Sejarah Candi Borobudur: Ini Asal-usul, Mitos, dan Sosok yang Membangunnya

Sejarah Candi Borobudur: Ini Asal-usul, Mitos, dan Sosok yang Membangunnya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Senin, 16 Jun 2025 18:00 WIB
Candi Borobudur
Candi Borobudur. (Foto: Mario La Pergola/Unsplash)
Solo -

Candi Borobudur sudah ribuan tahun berdiri di salah satu kabupaten Provinsi Jawa Tengah. Candi Buddha terbesar di dunia ini menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia karena keindahan dan kemegahannya.

Disadur dari laman resmi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, posisinya adalah 7Β° 36β€² 28" LS (Lintang Selatan) dan 110Β° 12β€² 13" BT (Bujur Timur).

Ditinjau dari bentangan alam yang mengelilinginya, di sebelah timur Candi Borobudur, berdiri Gunung Merapi dan Merbabu. Lalu di bagian utaranya, ada Gunung Sindoro dan Sumbing. Adapun di bagian selatan, berdiri kokoh Pegunungan Menoreh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Candi Borobudur memiliki panjang 121,66 meter dengan lebar 121,38 meter. Kompleksnya tersusun atas 9 teras berundak dengan sebuah stupa induk di bagian puncak. Total, Candi Borobudur diperkirakan tersusun dari 2 juta potong batu.

Karya arsitektur menakjubkan ini mungkin mengundang pertanyaan baru di benak detikers. Kapan Candi Borobudur didirikan? Siapa yang membangunnya? Guna menjawab hal tersebut, simak uraian ringkas sejarah Candi Borobudur di bawah ini, yuk!

ADVERTISEMENT

Asal-usul Candi Borobudur

Menurut keterangan dalam buku Candi tulisan Teguh Purwantari, pendirian Candi Borobudur sampai sekarang masih diliputi misteri. Ada teori yang menyatakan candi ini dibangun pada tahun 800 Masehi. Sementara itu, sumber lain justru menyebut angka 700-an Masehi.

Namun, bukan berarti perkiraan waktunya tidak bisa diketahui. Dari jenis aksara yang digunakan di area Candi Borobudur, para ahli menarik kesimpulan bahwa candi ini mulai dibangun pada rentang 700-800. Pasalnya, aksara di Candi Borobudur diketahui berkembang pada tahun 800-900 Masehi.

Dengan demikian, diduga kuat bahwasanya Candi Borobudur dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Dugaan kemudian lebih mengerucut lagi pada penguasa Mataram Kuno dari Dinasti Syailendra. Mengingat, dinasti ini berkuasa selama periode waktu yang sama dengan perkiraan waktu pembangunan Candi Borobudur.

Berhubung Dinasti Syailendra menganut agama Buddha Mahayana, maka dapat disimpulkan bahwa Candi Borobudur mendapat pengaruh agama tersebut. Sayang, detil lebih rinci terkait pembangunan Candi Borobudur sampai sekarang belum ada.

Hanya saja, ada pendapat yang mengemukakan bahwa Candi Borobudur dibangun oleh raja Mataram Kuno bernama Samaratungga. Kemudian, candi ini dituntaskan pembangunannya ketika Pramodhawardhani berkuasa.

Lompat beberapa ratus tahun ke depan dari pembangunannya, Candi Borobudur ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada 1814. Kala itu, Raffles yang tengah melawat ke Semarang mendapat laporan penemuan bangunan besar di Magelang.

Raffles kemudian memberi perintah kepada insinyur Belanda bernama HC Cornelius untuk memeriksa bangunan tersebut. Bersama dengan 200 pekerja, Cornelius melakukan pencarian dan penggalian Candi Borobudur.

Menurut informasi dari dokumen unggahan Repository UMP (Universitas Muhammadiyah Purwokerto), mulai 1907, Candi Borobudur dipugar dan dirawat oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada 1926 kendati kemudian terhenti karena Perang Dunia II.

