Sebuah bangunan kuno dengan halaman yang cukup luas berdiri di tepi Jalan Slamet Riyadi, jalur protokol di Kota Solo. Bangunan berhias patung Ronggowarsito itu adalah Museum Radya Pustaka.
Radyapustaka Solo merupakan museum tertua di Indonesia. Pada Oktober lalu, museum ini memperingati hari jadi ke-132 tahun.
Pendirian Museum Radyapustaka saat itu diinisiasi oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, seorang patih di Keraton Kasunanan Solo. Museum yang berdiri 28 Oktober 1890 itu digunakan untuk menyimpan berbagai arsip dan benda koleksi milik keraton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada banyak koleksi museum yang cukup menarik. Rata-rata merupakan peninggalan Keraton Kasunanan Solo, seperti buku-buku kuno, beragam senjata dan pusaka, mata uang kuno, hingga aneka keramik.
Pengunjung juga bisa menemukan meriam serta senapan kuno peninggalan VOC di museum ini. Selain itu, masih banyak benda-benda kuno dan unik yang bisa disaksikan oleh pengunjung di tempat ini.
Ada pula beberapa artefak peninggalan era Buddha dan Hindu berupa beragam arca kuno, baik yang terbuat dari batu maupun perunggu.
"Pada awalnya museum itu berada di kompleks Kepatihan," kata salah satu pengelola Museum Radyapustaka Solo, Totok Yasmiran.
Kemudian, pada 1913 Sosrodiningrat IV memindahkan semua koleksinya ke Loji Kadipolo yang merupakan lokasi museum pada saat ini. Kebetulan, bangunan bekas milik warga Belanda bernama Johannes Busselaar itu berada di samping Taman Sriwedari.
Pada saat itu, Taman Sriwedari yang juga dikenal sebagai Taman Bonraja itu merupakan salah satu pusat keramaian di Kota Solo.
![]() |
Hingga kini, bangunan Loji Kadipolo itu masih tetap berdiri kokoh. Pengunjung bisa menikmati keindahan arsitekturnya sekaligus melihat koleksi Museum Radyapustaka yang ada di dalamnya.
"Setiap akhir pekan banyak rombongan wisata dari sekolah dan keluarga yang berkunjung ke Radya Pustaka," kata Totok Yasmiran.
Pengelolaan Museum Radyapustaka
Pada awalnya, museum ini dikelola langsung oleh Kepatihan. Namun, setelah era kemerdekaan, akhirnya dibuatlah sebuah yayasan untuk mengelola museum yang bernama Yayasan Paheman Radyapustaka yang berdiri pada 1951.
Beberapa masalah yang terjadi di museum itu membuat Pemerintah Kota Solo lantas mengambil alih pengelolaan museum dan membentuk Komite Museum Radyapustaka. Ada banyak pembenahan yang dilakukan oleh komite yang bertanggung jawab langsung kepada Wali Kota Solo ini.
Sedangkan saat ini, pengelolaan museum menjadi lebih profesional dengan pengelolaan yang dilakukan langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Tidak hanya menyimpan koleksi, mereka juga terus melakukan konservasi agar koleksi kuno bersejarah itu tidak rusak.
"Konservasi terus dilakukan secara bertahap," kata Bangkit Supriyadi, salah satu tenaga teknis kurator di museum itu.
Konservasi dilakukan dengan membersihkan koleksi dari jamur dan zat-zat penyebab korosi.
"Kami berharap koleksi bisa jauh lebih awet sehingga bisa dinikmati oleh anak dan cucu kita," kata Bangkit.
(ahr/aku)