sudah terbilang tinggi.
"Istilah jawanya itu kan ngetuk banyu, ada genangan di bunker itu. Kalau genangannya sudah agak tinggi, itu kalau pompa sampitnya (pompa celup) tidak bekerja, kita sedot pakai diesel," kata pegawai itu di lokasi, Selasa (18/9/2024) pekan lalu.
Siang itu detikJateng hanya bisa sedikit melihat bagian dalam bunker dari muka pintu. Dari situ terlihat sejumlah lampu yang dipasang pada dinding bagian dalam bunker. Namun, lampu-lampu itu mati sehingga ruangan dalam bunker tampak gelap.
![]() |
Menurut pegawai itu, belakangan ini jarang ada warga yang sengaja datang ke Balai Kota Solo untuk melihat bunker. Biasanya yang mengunjungi bunker itu ialah warga yang kebetulan sedang punya keperluan di Balai Kota.
Bunker kuno di Balai Kota Solo ini dibuka untuk umum dan gratis. Saat hari kerja, pengunjung bisa langsung menuju ke lokasi bunker. Saat hari libur, pengunjung bisa meminta izin dulu ke petugas pengamanan dalam (Pamdal) Balai Kota Solo.
Kunjungan Hari Kedua
detikJateng kembali menyambangi bunker Balai Kota Solo pada Kamis (19/9/2024) pekan lalu. Suasananya tak jauh berbeda dari sebelumnya. Masih ada genangan air di bunker dan tidak ada petugas yang berjaga.
Melalui Bagian Umum di Balai Kota Solo, tim detikJateng meminta izin untuk didampingi oleh petugas pengamanan dalam (Pamdal) Balai Kota Solo untuk masuk ke dalam bunker. Seorang pegawai di Bagian Umum lalu mempersilakan agar menunggu di area bunker.
Setelah sejam menunggu, tak ada petugas yang datang. Saat dimintai konfirmasi ulang, pegawai di Bagian Umum itu mempersilakan masuk ke bunker tanpa pendampingan. Karena faktor keamanan, tim detikJateng urung masuk.
Penjelasan Dinas PUPR Solo dan Sejarawan UNS di halaman selanjutnya.
Penjelasan Dinas PUPR Solo
Saat ditemui detikJateng di kantornya, staf Cipta Karya Dinas PUPR Solo, Rahmadita mengatakan pihaknya sempat mendapat dana hibah untuk bunker itu selama satu tahun pada 2017. Dana itu buat pembersihan area dan pembangunan fasilitas penunjang bunker.
"Lebih banyak ke pembersihan sama pasang pembatas, terus ada (pemasangan) prasasti yang di tembok, terus pembersihan bagian dalam. Intinya nggak begitu menyentuh fisiknya ya karena dia (bunker) itu kan perlakuannya khusus," kata Rahmadita, Rabu (18/9/2024) pekan lalu.
"Di situ kita juga menghadirkan arkeolog. Jadi kita tetap konsultasi yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan pada waktu itu. Jadi kalau bagian badan bunker itu kita tidak melakukan pekerjaan fisik selain pembersihan bagian dalam sama atasnya itu," sambungnya.
Setelah pekerjaan itu rampung, Rahmadita berkata Dinas PUPR sudah tidak mengelola bunker itu lagi. Dia lalu mempersilakan detikJateng mengonfirmasi hal ihwal pengelolaan bunker Balai Kota ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo.
detikJateng berupaya meminta konfirmasi dengan mengirim pesan dan lewat telepon ke salah seorang pejabat di Disbudpar Solo. Namun hingga kini belum direspons.
Dosen Sejarah UNS Buka Suara
Menurut dosen Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Insiwi Febriary Setiasih, penetapan aset dan status cagar budaya bunker di Balai Kota Solo itu masih samar.
"Sampai sekarang kan (bunker di Balai Kota Solo) tidak pernah dijadikan aset sendiri, walaupun wacana menjadi aset wisata itu sudah agak lama," kata Insiwi kepada detikJateng, Jumat (20/9/2024) pekan lalu.
"Pengelolaannya sampai sekarang belum fix itu di bawah dinas apa, mungkin juga terkendala karena statusnya sebagai cagar budaya atau tidak. Meskipun sudah ada kajian dari tahun 2013 dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah waktu itu, ada juga Balai Arkeologi terkait dengan tata letak, kemudian struktur bangunan dan lain sebagainya," imbuhnya.
Insiwi juga menyebut perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap sejarah bunker tersebut. Menurut dia, beberapa kisah tentang bunker itu belum memiliki dasar yang kuat.
"Belum ada kejelasan secara pasti bunker ini dibuat kapan oleh siapa dan difungsikan untuk apa. Karena semuanya baru berdasarkan pada asumsi-asumsi," tutur Insiwi.
"Ada narasumber yang mengatakan (dibangun) dari tahun 1800 sekian. Tapi juga banyak yang menyatakan bahwa bangunan ini dibangun setelah pemerintahan kolonial Hindia Belanda, artinya bisa pada masa 1920-1930-an. Bisa juga pada masa akhir pemerintahan Hindia Belanda 1940-an menjelang Jepang masuk," sambung dia.
Insiwi berharap agar kelak ada kajian lebih lanjut secara menyeluruh terhadap bunker di Balai Kota Solo. Dia bilang kajian itu berguna untuk menetapkan kelayakan bunker tersebut sebagai bangunan cagar budaya.
"Apalagi ini sudah dikaji terlebih dahulu oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya pada tahun 2012-2013. Jadi modal kajiannya itu sudah ada. Nanti tinggal dari dinas membuat rumusan apakah bangunan ini layak diusulkan menjadi cagar budaya," kata Insiwi.
"Apakah akan ditetapkan sebagai cagar budaya dalam tingkat apa, apakah akan diusulkan ke provinsi, atau diusulkan ke negara, atau akan ditetapkan sebagai cagar budaya tersendiri oleh kota," lanjutnya.
Insiwi menambahkan, hasil kajian yang mendalam serta penetapan statusnya juga akan bermanfaat untuk keberlanjutan bunker tersebut. Informasi dari kajian tersebut juga bisa meningkatkan daya tarik wisata.
Artikel ini ditulis Ardian Dwi Kurnia peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.