Pada 1972, Pemerintah Indonesia dengan bantuan sponsor dari UNESCO kembali melakukan pemugaran. Proses pemugaran dan perawatan tersebut selesai pada 1984. Tujuh tahun kemudian, oleh UNESCO, Candi Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia.

Mitos Candi Borobudur

Berbicara tentang Candi Borobudur, detikers tentu sudah tidak asing lagi dengan mitos Kunto Bimo. Dilansir unggahan resmi akun Konservasi Borobudur, @konservasiborobudur, tanggal 8 Desember 2022, Kunto Bimo adalah mitos menyentuhkan tangan ke bagian tubuh arca Buddha di Candi Borobudur.

"Kunto Bimo adalah sebuah mitos yang dipercaya masyarakat yang mengatakan bahwa siapa saja yang merogoh ke dalam sebuah stupa berongga di Candi Borobudur dan dapat menyentuh bagian tertentu dari tubuh arca Buddha yang ada di dalamnya maka ia akan mendapat keberuntungan atau terkabul keinginannya," tulis akun tersebut.

Hanya saja, praktik ini berpotensi merusak stupa di kompleks Candi Borobudur. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sejak 2016 lalu, praktik mitos Kunto Bimo tidak lagi boleh dilakukan. Apalagi candi-candi tersebut adalah area sakral umat Buddha yang tidak sepantasnya diperlakukan sedemikian rupa.

Ada pula mitos Singa Urung di Candi Borobudur. Kedua arca singa ini terdapat di bagian kanan-kiri tangga candi. Konon, pasangan yang melewatinya akan mendapati kegagalan dalam hubungan.

Sosok yang Membangun Candi Borobudur

Sebagaimana telah dijelaskan secara ringkas di atas, raja yang memerintahkan pembangunan Candi Borobudur sejatinya belum bisa dipastikan seratus persen. Namun, dalam salah satu teori, Samaratungga dianggap jadi pemrakarsanya.

Dirangkum dari buku Ensiklopedi Raja-Raja dan Istri-Istri Raja di Tanah Jawa oleh Krisna Bayu Adji, Samaratungga juga dikenal dengan nama lain, yakni Rakai Warak atau Samaragrawira. Ia merupakan raja Mataram Kuno keempat.

Alih-alih memperluas wilayah kekuasaan seperti yang dilakukan pendahulunya, Dharanindra atau Rakai Panunggalan, Samaratungga justru berfokus mengembangkan bidang agama dan kebudayaan. Salah satunya yang sampai sekarang terkenal adalah Candi Borobudur atau juga dikenal dengan nama Candi Jinalaya.

Semasa memimpin Mataram Kuno, Samaratungga dibersamai oleh Dewi Tara. Pernikahan keduanya bertujuan untuk memperkuat hubungan aliansi Dinasti Syailendra dengan penguasa Sriwijaya. Sebab, Dewi Tara adalah putri dari Dharmasetu, seorang raja Sriwijaya.

Hubungan Samaratungga dengan Dewi Tara dikaruniai dua orang anak, yakni Balaputradewa dan Pramodhawardhani. Kelak, Pramodhawardhani akan menikahi Rakai Pikatan. Suaminya inilah orang yang mendirikan Candi Prambanan.

Dikutip dari buku Takhta Raja-Raja Jawa oleh Dwi Lestari, Samaratungga juga dikenal dengan nama Rakai Garung. Para ahli sejatinya berbeda pandangan mengenai siapakah Rakai Garung ini. Namun, Slamet Muljana, seorang sejarawan Indonesia, berpendapat bahwa Rakai Garung adalah Samaratungga.

Terlepas dari kebenaran Rakai Garung, yang jelas, Samaratungga memerintah kerajaan dari tahun 828 hingga 847 Masehi.

Demikian pembahasan ringkas mengenai sejarah Candi Borobudur, mulai dari asal-usul hingga sosok pendirinya. Semoga bisa menambah wawasan detikers terkait kekayaan budaya Indonesia satu ini, ya!




(sto/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads