Jadi Hiasan Jalan, Stupa-Yoni di Pluneng Klaten Ini Diduga dari Abad 8 M

Jadi Hiasan Jalan, Stupa-Yoni di Pluneng Klaten Ini Diduga dari Abad 8 M

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Kamis, 19 Sep 2024 16:16 WIB
Stupa dan Yoni dipajang di tepi jalan Dusun Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten. Foto diunggah Kamis (19/9/2024).
Stupa dan Yoni dipajang di tepi jalan Dusun Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten. Foto diunggah Kamis (19/9/2024). (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Sejumlah benda cagar budaya berupa yoni dan stupa candi dipajang di tepi jalan Dusun Pluneng, Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten. Benda-benda tersebut ternyata sudah lama dipajang di jalan dekat Umbul Tirto Mulyani itu.

"Itu asli dan disini juga dirawat baik," kata warga setempat, Tejo (52) kepada detikJateng dengan bahasa Jawa, Kamis (19/9/2024).

Menurut Tejo, dulunya benda-benda tersebut merupakan koleksi warga sekitar. Warga yang bernama Sujatmin itu kini sudah meninggal dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pun mboten wonten, sakniki cuma keluarganya (sudah meninggal dunia, sekarang tinggal keluargnya). Jadi Pakde Jatmin itu yang merawat," jelas Tejo.

Benda-benda tersebut, sambung Tejo, sudah beberapa kali didatangi dan didata petugas purbakala. Daripada tidak terawat, benda itu kemudian diletakkan di dekat sendang.

ADVERTISEMENT

"Menyadari daripada tidak terawat, dipasang di situ (tepi jalan dekat sendang), itu sudah lama," imbuhnya.

Saat detikJateng melihat dari dekat, terdapat satu stupa candi dan dua yoni candi di tepi jalan kampung. Stupa tingginya sekitar 80 sentimeter, diletakkan pada cor semen melingkar dan berundak.

Di sebelah timur stupa, satu yoni dipajang di atas lapik semen setinggi sekitar 2 meter. Satu yoni lain juga diletakkan di lapik semen dan di atasnya terdapat batu seperti ornamen tiang penyangga pada candi.

Di atas sendang dengan ukuran sekitar 4x4 meter terdapat arca Buddha bersila. Semua benda tersebut berbahan batu andesit dengan pahatan detail dan rapi.

Diwawancarai terpisah, Kepala Pokja Perlindungan dan Penyelamatan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X, Deni Wachju Hidayat menyatakan saat masih bertugas di BPCB, dirinya pernah mengecek stupa dan dua yoni tersebut.

Hasil pengecekan, diduga benda-benda tersebut merupakan peninggalan abad 8-9 Masehi. "Saya sudah ke Sendang Tirto Mulyani itu. Ya diperkirakan peninggalan abad 8-9 Masehi (masa kerajaan Hindu-Buddha)," jelas Deni.

Umbul Mulyani Pernah Jadi Pemandian Kerbau

Umbul Tirto Mulyani ukurannya total sekitar 20 x 15 meter membujur dari utara ke selatan. kolamnya menjadi dua bagian atas dan bawah yang dipisah tembok.

Artefak kuno yang diduga peninggalan abad 8-9 Masehi ada di bagian Umbul bawah. Sebuah stupa (puncak candi Budha) setinggi sekitar 80 centimeter di atas lapik berundak berada di tepi jalan di sisi kanan pagar Umbul.

Di sisi timur stupa ada sebuah batu Yoni diletakkan pada lapik semen setinggi sekitar 2 meter. Sedangkan di sisi Timur Umbul juga di tepi jalan terdapat juga Yoni serupa.

Sementara di tengah kolam terdapat arca Budha duduk bersila menghadap kolam bagian bawah. Di kanan dan kirinya diberi paralon yang mengalirkan air yang jernih dari kolam Umbul yang ke lebih besar ukurannya di bagian Utara.

Warga setempat juga tidak mengetahui sejarah umbul tersebut. Namun, sebelum dipugar, umbul itu sering dimanfaatkan oleh warga untuk memandikan kerbau.

"Pertama niku (itu) sebelum dibangun yang di bawah ini untuk guyangan kerbau" kata warga, Tejo.




(aku/dil)


Hide Ads